# 11 spy

414 328 249
                                    

Feeling ku mengatakan bahwa, kamu sedang menyembunyikan sesuatu.

_Daniel

.
.
.
.
.

Priiit!

Babak terakhir telah selesai dan pertandingan dimenangkan oleh team Daniel dengan skor 4-3. Kini mereka tengah duduk di pinggir lapangan dengan napas terengah-engah. Beberapa cowok dari team Alvin anak kelas 12 ips 4 yang tadi menjadi lawan main team Daniel datang menghampiri Daniel dan kawan-kawan.

"Next time bro!"ujar Alvin lalu ber-high five dengan Daniel. Setelah itu Alvin beserta teamnya pamit terlebih dahulu.

"Gila andai aja tadi ada tayangan live nya pasti degem gue teriak histeris ngeliat gue main futsal," ujar Dodit setelah meneguk air mineralnya.

"Yang ada mereka langsung ganti channel enek liat muka lo."

"Hih sirik bang Vino gini-gini subscriber  gue banyak."

"Alah paling juga lima biji."

"Perlu gue buktiin? Kalo mau lo liat chanel youtube gue."

Sudah bukan rahasia lagi jika selain selebgram Dodit juga seorang youtuber. Dengan kemahirannya berbicara dan mudah bergaul menjadikan cowok kelahiran Surabaya itu mudah dicintai. Ia selalu memberi hiburan pada subscribernya.

"Gak perlu video lo unfaedah semua."

"Ye yang penting banyak yang like."

"Paling isinya juga curhatan lo," timpal Bimo yang tengah berganti sepatu.

"Gue bukan sad boy ya."

Daniel tak minat untuk mengikuti obrolan mereka. Dodit itu paling sering dihujat dan dibuly dan bisa dipastikan akan lari ke Daniel. Bukan untuk meminta pembelaan atau apa tapi untuk menjahili Daniel.

"Niel," panggil Aksa yang tengah berbaring disamping Daniel. Daniel hanya menoleh sambil mengernyitkan dahinya.
"Gue liat Rindu tadi, waktu gue mau keluar dari rumah sakit gue liat dia keluar dari ruangan dokter sambil bawa amplop putih gitu."

"Lo serius?"

Aksa pun mulai menceritakan dimana ia tidak sengaja melihat Rindu di Rumah sakit. Masih tersisa waktu dua puluh  menit sebelum pertandingan futsal dimulai, Aksa bergegas keluar dari Rumah Sakit . Ia berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang sepi. Aksa  berhenti saat tak sengaja melihat seorang gadis keluar dari ruangan dokter. Aksa pun memutuskan untuk mengikuti gadis itu yang tak sengaja tujuan mereka juga sama yaitu tempat parkir Rumah Sakit. Ia mengikuti Rindu hingga Rindu benar-benar pergi dari area Rumah Sakit.

"Sama siapa?"

"Sendirian masih pake seragam tadi."

"Keluar dari ruangan mana?"

"Gak tau, Rindu sakit?"

"Gue nggak tau, dari penampilan sih dia sehat."

Daniel mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Setelah mendengar cerita dari Aksa, ia semakin kepikiran dengan gadis itu. Padahal ia sudah berusaha menjauhkan pikirannya dari segala hal tentang Rindu, tapi mengapa bayangan Rindu semakin sering muncul dikepalanya?

***

Rindu mengedarkan pandangannya, hamparan laut dan udara segar seketika menghangatkan hatinya. Tempat yang tenang dan tidak terlalu ramai membuatnya merasa nyaman untuk berada disini. Dengan suasana sore hari yang begitu hangat, membuatnya tak sabar untuk menikmati semburat senja dipenghujung sore.

"Nggak masalah kan?"

Rindu menolehkan kepalanya, disampingnya Kenzo berdiri sambil menatapnya. "Gue suka tempatnya."

Kenzo menghembuskan napasnya, ia merasa lega setelah menemukan tempat yang cocok untuk menemani Rindu melukis sesuai dengan permintaannya. Sebenarnya Rindu telah mengatakan bahwa gadis itu tak masalah dimana pun tempatnya asalkan tidak terlalu ramai. Sebelumnya ia sempat memilih salah satu kafe, namun menurutnya tempat itu kurang cocok untuk Rindu. Mengingat bahwa gadis itu tidak menyukai keramaian. Kenzo masih saja menatap Rindu dari samping, ia ingin mengutarakan rasa rindunya tapi sepertinya akan aneh jika tiba-tiba ia mengatakannya.

"Mana alat-alatnya?"

"Lo santai aja, biar gue yang siapin peralatannya."

Kenzo langsung mengeluarkan semua isi totebagnya. Ia sudah menyiapkan semua peralatannya lengkap dengan kuas dari berbagai ukuran. Sebelumnya ia membersihkan tempat untuk Rindu melukis agar gadis itu nyaman lalu ia mulai menyiapkan easel  beserta kanvas dan peralatan lainnya.

"Nah siap."

"Lengkap banget."

"Gue udah prepare semua peralatannya sekarang giliran lo ngelukis."

"Mana foto nyokap lo?"

Kenzo mengeluarkan sebuah foto dari dalam dompetnya. Sebenarnya banyak foto ibunya yang ia simpan digaleri handphonenya namun sepertinya itu bukan pilihan yang tepat, mengingat bahwa ada sesuatu yang harus ia sembunyikan dari Rindu. Akhirnya ia memilih untuk mencetak foto yang menurutnya itu adalah hasil jepretan terbaik.

"Cantik."

"Nggak salah kalo gue ganteng," ujar Kenzo dengan percaya dirinya. "Lo tunggu disini nggak papa kan? Gue mau pesen makanan."

"Nggak papa."

"Oke, kalo ada apa-apa langsung telfon gue aja, gue nggak jauh kok."

Rindu mengangguk sebelum akhirnya Kenzo memutuskan untuk pergi. Rindu mengamati gambar seorang wanita berambut sebahu yang sudah tidak muda lagi namun kecantikannya masih bisa membuatnya terpukau. Ia mengamati setiap inci dari bagian wajah wanita itu, mulai dari bentuk mata, warna iris hingga bentuk wajah wanita itu. Rindu terpaku beberapa saat, menyadari bahwa ia merasa tak asing dengan wanita tersebut. Rindu mencoba mengingat wajah orang-orang terdekatnya namun yang ia dapatkan ialah sebuah suara yang
memanggilnya  dari dalam kepalanya.

Rindu memejamkan matanya, berusaha untuk tetap berpikir positif dan kembali fokus untuk melukis. Ia meyakinkan bahwa apa yang baru saja ia temukan didalam ingatannya hanyalah sebuah ketidak mungkinan.

"Gimana, amankan tadi?"

Rindu tersadar dari lamunannya. "Eh, aman kok."

"Lo belum mulai?"

"Iya sorry, gue terlalu terpukau sama kecantikan nyokap lo."

"Bisa aja lo," Kenzo terkekeh kecil lalu menyodorkan Americano untuk Rindu. "Americano less sugar, special for you."

Rindu menerima minuman itu, ia tampak mengerutkan dahinya lalu tersenyum kecil. "Thanks."

Rindu menatap minuman itu setelah meminumnya, Kenzo tidak bohong rasa minuman itu tidak terlalu manis. Sangat pas dengan seleranya yang memang tidak suka dengan makanan dan minuman manis. 

Sebuah kebetulan, Kenzo tahu seleranya. Bukan hanya minuman yang baru saja membasahi tenggorokannya, tapi juga tempat yang dipilih Kenzo. Pantai Ancol yang terbuka dengan suasana tenang dan tidak terlalu ramai, serta selera minumannya, apakah ini benar-benar sebuah kebetulan? Lantas jika ini memang sebuah kebetulan, apa yang tersembunyi dibalik kebetulan itu?

***

Jadian yuk?

1

2

3

4

5

Ayo putus😊

Vote & comment guys😗

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang