#31 : Mencari Dalang

183 107 47
                                    


Pencet bintang (⭐) dulu bestie

Happy reading!


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

"Gebi! Ternyata Lo disini?"

Gebi membalikkan badannya, menatap kedua sahabatnya yang baru saja datang. "Kenapa?"

"Kita nyari dari tadi ternyata Lo disini."

Gebi mencebik kesal. Ini hari pertamanya berangkat sekolah pasca opname selama satu minggu di rumah sakit. Namun ia langsung mendapatkan hukuman dari guru mapel Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan karena tidak membuat tugas presentasi. Demi Neptunus sang raja lautan, tidak ada satupun teman sekelasnya yang memberi tahu perihal tugas itu. Akibatnya jam pelajaran pertama tadi ia langsung mendapatkan hukuman membersihkan mushola sekolah. Alih-alih menjalankan hukuman dengan patuh, ia lebih memilih kabur ke rooftop sekolah.

"Lagian kenapa sih nggak ada satupun yang ngasih tahu kalau Bu Jamilah ngasih tugas?"

"Gebi, udah gue kasih tau ya waktu nemenin Lo di rumah sakit."

"Iya, Lo lupa kali," imbuh Fio.

"Gebi sayang, lagian emang Lo nggak baca notif dari handphone Lo?" Tanya Hellen dengan kesal.

"Handphone gue rusak Oneng, Lo amnesia?"

"Sssst...udah stop! Gebi there's very hot news!"

"Hot news?" Gebi menatap kedua sahabatnya bergantian.

Semenjak handphone-nya rusak karena tercebur di toilet sekolah, ia sama sekali tidak tahu-menahu kabar-kabar apapun dari sosmed. Ditambah lagi dengan usus buntu yang mengharuskan dirinya dioperasi dan dirawat selama seminggu di rumah sakit. Ia semakin kudet karena tidak tahu berita seputar sekolahnya.

"Lo lihat deh," Fio memberikan handphone nya pada Gebi.

Brak!

Gebi terlonjak kaget ketika Daniel datang dan langsung membanting handphone Fio dengan sangat keras. Kilat matanya sangat menunjukkan amarah, menatap Gebi penuh kebencian. Ia berjalan mundur ketika Daniel semakin mendekatinya. Menunduk dan mengalihkan pandangan saat mata milik cowok itu menatapnya dengan tajam. Ia membuka matanya saat dirasakannya kakinya menabrak sesuatu. 'Shit' umpatnya dalam hati karena saat ini Daniel telah menyudutkannya. Mundur satu langkah lagi, bisa dipastikan tubuhnya limbung beberapa meter ke bawah sana.

"Apa maksud lo ngelakuin semua ini!"

Daniel mencengkeram kerah seragam Gebi membuat gadis itu menelan salivanya susah payah. Ia tak berani membalas tatapan Daniel yang membuatnya bergetar. Ia berusaha melirik kedua sahabatnya yang masih berada disana. Namun sama seperti dirinya mereka juga tampak ketakutan.

"Jawab!"

"Gue nggak tahu apa-apa," ujarnya dengan suara yang bergetar.

"Nggak tau apa-apa?" Daniel mengeluarkan smirknya.

Gebi menelan salivanya. Ia melirik ponselnya yang tergeletak beberapa meter dari tempatnya. Vidio itu, mungkin kah itu alasan Daniel marah padanya?

"Jelas Lo tahu, siapa lagi yang suka gangguin Rain?"

"Lo nggak bisa nuduh gitu aja."

"Buat apa Lo lakuin semua itu? Karena gue? Karena gue dekat sama Rain?"

"Lo ngomong apa Niel?!" Ujar Gebi dengan lantang namun bahunya bergetar menahan tangisan.

"Gue tahu Lo ada rasa sama gue!" Daniel mengalihkan tatapannya, napasnya naik-turun tak beraturan. "Tapi Lo perlu sadar, cinta nggak bisa dipaksa! Lo harusnya tahu, gue nggak tertarik sama Lo."

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang