22. Dinner With Baviont's

15.8K 1.4K 3
                                    

Calesta menekan kuat garpu dan sendoknya diatas piring, suasana yang benar-benar buruk. Bagaimana bisa ada makan malam yang begitu tertekan ini? Sepasang ibu dan anak yang sama-sama mengeluarkan aura dinginnya.

Tidak nyaman? Tentu, itulah yang tengah Calesta rasakan.

"I'm done!" Ucap Maharga lalu bangkit dan meninggalkan meja makan, Calesta memandangi kepergian tunangannya itu dengan tatapan tidak menyangka. Bahkan Maharga tidak menunggunya dan meninggalkan Calesta dengan Heyris, berada di dekat wanita itu bagaikan dikelilingi kutub utara.

"Kenapa? Kalian bertengkar?" Heyris mendadak tersenyum tipis, penampakan yang sangat jarang terjadi. Dengan begitu elegan wanita itu memotong daging dipiringnya menggunakan pisau dan garpu.

"Ketahuilah sebagian sifat Maharga itu menurun dari saya, dia hanya butuh waktu untuk melupakan hal yang seharusnya tidak dipikirkan secara larut."

Calesta memandang Heyris tidak mengerti, "Kenapa tante membenci anak sendiri?"

Tanpa sadar Calesta sudah lancang, gadis itu sengaja, ingat! Sengaja!

Hingga membuat pergerakan Heyris sempat terhenti. Dia melirik sekilas, aura mengintimidasi wanita itu cukup berefek bagi kenyamanan Calesta. Sekarang dia tahu bagaimana Maharga bisa hidup dengan segala sifat-sifat dan sikap yang dominan itu.

"Saya tidak pernah membenci Maharga, namun yang terjadi sudah seharusnya ditetapkan...." Ucap Heyris seraya menatap lurus kearah piringnya, ekspresi wanita itu tak tertebak. Wajahnya selalu datar dengan pandangan kosong, persis seperti Maharga.

"Saya tau semuanya, kondisi keluarga Angerson di Indonesia akibat Bama. Tapi saya benar-benar serius ingin menitipkan Maharga pada kamu, Calesta..." Lanjut wanita itu, membuat Calesta menatapnya tertarik.

Sudah ia duga Heyris tak sebodoh itu, "Tante, inner child Maharga terluka sampai dia tumbuh dewasa. Maharga nyatanya butuh peran seorang ibu, meskipun usianya bukan anak-anak lagi."

Heyris mengelap mulutnya dengan tissue, pandangan wanita itu terpaku lurus seakan sedang menerawang sesuatu. Matanya tidak pernah mengarah untuk menatap Calesta, wanita itu minim kontak mata dan sangat menghindarinya.

"Takdirnya buruk karena harus dilahirnya dengan mempunyai orang tua seperti saya dan Bama, waktu tidak bisa diulang dan tidak ada yang bisa di perbaiki Cal. Jika mungkin saya berusaha, saya tidak akan pernah menikah dengan pria itu hingga melahirkan Maharga..."

"Tante menyesal?" Tanya Calesta antara yakin tidak yakin.

Menggeleng pelan, Heyris lalu menjawab. "Apa gunanya menyesal? Itu hanya perumpamaan. Tidak ada gunanya membenahi sekarang karena bayangan masa lalu, tata masa depan kalian. Saya hanya berharap kalian berdua akan bahagia nanti, tidak seperti saya dan Bama."

Satu hal yang membuat Heyris mempercayakan putranya pada Calesta, karena mereka saling mencintai.

Bersama hingga puluhan tahun lamanya tanpa rasa cinta tidaklah berarti, karena itu Heyris tidak ingin putranya menyelami lautan mati yang sama sepertinya.

Calesta meletakkan alat makannya saat sudah selesai, gadis itu lalu meneguk air dan setelahnya lanjut berbicara. "Setidaknya ada satu hal yang harus tante tebus untuk waktu yang bertahun-tahun lamanya..."

"Ya, saya akan memberikan semua ini pada Maha setelah saya selesai menjaganya," Tatapan Heyris jatuh, matanya berkaca sendu. Calesta tau penyesalan Heyris, wanita itu akan selalu berusaha menutupinya.

Bagaimana pun tidak mungkin seorang ibu tidak mencintai anaknya, dan tidak lebih mungkin ada ibu yang membenci anak sendiri.

Setiap manusia memikul luka dipunggungnya masing-masing, masa lalu dan takdir sudah merusak terlalu dalam; hingga kehancuran itu tidak layak untuk dibagi dengan orang lain.

Heyris menginginkan putranya bahagia, namun dia tidak bisa berbuat apapun. Maka karena itu, Heyris melepaskan Maharga agar bebas memilih kebahagiaannya.

"Tante... Saya mewakili Maharga, sebagai tunangannya untuk masa depan Maharga dan keluarga Baviont. Dan tentu keluarga saya menjadi bagian dari hal ini, kami butuh bantuan untuk merebut perusahaan Baviont!" Ucap Calesta bersungguh-sungguh, netra Heyris sempat bergetar beberapa detik, seperti nya ini kali pertama dia mendapatkan kejutan dari calon menantunya itu.

"Saya bahkan tidak pernah bisa lepas dari Bama demi perusahaan itu, saya harus mempertahankan apa yang dimiliki keluarga Baviont hingga akhir hidup saya!" Heyris menggelengkan kepalanya tidak percaya, membuat Calesta menarik nafasnya untuk mulai menjelaskan semua rencana milik gadis itu.

"Angerson Company, mempunyai 8% saham di Baviont Group. Jika digabung dengan 10% milik Maharga dan 15% saham tante, maka jumlahnya cukup untuk Angerson Company bisa segera mengakuisisi perusahaan Baviont," Untuk pertama kalinya Heyris memandang anak itu, Calesta terlihat serius seraya menunjukkan grafik saham Baviont Group. Jiwanya sungguh luar biasa, diusia muda pengetahuan Calesta bahkan melebihi anak sepantaraan nya. Maharga tentu kalah.

Putranya tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk belajar diperusahaan, semua akses hanya dimiliki oleh Bama. Mereka tidak bisa apa-apa dibawah tekanan pria itu.

Cerdas, tegas, dan tanggap. Heyris menyukai anak ini, keturunan Angerson tidak ada yang pernah gagal.

"Setelah saya bisa mendapatkan 15% saham papi saya yang sabotase oleh om Bama, saya janji akan mengembalikan Baviont Group pada Maha agar dia bisa menjadi generasi penurus keluarga Baviont. Tante juga akan terlepas dari om Bama, jadi saya sangat berharap tante akan bergabung dan berada dipihak kami. Semua ini untuk Maharga, tante..." Ucap Calesta, entah apa yang sudah dia lakukan. Zea bekerja dengan ketulusannya, namun gadis itu tidak perduli. Dia akan melakukan apapun untuk kembali kedunianya, lagipula Calesta sudah mengatakan akan membantu orang-orang yang pantas untuk dia bantu.

Lagipula, dia sudah membaca kedua novel dengan versi yang berbeda. Calesta tentu tau cover asli cerita ini seperti apa, tapi yang menjadi ancaman baginya sekarang adalah alur novel yang bercampur karena kehadiran Syara Happiness.

Namun selagi mereka orang baik, tidak perlu berpikir dua kali untuk menolongnya.

Dunia ini diisi oleh banyak sekali orang jahat, kalau tidak menemukan yang baik maka jadilah orang baik itu. Zea selalu menerapkan kata-kata tersebut untuk menjadi orang yang selalu positif dan optimis.

Terlalu sia-sia jika kamu dilahirkan hanya untuk menderita, kebahagiaan hanya manusia itulah yang menentukannya sendiri. Jangan pernah gantungkan kehabagiaan pada orang lain, sebagian pengalaman Zea telah menyesatkannya dulu.

"Kalian mengambil resiko yang sangat besar, bagaimana cara melakukannya jika Kenawa saja terbaring koma dirumah sakit?" Tanya wanita itu skeptis.

"Ini waktunya bagi Maharga untuk sesi pelajaran, tante..." Ucap Calesta tersenyum yakin, terlihat sangat manis. Ternyata dibalik wajah angkuhnya, gadis ini seperti matahari yang banyak memberi melalui sinarnya. Kehangatan, keceriaan, dan aura positif yang terpancar darinya mampu menyihir orang lain.

"Terima kasih Calesta, kamu banyak menyadarkan saya..."

Deg!

"Tante setuju?!" Seru Calesta senang, gadis itu bahkan sampai menutup mulutnya shock.

"Apapun untuk menebus kesalahan saya, Maharga ini mempunyai ibu yang begitu egois..." Lirih Heyris.

°•_____•°

Follow Instagram ↓
@sassswaaa
@salsyawattpadxtre_

Gengssss, ga cuma ig aja yaa. Tapi pastinya yang utama follow akun Wattpad Awa.

Dan juga sayang-sayangkuuu, vote nya jangan belang. Awa ngambek nanti ga lagi up gila, gilaan😾

Saving Calesta's Destiny [TERBIT!]Where stories live. Discover now