Part 22. Diego, Aneh!

90 25 185
                                    

Update!
Oct 22, 2022

Update! Oct 22, 2022

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

* * *

.
.
.

"Jadi, pertanyaan yang terakhir, bisakah kamu mematuhi peraturan selama bekerja di sini?"

"Saya akan berusaha mematuhinya dan bekerja dengan sungguh-sungguh." Alice menggangguk mantap dan menatap pria paruh baya yang duduk di hadapannya. Pak Rendra, manager Eternal Cafe, pamannya Diego.

"Sebenarnya bekerja di sini merupakan kerja dengan sistem kontrak selama 2 tahun, jarang sekali ada yang hanya ingin bekerja selama 2 minggu. Namun, karena Diego sangat keukeuh supaya kamu bisa bekerja di sini karena kamu sedang membutuhkan pekerjaan, tidak apa-apa, kamu akan mendapat pengecualian."

"Selain itu, saya sudah melihat CV, sertifikat, dan pengalaman kerja yang kamu miliki. Sebenarnya sebelum bertemu denganmu, saya ingin menolak permintaan Diego, tetapi setelah melihat pengalaman kerjamu. Sepertinya kamu dibutuhkan di kafe ini."

"Terima kasih, Pak. Saya tidak akan mengecewakan keputusan Bapak dan akan bekerja dengan sungguh-sungguh." Alice menundukkan kepalanya dalam tanda berterima kasih.

Pak Rendra tersenyum. "Ehm, kamu kekasihnya Diego, ya?"

Alice mengangkat kepalanya. "Bukan, Pak. Kami hanya teman."

Pak Rendra kembali tersenyum. "Tapi, Diego bilang begitu."

Alice menoleh ke belakang dan melihat Diego yang sedang memainkan senar gitar sembari menatapnya, lalu tersenyum pada Alice.

Gadis itu kembali menatap pak Rendra, lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Saya harap kamu bisa bekerja lebih lama di sini, karena kebetulan kafe ini kekurangan barista yang mahir seperti kamu," ucap pak Rendra sembari tersenyum.

Alice tersenyum. "Saya harap juga begitu, Pak. Maaf, Pak, apakah hari ini saya sudah bisa bekerja di sini?"

"Besok pagi saja. Nanti akan saya berikan jadwal kerjamu, ya."

"Baik Pak, terima kasih. Kalau begitu, saya pamit dulu untuk mengurus berkas-berkas yang dibutuhkan ya, Pak. Sekali lagi, terima kasih." Alice beranjak berdiri dan membungkukkan badannya tanda terima kasih.

"Iya, silakan. Selamat bergabung di Eternal Cafe!"

Alice mengangguk senang, lalu mengajak Diego pergi.

"Duluan aja, tunggu di luar."

Setelah Alice pergi, Diego duduk di tempat gadis itu tadi duduk.

"Terima kasih, Paman. Paman selalu membantuku, berbeda dengan ayah yang sama sekali tidak peduli."

Pak Rendra menatap Diego lalu menghela napas pelan.

"Ayahmu itu masih peduli denganmu, Go. Kamunya saja yang terlalu membenci ayahmu. Dengar, paman sudah ikhlas dengan kematian yang menimpa ibumu, yang merupakan adik paman. Kamu juga harus ikhlas."

Gimme Love [END - Revisi]Where stories live. Discover now