17. Kebencian Dan Dendam Yang Setara

24.4K 1.9K 19
                                    

"Siapa yang buat papi kaya gini?" Tanya Kasta tidak terima, pandangannya sangat tajam kedalam ruangan yang dibatasi dinding kaca dengan kedua tangan terkepal erat.

Mereka bisa melihat Kenawa yang terbaring lemah, dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya.

"Polisi sudah menyelidiki semuanya, ini kecelakaan tunggal Kasta..." Ucap Balenca menjelaskan pada putranya itu, penyelidikan sudah dilakukan dengan sangat teliti. Bahkan Balenca sudah meminta bawahannya untuk mengecek mobil Kenawa, namun tidak ada yang terlihat janggal. Ini murni karena kesalahan pengendara yang tidak fokus saat menyetir.

Kasta menghela nafasnya, sebagai satu-satunya anak lelaki dia belum bisa diandalkan. Cowok itu cukup berkecil hati, menumpahkan semua kesalahan pada dirinya.

"Kakak mana?"

"Cie... Nyariin nih?" Tiba-tiba Calesta sudah muncul dengan sebuah paperbag besar ditangannya, Kasta mendengus malas. Dia menyesal sudah menanyakan gadis itu.

"Papi gimana, mi?" Tanya Calesta seraya menyerahkan titipan Balenca.

"Sebentar lagi hasilnya keluar, kita tunggu ya..." Balenca tersenyum tipis seraya mengucapkan terima kasih, lalu membawa masuk paperbag nya kedalam. Mungkin dia akan tidur dirumah sakit untuk nanti malam untuk menjaga Kenawa, karena Balenca tidak mengizinkan anak-anaknya kerepotan. Mereka harus tetap sekolah seperti biasa.

Bugh

"Lo liat tuh!" Kata Calesta setelah menendang kecil kaki adiknya, "Mami gak pernah absen disamping papi dalam keadaan apapun..." Lanjutnya saling melemparkan tatapan sengit dengan Kasta, Calesta lalu menghela nafasnya.

Berusaha menggapai pundak sang adik dengan kesulitan karena tinggi badan mereka yang berbeda jauh, bisa-bisanya bocah ini tumbuh lebih besar dari pada Calesta yang notabenenya lebih tua.

Dengan malas Kasta jadi terpaksa menundukkan sedikit badannya, hingga Calesta mencapai pundak cowok itu lalu menepuk-nepuknya sambil tersenyum puas. "Denger gak apa yang gue bilang?!"

Kasta mengangguk.

Sekarang dia bertambah sadar, nasehat Calesta sewaktu diparkiran hari itu membuat Kasta merenungi dan lebih memperhatikan keluarganya akhir-akhir ini.

"Jangan gerak-gerak aja kepala lo, ngerti kan?!" Tekannya dengan nada dan ekspresi galak.

"Hm, gue udah terima dia kok."

"Mami!" Koreksi Calesta gemas, gadis itu sampai menjewer telinga Kasta karena adiknya itu masih belum paham-paham juga.

"Ck, iya! Mami, udah lepas..." Kasta langsung menjauh membuat Calesta melempaskan paksa tangannya, "Yaudah ayo ikut gue, kita cari makanan sekalian beliin buat mami."

"Hm..." Kasta hanya mengekor saja dari belakang.

Sementara didepan sana Calesta bertepuk tangan puas, tugasnya selesai untuk membuat Kasta bisa menerima Balenca sebagai ibu mereka. Dan keluarga ini akan semakin kuat jika semua anggotanya bersatu.

***

"Kamu gila?! Tindakan yang kamu lakukan itu sangat berbahaya..." Marah seorang lelaki seraya menghala nafasnya dengan kasar.

Gadis itu hanya terkekeh sinis, "Kalau aku gak muncul, pekerjaannya akan semakin lelet! Dunia ini terus berjalan, waktu kita hampir habis!" Ucapnya tajam, wajah itu terus dipenuhi kecemasan. Kilatan pada matanya menyimpan banyak luka pada setiap tatapan gadis itu.

"Percuma, alurnya udah bercampur aduk!"

Tatapan gadis itu langsung berubah tajam, "Semua ini gara-gara adik kamu!!!" Amuknya tiba-tiba, lalu merampas sebuah buku dideretan rak yang tersusun rapi. Dia mengangkatnya dihadapan wajah lelaki itu.

Saving Calesta's Destiny [TERBIT!]Where stories live. Discover now