#8 Cuek?

468 374 181
                                    

Mungkin aku yang berharap atau memang kamu yang sengaja menghindar?

°
°
°

Sisa satu mata pelajaran lagi sebelum bel pulang berdering Daniel mempercepat langkahnya menuju kelas. Bukannya ia membolos saat jam pelajaran, tetapi ia mendapat panggilan dari guru matematika. Sebenarnya ia tak keberatan jika diminta untuk mewakili sekolahnya dalam olimpiade matematika. Ini kesempatan terakhirnya mengikuti olimpiade matematika, karena beberapa bulan lagi ia lulus dari SMA Nusantara. Ia sulit membuat keputusan untuk saat ini, olimpiade matematika tentu saja membutuhkan waktu yang banyak untuk menguasai materi. Disamping itu ia juga harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian sekolah.

Tadi ia berbincang banyak dengan pak Gunawan, beliau guru matematika yang akan mendampinginya saat olimpiade. Beliau memaparkan materi apa saja yang harus dipelajari dan dengan siapa pasangan olimpiade tahun ini. Walaupun ia pernah mengikuti olimpiade matematika waktu kelas sepuluh, namun tetap saja ia merasa butuh banyak persiapan. Setiap tahun materi yang diambil untuk diolah menjadi soal pada saat olimpiade pasti berbeda. Jika pun nanti akan ada materi yang sama, pasti variasi soalnya berbeda. Dan mungkin tingkat kesulitan soalnya juga berbeda.

Saat kelas sepuluh ia dipasangkan dengan Aksa Arlanta, sahabatnya. Tapi kali ini diwaktu bersamaan Aksa juga harus mewakili lomba renang. Para guru  dan siswa telah berharap banyak pada sahabatnya itu untuk maju ketingkat nasional. Tentu saja Aksa cukup dapat diandalkan, sejak kecil Aksa sudah menjuarai beberapa perlombaan renang. Sama halnya dengan dirinya, Aksa juga tengah pusing mencari atlet untuk mewakili sekolahnya karena atlet renang cabang puteri mengalami cedera pada saat perlombaan sebelumnya.

Dan sudah seminggu ini Pak Gunawan mencarikan pasangan pengganti untuk lomba olimpiade kali ini. Pak Gunawan mengatakan bahwa ia mencari siswa untuk pasangan olimpiade berdasarkan nilai harian dan nilai rapor. Ia tak masalah untuk pasangan olimpiade nanti. Asalkan pasangan pengganti tersebut cukup bisa untuk diandalkan dalam kecepatan dan ketepatan bergulat dengan angka.

Daniel berhenti sebentar, menatap lemari es yang berisikan jejeran minuman mulai dari air mineral hingga minuman soda. Ia menelan ludahnya, sangat menggiurkan apalagi tenggorokannya sangat kering karena sedari tadi ia banyak bicara. Daniel langsung berjalan memasuki kantin. Ia cukup terkejut ketika melihat sosok yang tak asing baginya. Rindu, gadis itu tengah mengambil beberapa air mineral sembari mengobrol dengan siswa yang tidak ia kenal.

Daniel menuju lemari es yang sama dengan Rindu. Ia langsung mengambil satu botol air mineral dan bergegas membayarnya. Ia kira Rindu akan menyapanya, tapi sepertinya gadis itu keasyikan mengobrol dengan siswa itu hingga tidak menyadari kehadirannya.

Ia memang haus tapi entah mengapa ia semakin haus dan merasa gerah setelah melihat Rindu bersama seseorang tadi. Daniel membuka dua kancing seragamnya yang paling atas. Sepertinya memang cuacanya yang sangat panas.
Dengan gerakan cepat Daniel menghabiskan air mineral tersebut lalu meremas botolnya dan membuangnya ke tempat sampah. Ia harus segera kembali ke kelas.




🏅🏅🏅




Rindu berjalan dengan membawa beberapa buku tulis juga laptop yang dititipkan oleh Bu Lintang. Ia baru saja selesai dari kamar mandi dan tidak sengaja bertemu dengan salah satu siswa yang mengatakan bahwa Bu Lintang meminta untuk memanggilkan salah satu anak dari kelas 11 Ipa 1.
Langsung saja Rindu memenuhi panggilan dari wali kelasnya tersebut karena bel pergantian jam pelajaran sudah berdering. Awalnya ia mengira bahwa Bu Lintang meminta tolong padanya untuk membawakan beberapa buku saja, ternyata beserta laptop, kabel charger juga speaker. Harusnya ia meminta Diba atau Nanda untuk membantunya karena ia kesulitan membawa semua itu. Sayang sekali handphonenya tertinggal di laci mejanya.

Dari arah berlawanan Daniel berjalan dengan santai. Ia menatap Rindu yang tampak kesulitan membawa barang-barang. Terlebih tali sepatu gadis itu yang tidak diikat sedikit membuatnya khawatir. Ia tidak bisa membayangkan jika tiba-tiba Rindu tersandung karena tali sepatunya dan semua barang yang dibawanya jatuh. Ia harus menolongnya meskipun sebenarnya ia sedang tidak ingin bertegur sapa dengan Rindu.

Belum genap dua langkah, Daniel sudah berhenti lagi saat ia dan Rindu tak sengaja bertatapan. Bukan karena tatapannya, melainkan karena ada seorang siswa yang berjalan menghampiri Rindu. Dia seseorang yang sama seperti yang ia lihat kemarin  di kantin. Seseorang yang kemarin mengobrol dengan Rindu juga seseorang yang entah mengapa membuatnya merasa bad mood. 
Cemburu? Tentu bukan itu tapi semacam perasaan tidak ingin bertemu dengan orang itu. Apalagi dalam keadaan seperti kemarin dan saat ini, ia kurang suka saat cowok itu secara terang-terangan mendekati Rindu. Sudahlah, tidak penting toh ia juga tidak sedekat itu dengan Rindu.

Daniel kembali melangkah kemudian berbelok menaiki satu per satu anak tangga. Dan berusaha mengabaikan pemandangan yang tak sengaja ia lihat tadi.

"Sini gue bantuin."

Rindu dibuat sadar oleh suara itu. Ia menoleh dan mendapati sosok Kenzo yang berdiri disampingnya. Ia menyatukan alisnya pertanda bahwa ia meminta cowok itu untuk mengulangi kalimatnya. 

"Gue bantuin," ujar cowok itu dan langsung mengambil laptop dan speaker dari pangkuan tangan Rindu. "Mau dibawa ke kelas?"

"Iya, makasih sebelumnya."

Rindu kembali berjalan menuju kelasnya. Ia merasa ada yang aneh dengan Daniel. Tidak biasanya cowok itu bersikap cuek padanya. Padahal ia kira Daniel akan menghampirinya dan menawarkan bantuan karena sebelumnya mereka sempat bertatapan.

Rindu memejamkan matanya, berusaha mengusir bayangan Daniel yang tadi menatapnya. Mengapa juga dirinya memikirkan kakak kelas menyebalkan itu. Cukup waktu itu saja ia berurusan dengan cowok itu. Mengapa juga kesannya seperti ia mengharapkan sapaan dari cowok itu? Tidak, ia tidak boleh berpikiran seperti itu. Ia dan Daniel tidak sedekat itu, mereka juga kenal karena tidak sengaja.

"Makasih ya."

Kenzo mengangguk dan tersenyum. Cowok itu menepuk lengan Rindu dengan lembut.
"Jangan sering melamun, coba senyum dikit."

Setelah mengatakan itu, Kenzo langsung keluar dari kelas Rindu. Sedangkan Rindu mematung ditempatnya. Sepertinya ia pernah mendengar seseorang mengatakan kalimat itu padanya. Mungkinkan ia mengalami de javu?




🏅🏅🏅


Rindu sama Daniel kenapa ya?
Eh tapi, ada yang pernah juga gk sih merasa bingung kyk Rindu yang tiba-tiba merasa dicuekin? Terus mikir, aku bikin salah apa ya sama dia?

Vote & comment🔫

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang