23. Tanda Tangan

14.5K 1.2K 10
                                    

Heyris mendatangani surat pengalihan sahamnya atas nama Calesta tanpa membaca terlebih dahulu, lagipula wanita itu sudah tau apa isinya.

Sejak Heyris mengambil kontrak itu, Maharga sudah merasa mustahil. Dia takut Heyris akan merobeknya dan membuat semua usaha Calesta untuk datang kemari sia-sia, namun ternyata gadis itu menunjukkan dengan senyuman manisnya. Dia berhasil.

Entah kenapa apapun yang lekat dengan gadis itu terasa kuat energinya. Calesta memang se-magnetik itu.

"Terima kasih, tante!" Calesta menjabat tangan Heyris seraya tersenyum lebar, semuanya akan dimulai dari sini. Namun sebelum mereka pulang, ada hal yang harus Calesta lakukan.

Perjalanannya sudah cukup jauh hingga bisa ke Eropa, ini kali pertamanya berjalan-jalan ke luar negri bahkan singgah kebenua lain. Setidaknya Calesta harus memanfaatkan moment, bukan?

"Maha, ajaklah Calesta jalan-jalan sebelum kalian kembali," Pesan Heyris menatap putranya itu sekilas, lalu bersiap bangkit untuk pergi ke kamarnya. "Tante!" Panggil Calesta membuat pergerakan Heyris terhenti.

"Maharga katanya suka banget sama Lasagna, saya boleh minta diajarin resep tante?" Maharga menatap gadis itu tajam, dari mana Calesta bisa mengetahui makanan favorite masa kecilnya. Maharga hanya akan memakan Lasagna buatan Heyris.

"Ah, benarkah? Dulu ada bocah tengik yang mengatakan akan berhenti memakan makanan itu..." Heyris menarik tipis senyum miring dibibirnya, bernostalgia pada masa lalu.

13 tahun yang lalu...

"Maha, mama akan pindah ke Eropa mulai hari ini. Selanjutnya tidak akan ada Lasagna setiap sabtu sore..." Heyris berjongkok, menatap mata bocah kecil yang berkaca-kaca karena ucapannya. Maharga berumur 5 tahun melengkungkan bibirnya kebawah, lalu menghentakkan kaki sebanyak dua kali.

Bocah laki-laki itu kemudian membuang wajahnya kearah lain seiring buliran bening itu jatuh dari pelupuk matanya, Maharga kecil rupanya merajuk.

"AKU GAK AKAN PERNAH MAKAN LASAGNA SEUMUR HIDUP!" Teriak Maharga dengan emosi yang meledak-ledak.

Dengan wajah datarnya, Heyris hanya mengangguk seraya mengatakan. "Oke."

Flashback off.

Kenangan pahit itu, membawa kedunya menerawang jauh saat Heyris mengambil keputusan untuk tinggal terpisah dengan Bama. Suaminya itu tidak pernah berhenti bermain wanita dibelakang Heyris, bahkan hingga melakukannya dirumah mereka saat tengah malam.

Kesabaran Heyris sudah habis detik itu juga, seumur hidup terlalu lama hanya untuk menonton suaminya berselingkuh.

Sepasang ibu dan anak itu lalu saling menatap, Heyris memandang Maharga lekat. Sedangkan Maharga entahlah, dia memandang ibunya itu dengan tatapan rumit.

Saat kecil Maharga terbiasa dengan temperamen yang berantakan, emosinya selalu meledak-ledak. Anak itu akan berteriak, menangis, bahkan mengamuk hingga melempari semua barang-barang. Mungkin hal itu yang membuat Heyris membencinya, wanita itu pasti sangat terganggu dengan semua tingkah Maharga yang merepotkan.

"Aku gak pernah makan!" Klarifikasi Maharga, egonya lebih besar meski disaat bersamaan dia juga begitu merindukan Lasagna buatan Heyris.

Masa kecilnya dulu, Heyris akan selalu membuatkan Maharga Lasagna disetiap sabtu sore. Sebagai reward karena anak itu telah menurut untuk mengikuti berbagai macam les yang Heyris berikan.

Maharga benar-benar tertekan dengan semua itu dulunya, les piano, biola, melukis, bahkan sebagai anak laki-laki dia dipaksa mengikuti les balet. Jelas saja Maharga kecil saat itu merasa malu dan kelelahan dengan semua peraturan.

Saving Calesta's Destiny [TERBIT!]Onde histórias criam vida. Descubra agora