63. Rasa Itu Pergi

651 69 2
                                    

"Selamat atas kelahiran anda yang mulia!" Aku tersenyum pada Valentio.

"Hmm... Terima kasih!"

"Saya memiliki hadiah untuk anda, sebuah lukisan yang penuh dengan emas." Tubuhku berputar dan berdansa dengan Valentio lagi.

Dansa pertama dilakukan olehku dan Valentio. Dansa kami akan menjadi pembuka untuk dansa berikutnya. Semua mata tertuju pada kami. Tatapan dan tepuk tangan yang memenuhi ruangan ini. Valentio menggenggam tanganku begitu erat. Sangat erat sampai rasanya sakit.

"Apakah kau selalu lupa apa yang terjadi saat kau mabuk?" Tanyanya tiba-tiba.

"Saya tidak pernah mabuk yang mulia! Mohon diingat!"

"Jadi kau selalu melupakan ingatanmu?"

"Sejak kapan saya mabuk? Apa anda pernah melihatnya?" Tanyaku kali ini.

"Dua kali Ava! Kau mabuk! Aku melihatnya sendiri, pertama saat bersama Ilario kau mabuk dan mengoceh banyak hal. Kedua malam itu, malam panjang kita berdua. Apa kau lupa saat menyebut namaku?"

"Malam? Malam apa? Bukankah malam itu saya kembali ke kamar saya? Jika bersama Selir Ilario, saya tahu dia datang dan saya kembali dengan ksatria saya." Bohongku lagi.

"Hahaha... Kau benar-benar lupa rupanya! Saat bersama Ilario, aku yang membawamu pulang kembali! Kau mengucapakan banyak hal padaku, Ava. Kau begitu berani mengatakannya dan malam itu. Apakah kau melupakannya? Semudah itu? Aku dan aku, Ava. Melakukan apa yang harusnya aku lakukan dulu saat hari pernikahan kita berdua. Mungkin saja sekarang, kau mengandung anakku, Ava!" Bisik Valentio.

Sejak kapan dia pandai berbohong? Aku menatap mata merahnya yang begitu angkuh. Jadi dia berniat membohongiku? Seperti itu?

"Apa?" Aku terdiam seketika.

"Kau sangat cantik dan manis malam itu! Sungguh, bisakah kau datang kembali. Aku akan menunggumu dan menceritakan banyak hal tentang malam itu padamu! Tapi jika hari ini kau bisa memandangiku seperti ini. Aku memiliki kejutan lainnya lagi, Ava!" Valentio mencium tanganku dan menghentikan dansa kami berdua.

Apa maksudnya?

🗡️🗡️🗡️

Kejutan apa?

Semenjak Valentio mengatakannya aku memiliki banyak pikiran buruk. Apa yang dia siapkan untukku? Aku meminum anggur dan melihat taman yang indah. Betapa menyenangkannya bisa melihat wajah orang-orang malam ini. Aku sampai tidak bisa berdansa lagi setelah bersama teman-temanku. Berdansa dengan Michael, Elio, Raja Marco, Ayah, Kakak, dan Alfonso yang seperti tidak mau tapi akhirnya mau. Olivero juga tapi bersama Alice. Kami bertiga berdansa bersama-sama.

Sangat menyenangkan!

Malam ini sangat menyenangkan!

"Hemm... Kau menikmati malam ini?" Tanya sebuah suara yang mendekat.

"Iya! Kau?" Tanyaku padanya.

"Melihatmu senang adalah kesenangan untukku!"

"Ck, tutup pintunya!" Pintaku pada Arnold.

"Sudah!" Arnold berjalan mendekatiku.

Di balkon ini hanya ada kami berdua disini. Hembusan angin menerpa wajahku, begitu dingin walau anggur ini menghangatkan tubuhku rasanya menjadi tidak begitu dingin lagi. Aku menatap Arnold yang tengah melihatku.

Kenapa?

Apa dia mengagumi kecantikan kekasihnya?

Aku?

"Kau mau apa?" Tanyaku menandaskan anggur terakhir.

"Apa kau mau tahu sesuatu?"

"Tahu apa?"

True Love Mister ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang