#21 Kerja kelompok extra

343 243 227
                                    


Gadis itu menundukkan kepala karena tidak berani menatap lawan bicaranya. Sambil menggenggam erat tali tasnya ia menunggu seseorang itu mengatakan hal yang ingin disampaikan. Padahal saat ini ia sedang buru-buru karena sudah ada janji dengan teman-temannya. Tapi menemui seseorang itu lebih penting untuk saat ini. Tujuh menit lagi waktu yang tersisa untuk menepati janjinya kepada teman-temannya. Namun apa daya, ia tidak berani menolak apalagi membantah perempuan dihadapannya kini.

"Jangan sampai gagal," ujar gadis itu sambil memberikan sebuah benda berukuran kecil berwarna hitam.

Gadis itu membelalakkan matanya, ia menatap benda itu dan lawan bicaranya secara bergantian.  "Maaf maksudnya-"

"Lo pasti paham, tugas lo kali ini gampang."

"Tapi, aku?"

"Jangan sampai gagal," ulangnya lalu pergi meninggalkan gadis dengan tas punggungnya itu sendirian.

Gadis dengan rambut sebahu itu meremas benda itu. Lagi-lagi ia harus melakukan hal yang tidak ingin ia lakukan. Hal yang salah dan jika ia tidak melakukannya ia tetap salah. Ragu-ragu ia memasukkan benda itu kedalam saku hoodienya lalu bergegas meninggalkan pekarangan belakang rumah.

***

"Rin kita dapat bagian yang mana?"

"Analytycal exposition," jawab Rindu singkat tanpa mengalihkan tatapannya dari layar monitor.

Sudah hampir satu jam ini, Rindu duduk di depan layar monitornya. Ia tengah sibuk mencari referensi untuk mengerjakan tugas kelompok mereka.  Hari minggu yang seharusnya libur mereka gunakan untuk mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh bu Margaret selaku guru bahasa inggris yang mengajar mereka. Kebetulan saja mereka satu kelompok karena pembagian menurut tempat duduk. Sebenarnya ini hal yang tidak menguntungkan bagi Rindu, karena sedari tadi Diba hanya sibuk dengan ponselnya. Alin yang hanya duduk dan berdiam diri, sedangkan Nanda sibuk membolak-balik catalog sepatu yang Diba bawa dari rumah. Jika seperti ini tidak bisa disebut kerja kelompok, karena hanya Rindu yang benar-benar melaksanakan tugasnya sementara yang lainnya hanya menumpang nama.

"Lebih gampang yang mana analytycal atau hortatory?"

Rindu mengerutkan keningnya kedua matanya menerawang ke atas. "Nggak ada yang susah sih sebenernya kalo kita mau memahami."

"Iya bagi orang berotak encer kayak lo mah enggak, lah gue baca judulnya aja udah puyeng," sahut Diba yang masih saja sibuk dengan ponselnya.

"Gini ya, kalo dari awal kita anggap sesuatu itu sulit ya kita bakal terus ngerasa kalo itu hal yang sulit. Seakan pikiran kita itu udah didoktrin sama kata 'sulit'."

"Kayak matematika gitu ya Rin?"

"Iya, kalo baru baca soalnya aja udah ngerasa nggak bisa dan beranggapan bahwa soal itu sulit, kita bakal malas untuk berpikir dan mencoba padahal, matematika itu ilmu pasti jadi nggak ada soal yang nggak bisa dijawab kecuali soalnya yang salah."

Diba memutar bola matanya dengan wajah kesalnya. "Terserah lo deh Rin."

Ada beberapa tipe siswa dalam kerja kelompok. Tipe satu, siswa yang aktif dan sadar akan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Tipe dua, siswa yang terpaksa aktif dan mengerjakan semuanya lantaran teman sekelompoknya yang kurang kompak. Tipe tiga, siswa yang hanya mau mengerjakan beberapa pekerjaan saja. Tipe empat, siswa yang hanya mengandalkan materi tanpa menyumbangkan hasil pikirannya. Dan tipe yang terakhir adalah siswa yang  hanya menumpang pada teman-temannya tapi tetap mandapatkan nilai. Dan Rindu yakin, Diba masuk kedalam kriteria tipe terakhir.

"Em...Rindu aku boleh numpang ke kamar mandi nggak?"

Rindu mengangguk singkat sebelum meminta Diba untuk mengantarkan Alin ke kamar mandi. Diba yang paham dengan maksud Rindu hanya mendengus lalu berjalan menuju kamar mandi dengan lesu.

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang