BAB 20

232 26 4
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit


Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!


***



Tidak terasa sudah tiga hari Elvan masuk bekerja, dan selama tiga hari juga ia tidak pernah melihat sosok Satya setiap kali membuka mata karena pemuda itu bangun lebih awal dari dirinya. Awalnya memang Elvan merasa kecewa karena tidak bisa melihat kekasihnya saat bangun tidur dan membuka mata, tetapi ketika mengetahui Satya melakukan itu untuk membuat sarapan mereka, membuat Elvan merasa senang.

Satya juga selalu membuatkannya bekal setiap hari, yang membuat teman-teman di kantornya merasa iri dan sering menggodanya dengan alasan ingin mencicipi masakan istrinya. Awalnya Elvan memberi izin mereka untuk menghormati mereka, tetapi lama kelamaan Elvan tidak membiarkan mereka mencicipi masakan Satya walau hanya sekedar merasakan minyaknya ketika tindakan mereka semakin menjadi sehingga tidak jarang ia hanya bisa makan sedikit bekal yang dibawakan Satya untuknya. Dan itu membuat teman kerjanya mengejeknya pelit.

Elvan tidak peduli mereka mau menyebutnya pelit atau apa. Lagi pula bekal itu dibuat khusus oleh Satya untuk dirinya, bukan untuk para karyawan di kantor. Baginya, makanan yang dibuat oleh Satya adalah makanan istimewa. Karena itulah Elvan tidak ingin lagi membagikan masakan kekasihnya kepada orang lain walau hanya satu sendok.

Elvan pulang ke rumah dengan wajah tersenyum. Entah kenapa, walau tubuhnya lelah karena bekerja seharian, bibirnya akan secara otomatis terangkat setiap kali ia melangkahkan kaki menuju ke kamar kosan mereka sepulang bekerja. Melihat kekasihnya menyambut kepulangannya dengan senyum lebarnya membuat semua penat di tubuh Elvan menghilang.

Hari ini Elvan berencana untuk mengajak Satya makan malam di luar sekaligus berkencan. Rasanya sudah lama ia tidak berkencan dengan Satya.

Sesampainya di kamar kos, Satya menyambut kepulangannya dengan senyum merekah, yang membuat Elvan ikut tersenyum tanpa ia sadari. Elvan menghampiri Satya lalu mencium kening dan bibirnya sekilas.

"Apa kamu sudah memasak?" tanya Elvan sambil menerima minuman yang diserahkan Satya.

"Belum. Kenapa? Kamu mau aku masakan sesuatu?" tanya Satya.

"Tidak. Aku ingin mengajakmu makan di luar sekaligus kencan."

Satya terdiam beberapa saat sebelum menjawab, "Baiklah."

Elvan meletakkan gelasnya di atas meja dan segera membersihkan diri.

Pukul 18.30 mereka berdua meninggalkan kosan dan berjalan kaki menuju warung lesehan.

"Bagaimana kuliahmu hari ini?"

"Seperti biasanya. Nggak ada yang istimewa," suara Satya terdengar lesu dan tidak semangat.

"Benarkah?" tanya Elvan penasaran, tetapi ia tidak ingin memaksa kekasihnya itu untuk bercerita karena sepertinya ia tidak ingin mengatakannya.

Satya mengangguk kecil beberapa kali. "Ya."

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora