#29: NIGHTMARE

242 124 75
                                    

Gaeesss!!!

SIAPKAN MENTAL KALIAN!

Harap baca dengan hati, dan resapi.

Are u ready?

🩺🩺🩺

Dr. Yunia Pudji Lestari, Psy.D

Daniel menatap papan nama yang terpajang di sisi pintu masuk. Ia belum membuat janji dengan dokter tersebut. Ia ragu untuk menemui dokter tersebut tetapi disisi lain ia penasaran Resepsionis mengatakan bahwa dokter Yunia ada jadwal dinas hari ini sampai pukul tujuh malam. Semoga ia tidak sia-sia datang ke rumah sakit in. Ia menduga-duga sepertinya dokter itu ada hubungan baik dengan Rain. Meski ia mendapatkan kartu nama tersebut secara legal dari Elang.

Setelah dipikir-pikir kembali, masuk akal jika Rain adalah salah satu pasien dari dokter psikiater tersebut. Mengingat bahwa Aksa pernah mengatakan bahwa Aksa tak sengaja melihat Rain berada di rumah sakit ini dengan membawa amplop berwarna putih. Amplop itu sepertinya berisi tentang hasil laporan pemeriksaan kesehatannya. Entah, ia hanya menduga-duga semalam.

Tok! Tok!

Setelah mendapat ijin untuk masuk, dengan sopan ia memberi salam pada wanita yang duduk dihadapannya. Wanita dengan perkiraan usia empat puluh-an itu terlihat sangat ramah dan keibuan.

"Ada yang ingin diceritakan?" Tanya wanita bernama Yunia Pudji Lestari dengan sangat halus.

Daniel mengerjapkan matanya, lalu membuang napasnya yang berat. "Itu...maaf sebelumnya atas kelancangan saya."

"Ya? Jangan sungkan, kami sangat menghargai kedatangan setiap tamu kami."

"Apa, salah satu pasien mu seorang siswi?"

"Apa? Maksud kamu... apakah kamu sedang mencari seseorang?"

"Ah iya," Daniel tersenyum kaku, bingung harus bagaimana menjelaskannya. "Apakah anda mengenal Rain?"

"Rain?"

Daniel mengangguk, "Rain Agnesia Andreas Clark."

Dokter Yunia menyandarkan punggungnya, gadis itu. Gadis kuat yang sangat istimewa. Tidak, ia tidak boleh memberi tahu siapa pun. Sudah kewajibannya sebagai seorang dokter, ia harus menjaga kerahasian dengan pasiennya. Tidak ada satu hal pun tentang pasiennya untuk diketahui oleh orang lain kecuali anggota keluarga pasien tersebut.

"Maaf, saya tidak bisa. Ini etiket seorang dokter untuk menjaga rahasia pasiennya"

"Tolong, jawab Dokter jadi benar dia pasien anda?"

"Sekali lagi maaf, kamu boleh keluar jika tidak ada kepentingan lagi."

Daniel mengangguk pasrah lalu keluar dari ruangan dokter Yunia setelah mengucap salam dan maaf.

Elang memencet tombol lift setelah masuk kedalam lift. Ia akan mengantarkan surat yang ia bawa ke dokter Yunia. Surat itu sudah selesai ditulis selama satu Minggu terakhir. Surat ini adalah metode mediasi antara dokter Yunia dan para pasiennya. Karena kondisi Rain yang sedang tidak ingin bertemu dengan orang-orang, jadilah dokter Yunia meminta Rain untuk menulis. Sebelumnya ia sudah membuat janji dengan dokter tersebut dan ini saatnya untuk menyampaikannya. Tak sampai lima menit, pintu lift pun terbuka.

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang