🌌 Bab 28 : Menunggu ketidakpastian

2.6K 281 6
                                    

Haiiii 👋

Kalau udah mampir jangan lupa tinggalin jejaknya, ya 😉

Instagram & Tik Tok :
wlnrmd15_stories
______________________________________

🔮 SELAMAT MEMBACA 🔮

“Salah satu hal yang paling menjengkelkan adalah menunggu sesuatu yang tidak pasti.”

~o•O•o~

DARI jendela terlihat jelas langit di luar sudah gelap, tidak ada titik terang para bintang ataupun cahaya rembulan, yang ada hanya lampu-lampu menyala dari gedung-gedung di sekitar apartemen.

Sayup-sayup suara gemuruh pun terdengar di kejauhan, membuat perasaan Wizzy yang sedang duduk di sofa sembari menonton televisi menjadi tidak tenang.

Berulang kali dia melirik ke luar jendela dan saat melihat cahaya berkelebat cepat di langit, seketika itu juga matanya terpejam, jantungnya berdegup kencang dan dadanya pun naik turun akibat napasnya yang memburu.

"Semoga aja hujan deres nggak turun," ujar Wizzy penuh harap.

Sekalipun hujan deras harus turun, dia sangat berharap saat itu Darren sudah pulang. Karena setidaknya, dengan dia tidak sendirian di apartemen, Wizzy bisa meminimalisir rasa takutnya itu.

Sayangnya, meski Darren bilang dia akan pulang hari ini dan kemungkinan akan tiba saat malam hari, Wizzy tidak tahu jam berapa tepatnya lelaki itu akan datang.

Parahnya lagi, setelah semalam mengirim pesan, Darren tidak lagi mengabarinya. Padahal sejak langit hitam terbentang, dia sangat berharap Darren akan memberi kabar lagi. Setidaknya memberi tahu jika dia sedang dalam perjalanan pulang.

Lalu kenapa tidak Wizzy saja yang bertanya? Jawabannya sudah jelas. Dia terlalu gengsi dan malu kalau harus bertanya langsung, mengingat sebelumnya dia marah-marah pada lelaki itu. Dia juga takut Darren akan kegeeran atau semacamnya.

Tidak ingin melihat kilatan itu lagi, Wizzy bergegas menutup jendela dengan gorden. Lalu dia kembali duduk di sofa seraya memeluk bantal.

"Tenang, Zy. Lo aman di sini," ujarnya berusaha menenangkan diri.

Setelah menarik dan mengembuskan napas, Wizzy lantas menyandarkan punggungnya. Dia juga berusaha mengabaikan gemuruh yang kembali terdengar dengan fokus pada acara TV.

Acara TV yang seru dan menghibur rupanya berhasil mengurangi kegelisahan Wizzy. Dia bahkan sesekali tersenyum dan tertawa.

Namun, saat acara TV itu selesai satu jam kemudian dan suara gemuruh terdengar lebih kencang dari sebelumnya, detik itu juga kegelisahan dan ketakutan Wizzy kembali datang.

"Sialan," umpat Wizzy.

Dia benar-benar benci dengan situasi seperti ini dan jangan pikir dia tidak berusaha melawan rasa takutnya, sedari dulu dia sudah mencoba. Sayangnya, trauma masa kecilnya begitu membekas.

Bahkan saking membekasnya, setiap kali hujan turun deras disertai angin dan petir, Wizzy enggan jauh-jauh dari mamahnya. Sekali waktu dia bahkan pernah meminta mamahnya untuk menemaninya tidur.

Ketakutan Wizzy kini bercampur dengan rasa kesal, terutama saat dia melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 20. 12, tapi Darren masih belum juga menunjukkan batang hidungnya.

WIZZY & LAKI-LAKI DI DALAM MIMPI [END]Where stories live. Discover now