#30 : That's crime

231 117 57
                                    

Rain menendang-nendang kerikil jalanan, ia tampak lesu pagi ini. Niatnya berangkat lebih awal karena hari ini ada jadwal piket gagal, kemarin ia lupa menyetrika seragamnya. Alhasil tadi pagi ia kalang kabut menyiapkan keperluan sekolah sendiri. Dua hari belakangan ini ia sedang malas melakukan apapun. Ia merasa kehilangan semangat untuk menjalani hidup. Entah apa yang terjadi dengan dirinya, ia tidak mengerti. Yang ia tahu, ia sudah lelah.

"Oh?! Dia kan?..." Pekik gadis berambut panjang yang berhenti didepannya.

"Ssst! Jangan keras-keras ngomongnya!"

Rain menghentikan langkahnya, ia menatap beberapa siswa-siswi yang tengah menatapnya. Ia bingung, lalu menatap dirinya sendiri. Menilai apakah ada yang salah dengan penampilannya. Tapi ia rasa tidak ada, ia memakai seragam sekolah yang sama dengan mereka, sepatu warna hitam, kaus kaki warna putih dan artibut lengkap lainnya.

Rain kembali menatap mereka yang masih juga menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Rain mulai menduga-duga dalam hatinya apakah ia melakukan sebuah kesalahan? Sepertinya tidak, kemarin hari libur artinya mereka juga tidak masuk sekolah dua hari.

"Kenapa?" Tanya Rain dengan datar, tangannya meremas ujung roknya.

Semuanya tampak bingung dan saling melempar pandangan. Lalu siswi bertubuh gempal menghampiri Rain. Begitupun yang lainnya mulai merapatkan diri membentuk formasi Sebuah lingkaran.

"Kamu...Rain?"

Rain mengangguk samar, perasaannya mulai tidak enak. Ia tida nyaman dengan keberadaan siswa-siswi yang menatapnya. Ia ingin melangkah pergi meninggalkan mereka tetapi ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Bukannya, kamu yang ada dividio ini?" Gadis itu menunjukkan handphone-nya pada Rain.

Rain menancapkan kuku jarinya pada telapak tangan. Bola matanya bergerak gelisah, ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari ponsel itu.

"Rain!"

Suara itu membuat mereka menoleh pada siswa yang baru saja datang dengan napas memburu. Ia berjalan mendekati Rain, tunggu! Apa-apaan ini?

Elang langsung menangkis tangan gadis gempal itu hingga membuat handphone gadis itu terpelanting. Semua yang ada disana terkejut dengan perbuatan Elang. Bisikan-bisikan kembali terdengar dan menatap Elang juga Rain. Ia mendekap Rain dalam pelukannya.

"Bubar!"

Setelah mengatakan itu, Elang membawa Rain pergi dari kerumunan itu. Ia terlambat. Sebelum berangkat ke sekolah, tiba-tiba saja Nanda memintanya untuk menjemput Rain. Setelah melihat Vidio yang dikirim Nanda, ia langsung bergegas mengendarai sepeda motor-nya. Ia sempat ke rumah Rain, namun sepertinya Rain sudah berangkat. Tanpa berpikir panjang, ia langsung meluncur ke sekolah. Dan benar saja, setelah ia memarkirkan motornya. Ia melihat siswa-siswi berkerumun di koridor utama sekolah.

"Lang!"

Elang berhenti mendengar seruan itu. Tangannya tetap menggandeng tangan Rain, gadis itu terus menundukkan kepalanya. Keadaan sekolah semakin ramai karena sepuluh menit lagi pelajaran akan dimulai. Tentu saja hal itu membuat Rain malu setelah melihat Vidio tadi.

"Pake mobil gue," ujar Dodit lalu melempar kunci mobilnya sembari menunjuk mobil berwarna merah.

"Thanks!"

💻💻💻


Sudah hari kedua mereka mencari bukti dan pelaku atas kejadian lusa. Nampaknya pelaku itu kurang ahli dalam menyembunyikan identitasnya, sang pelaku menggunakan akun anonim untuk melakukan aksinya.  Namun, pelaku memiliki password yang sama dengan akun asli. Dodit menginfokan digrup, bahwa semalam ia berhasil melacak lokasi pelakunya. Bagi Dodit melacak lokasi seseorang dengan berbekal ilmu hacking nya bukanlah hal yang sulit. Terbukti dalam waktu kurang dari satu jam setelah ia mengatakan akan melacak lokasi pelaku tersebut, Dodit kembali muncul ke grup dan mengatakan bahwa ia telah menemukannya.

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang