Part 26. Keluar dari Kafe

38 8 8
                                    

🎢🎡🎠 GIMME LOVE 🎠🎡🎢

🎢🎡🎠 GIMME LOVE 🎠🎡🎢

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

✨* * *✨

Dua minggu kemudian

"Al, seperti biasa nanti kamu yang cuci semua peralatan dan beresin meja. Aku ada urusan sebentar di luar."

Alice menatap gadis berambut panjang di sampingnya dengan menghela napas berat. Bukan satu kali Sherly memperlakukannya seenaknya seperti ini. Selama dua minggu bekerja di Eternal Cafe, Alice selalu disuruh mengerjakan tugas yang bukan tugasnya. Tugasnya di sini sebagai seorang Barista yang menyiapkan kopi. Itu saja, kok.

Gadis itu menghela napas berat. Lagipula waktu kerjanya di sini akan segera habis. Itupun jika ia mau, ia bisa menanyakan kepada manajer kafe apakah kontrak kerjanya bisa diperpanjang. Ya, kalau ia mau sih.

Alice menghampiri Sherly yang sedang merapikan rambutnya. Sebentar lagi, waktu istirahat untuk mereka yang hanya sekitar tiga puluh menit.

"Maaf, ya, Sher sebelumnya. To the point aja, aku kurang suka dengan sikap kamu yang semena-mena, kita sama kerja kok di sini, kenapa sejak aku kerja di sini kamu terkesan banyak perintah gitu. Jujur aku nggak suka," ujar Alice berusaha memilah kata yang tepat di tengah-tengah rasa emosinya.

Ia tak lagi bisa menahan kesabarannya.

"Ya kalau nggak suka, keluar! Kerja gitu aja perhitungan," ujar Sherly.

"Bukan perhitungan, tetapi caramu yang aku nggak suka, Sher. Kamu nggak bisa seenaknya nyuruh-nyuruh orang," tekan Alice.

"Kamu masuk ke sini aja karena keponakan pak Manajer, kan?" sinis Sherly.

Alice menghela napas pelan. "Iya, benar. Namun, aku juga diterima di sini karena layak, kok."

"Kalau kamu nggak kerja di sini, sepupuku pasti udah dapat kuota kerja di sini," ujar Sherly.

Alice menatap Sherly tanpa kata.

"Enak ya bisa dapat kerja dengan mudah tanpa usaha. Jadi, bener, beauty privilege itu memang ada," ujar Sherly sembari tersenyum miring lalu meninggalkan Alice yang terdiam mematung.

Alice termenung. Tak lama kemudian, gadis itu melangkah perlahan menuju ruang belakang.

Kok aku jadi merasa bersalah, ya? batinnya penuh tanya.

.
.
.

* * *

"Sudah dapat kerja belum, Mon?"

Alice mengurungkan niatnya melangkah setelah keluar dari toilet. Gadis itu bersembunyi di balik dinding ruangan belakang.

"Kamu di mana sekarang? Aku punya waktu sepuluh menit untuk ketemu dan nyerahin berkas-berkas punya kamu."

Gimme Love [END - Revisi]Where stories live. Discover now