#19 Teman?

350 274 174
                                    

Maaf jika sikap ku membuatmu tak nyaman, seharusnya aku sadar dari sifat kekanakan itu. Dan tak seharusnya juga aku memaksa untuk masuk kedalam hidupmu.
_Daniel
.
.
.
.
.

Cowok berkaki jenjang itu berjalan menuju parkiran. Kemeja putihnya sudah keluar dari celananya saat bermain basket tadi. Namun langkah kakinya terhenti saat melihat pemandangan yang menyakitkan untuk dilihat.

Disana, ditaman sekolah dekat parkiran Rindu bersama Kenzo dengan camera slr yang mereka pegang berdua dengan posisi Kenzo merangkul bahu Rindu dari samping kedua tangannya memegang kamera yang masih di tangan Rindu. Sepertinya cowok itu sedang mengajari Rindu perihal potret memotret.

Daniel berdecak kesal. "Bisa aja modusnya."

Daniel masih saja menatap Rindu dan Kenzo. Sakit, tapi matanya seolah tak mau bergerak. Hal itu tak luput dari pandangan teman-teman Daniel. Padahal mereka sudah bersiap untuk meninggalkan sekolah dengan motor masing-masing.

"Samperin aja," ujar Vino sambil menepuk bahu sahabatnya itu.

"Buat apa?"Tanya Daniel dengan ketus.

"Gue tau lo nggak suka Rindu deket sama cowok lain makanya lo samperin, ajak Rindu balik."

"Gue nggak ada hak."

"Ada, selama Rindu masih anggap lo teman."

Teman? Ia menginginkan lebih dari sekedar teman. Mungkin ia memang belum menempatkan dirinya di hati Rindu tapi ia yakin suatu saat Rindu akan jatuh kepelukannya. Ia langsung melangkah mendekati keduanya tepatnya mendekati Rindu. Persetan dengan para sahabatnya yang menatapnya aneh ataupun respon Rindu nantinya saat ia ajak pulang.

"Rin."

Rindu dan Kenzo menoleh bersamaan dengan rangkulan Kenzo yang langsung terurai kala mendengar seorang memanggil Rindu.

"Daniel?"

"Pulang bareng gue."

Ia dapat melihat raut kebingungan dari wajah Rindu begitu juga dengan Kenzo yang berdiri di samping Rindu. Namun masa bodoh dengan Kenzo, ia akan tetap berusaha mengambil hati gadis itu sampai Rindu menjadi miliknya.

"Tapi-"

"Lo pulang bareng Daniel aja Rin, lagian habis ini gue masih ada kumpulan sama anak fotografi lainnya."

"Ken-"

"Udah hampir maghrib lo bareng Daniel aja, Niel hati-hati ya anter Rindu."

Daniel hanya mengangguk ketika Kenzo menepuk bahunya pelan lalu meninggalkan dirinya dan Rindu. "Buruan," Ujarnya dengan nada dingin tidak seperti biasanya saat ia bersama dengan Rindu.

Daniel melangkah dengan tangan kiri yang ia masukkan kedalam saku celananya diikuti Rindu yang berjalan dibelakangnya tanpa sepatah kata pun hingga mereka tiba di parkiran. Daniel langsung memakai helm full face-nya setelah menyodorkan helm khusus untuk Rindu yang sengaja ia bawa lalu keduanya pun melesat meninggalkan sekolah.

***

Tiba di cafe langganan mereka, Daniel langsung memarkirkan motornya lalu melepas helmnya. Namun berbeda dengan gadis yang duduk dibelakangnya, gadis itu masih diam tak bergerak dengan wajah juteknya. Daniel pun membuka kaca helm yang dikenakan oleh Rindu.

"Turun udah sampai," ujar Daniel dengan nada datar.

"Ogah," Ucapan Rindu membuat Daniel mengernyitkan dahinya.

"Turun."

Rindu masih saja diam tanpa menatap daniel yang sudah turun dari motor. Daniel langsung melepas helm dari kepala Rindu.

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang