Part 15

614 150 1
                                    

Nanda menyambutku dengan Baby Raffa dalam gendongannya. Bayi berusia empat bulan itu terlihat anteng saat bertemu dengan orang asing. Mungkin karena dia belum bisa membedakan wajah-wajah keluarga dan wajah orang asing.

"Mirip lo, Nda... Laki lo kaga dapet apa-apanya," decakku kagum. Aku tau kalau biasanya anak perempuan lebih mirip dengan ayahnya begitu pula dengan anak laki-laki. Tapi melihatnya sendiri membuatku terkagum sendiri.

"Iya kan..." Jawabnya bangga, "Lo sama siapa nih?" Tanya Nanda saat melihat Dhika mengeluarkan kado dari dalam mobil.

"Gue lupa ngabarin kalau gue bawa orang."

Tadi aku ingin mengeluarkannya sendiri, tapi melihat kado yang ku beli cukup besar, jadilah Dhika yang menawarkan diri untuk mengeluarkannya.

"Yuk... Masuk dulu," aku dan Dhika berjalan mengekori Nanda dan kami di arahkan ke ruang keluarganya yang besar. Dulu kami sering menghabiskan waktu disini untuk sekedar nonton karena aku malas pulang ke rumah. Rumah ini seperti rumah kedua bagiku, dan sejak Nanda di boyong suaminya aku tidak lagi menginjakkan kaki disini.

"Dhik, kenalin... Ini Nanda, sahabat gue," kataku pada Dhika, "Namanya Dhika, Nda... Temen gue dari Surabaya."

"Lo punya temen selain gue?" Matanya menyipit curiga.

Aku nggak mungkin bilang kalau Dhika adalah salah satu orang yang membuatku terinspirasi dengan kisah percintaannya yang kelam. Aku tidak berhak memberitahu siapapun dan hanya menjawab, "Lo udah kawin sama Raffi, ya masa gue enggak boleh punya temen lain."

"Astaga... Telinga anak gue ternodai," Nanda kelihatan berlebihan menutup telinga Bayi yang hanya bengang bengong nggak tau apapun dan hanya memperhatikan beberapa orang dewasa di sekitarnya tanpa tau maksud dari kalimatku.

"Lebay lo nggak hilang, heran."

Jika aku adalah orang yang cukup malas berinteraksi dengan dunia luar, berbeda dengan Nanda yang selalu berlebihan, dia heboh, punya banyak teman, nggak bisa diam. Aku mulai bertanya-tanya, kenapa kami bisa berteman hingga sekarang?

"Dhik, lo betah temenan sama dia? Dia kan orangnya Mageran, keluar bentar aja ngeluh."

Dhika tertawa kecil, "Jadi temen dia, gue jadi di prioritasin pas PO buku."

"Lo penggemar bukunya dia?" Tanya Nanda antusias. Aku memilih bermain dengan Raffa dan membiarkan Nanda dan Dhika ngobrol.

"Gue suka sama novel-novelnya Maira."

Nanda bertepuk tangan heboh, dan menatap Dhika berbinar. Aku sudah bilang kan kalau Nanda selalu berlebihan dalam segala aspek.

"Kalian nggak ada niatan buat lebih dari temen?"

***

Ternyata Nanda nggak pulang sendirian, adiknya yang kini sudah menjabat sebagai aparat pemerintahanpun akhirnya pulang dari tugasnya di pedalaman Papua setelah kurang lebih dua tahun lamanya.

"Gandhi..." Aku memeluk laki-laki jangkung yang usianya 3 tahun lebih muda dariku itu.

"Astaga mbak... Ada cewek gue, ntar dia salah paham." Aku menoleh pada seorang gadis cantik dan mungil dibelakang Gandhi. Dan tersenyum menggoda ke arah laki-laki itu.

"Udah gede ternyata lo..." Tanganku terulur menjabat si gadis mungil yang Gandhi sebut pacar ini, "Jangan cemburu ya... Gue Maira, sahabatnya Nanda."

"Hallo mbak Maira, aku Citra."

Suaranya lembut dan mendayu, menurutku Citra adalah cewek lemah lembut yang minta banget dilindungi. Cocok lah sama Gandhi yang punya badan kekar dan sedikit sangar.

"Masuk dulu, ntar kenalannya di dalem aja," ajak Gandhi melewatiku yang tadi membukakan pintu untuk mereka.

"Yuk... Yuk... Masuk," ajakku pada Citra.

Gandhi kelihatan berkenalan dengan Dhika dan menggendong ponakannya yang baru saja bangun, sementara aku kembali ke dapur untuk membantu Nanda masak untuk makan malam.

Orang tua Nanda belum pulang dan katanya kemungkinan akan pulang besok pagi. Padahal aku kangen mereka karena sudah lama sekali nggak bertemu.

"Ada ceweknya Gandhi di depan..."

"Oh ya?"

"Heem, cantik... Bisa aja Gandhi cari ceweknya."

"Iya... Seleranya boleh juga, padahal dulu cupu banget, ngikutin kita kemana-mana."

Aku tertawa mengingat momen-momen itu kembali. Gandhi adalah cowok pintar, sebagian besar waktunya hanya dia habiskan untuk belajar dan kalaupun keluar, dia harus dipaksa bahkan aku dan Nanda seret terlebih dahulu untuk ikut menemani kami.

"Nggak usah pada ngomongin gue!" Tegur Gandhi yang baru memasuki area dapur.

Nanda memeluk adik satu-satunya dengan erat.

"Kangen..."

"Lebay," gerutu Gandhi, namun dia tetap membalas pelukan kakaknya dengan sedikit canggung, "Udah ah... Malu sama Mbak Maira tuh."

Dia melepaskan Nanda dan berlalu membawa minuman juga cemilan keluar dapur.

"Masih gengsi aja dari dulu." Kini gantian Nanda yang menggerutu melihat adiknya keluar.

***

Aku membuka mata dan melihat Dhika yang sedang memejamkan mata di kursi kemudi dengan tangan yang terlipat. Waktu sudah sangat larut dan kami baru pulang dari rumah orang tua Nanda, kami mengobrol tentang banyak hal ditambah ada Dhika dan Citra sebagai orang baru yang punya kisah lucu masing-masing.

Sebelum terlelap, aku sempat memberitahu Dhika dimana alamat tempat tinggalku dan membiarkan dia menyetir diantara gerimis yang masih mengguyur sejak sore tadi.

Gerbang rumah sudah kelihatan, tapi kami masih bertahan di dalam mobil.

"Dhik..." Panggilku pada laki-laki yang telah melepas kacamatanya ini. Dhika kelihatan sekali lelah jika sedang terlelap seperti saat ini. Mendadak aku merasa bersalah karena mengajaknya pergi dan membuatnya merelakan jam istirahat.

Dhika mengerang kecil sebelum punggungnya kembali menegak.

"Kenapa lo nggak bangunin gue?"

"Lo lelap banget tidurnya, gue nggak tega."

Aku cuma berdecak pelan dan berlari keluar mobil dan membuka pintu gerbang agar mobil bisa masuk.

"Langsung masuk aja!" Seruku setengah berteriak.

Dhika mengemudikan mobil memasuki garasi rumah yang cuma muat satu mobil dan satu motor saja.

Aku segera menutup gerbang dan menguncinya.

"Nginep disini aja, Dhik... Udah malem juga."

Dhika kelihatan berpikir sebentar sebelum mengangguk setuju dan mengikutiku masuk ke dalam rumah.

"Gue disini sendirian, jadi ada banyak kamar yang bisa lo pakai."

"Thanks, Mai."

Bertemu Lewat KataWhere stories live. Discover now