7. Nightmare

31.6K 2.7K 36
                                    

"Cal, mana adik kamu?" Tanya Kenawa karena melihat Calesta turun sendirian.

"Gatau pi, biasa Kasta paling masih belum bisa beraptasi sama orang baru," Calesta duduk dimejanya sambil memainkan kaki dibawah, dia sengaja menendang kaki Syara didepannya.

Gadis itu tersedak saat minum, hal itu membuatnya terkejut. Sontak saja Calesta terlihat pura-pura panik, dia sibuk mencarikan air membuat Balenca menatapnya aneh. Sedangkan Kenawa tersenyum karena Calesta ternyata bisa menerima sepupunya seiring berjalannya waktu.

"Cih, perhatian juga lo," Lontar suara bariton itu terdengar sinis, semua menatap kedatangan Kasta yang ternyata turun dan ikut makan malam kali ini.

Calesta menatap adiknya itu tajam, lihat saja bagaimana dia akan menonjok Kasta nanti.

Karena tempat yang biasanya di dudukinya sudah diisi tamu tak tau diri, Kasta mengambil kursi disamping Balenca. Sementara kasta Calesta adalah disebelah papinya.

Meskipun menikah dengan Kenawa dan menjadi nyonya keluarga Angerson, namun Balenca tak pernah merebut apa yang menjadi hak anak-anak suaminya. Dan tentu juga sekarang adalah anaknya.

Wanita itu menarik senyuman tipis saat Kasta duduk disebelahnya tanpa terpaksa, sekarang dikanan kirinya terdapat putri dan pangeran. Sungguh, perasaan ibu mana yang tidak menghangat?

Calesta kembali duduk ditempatnya, gadis itu menarik senyum miring yang samar. Dia yakin Syara yang kini tengah menatapnya bisa melihat senyuman itu, Calesta sengaja. Namun dia tetap tidak bisa melupakan sampulnya sebagai sosok anak yang baik dan mempunyai etika.

Jangan sampai kebodohan antagonis terulang kembali di versi kali ini, dia sudah berusaha keras memperjuangkan takdir Calesta. Zea yakin tidak ada yang sia-sia.

"Ayo kita makan," Kenawa memulai makan malam, diikuti anggota keluarganya.

Setiap kali Syara mengambil satu lauk, Calesta akan mengikutinya. Dia mengunyah dengan berutal, dan mengigit-gigit daging menggunakan giginya dengan ganas.

"Cal, perhatian cara makanmu!" Tegur Balenca memperhatikan putrinya tersebut.

"Lapar, mi..." Calesta cengengesan.

Balenca memutar bola matanya malas, sedangkan Kasta melirik sang kakak dengan pandangan geli. "Dasar babi..." Ucapnya tanpa suara, Calesta yang bisa membaca gerakan mulut itu naik pitam.

"Iya, anjing!" Balasnya juga tanpa suara, Kasta mendelik melihatnya.

Calesta hanya menyunggingkan senyum puas, dia melanjutkan makan sebelum mendapatkan teguran untuk yang kedua kalinya.

Kali ini cara makan Calesta sangat anggun, dan penuh dengan table manner. Gerakannya pelan, namun pasti untuk menyuapkan makanan kedalam mulutnya. Calesta juga mengunyah dengan lembut dan tampak menikmati makanannya, tidak seperti tadi.

Syara sendiri merasa kebingungan setelah mencoba mempraktekkan apa yang sepupunya itu lakukan, mau bagaimana pun dia berusaha jika tidak belajar dari awal semuanya hanyalah percuma. Lagipula dia hanya anak yang dibesarkan dipanti asuhan, tidak mendapatkan pelajaran tata krama yang baik dan penuh aturan seperti Calesta sejak kecil.

"Peniru!" Lirih Calesta mendengkus dingin.

***

"Mati!"

Gadis dihadapannya menarik nafas dengan susah payah, lalu tertawa sumbang diikuti lelehan air mata diwajah cantiknya, entah kenapa harus semenyakitkan ini. Namun apapun yang ada dibayangan gadis itu, dia yakin sekarang.

Saving Calesta's Destiny [TERBIT!]Where stories live. Discover now