#17 I'm broken

398 278 247
                                    

Harusnya kamu sadar, sejak awal aku memang menjaga jarak. Bukan karena suka atau tidak suka, melainkan karena tak nyaman.
_Rain.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Rindu menatap rumah bergaya American minimalis di hadapannya. Sama seperti rumahnya, warna rumah itu pun didominasi oleh warna putih. Rindu memegang erat tali tasnya lalu menoleh saat tangan Daniel menggenggam tangannya.

"Ayo masuk."

Rindu mengikuti dibelakang Daniel, cowok itu membawanya ke ruang keluarga. Ia dapat melihat jajaran foto yang dipajang di dinding dengan tatanan yang epik. Daniel meminta Rindu untuk menunggunya sebentar, cowok itu bergegas masuk ke kamarnya yang berada di lantai dua. Rindu fokus melihat salah satu foto yang ada disana. Ia merasa familiar dengan foto tersebut, namun ia langsung membuang pikiran itu jauh-jauh.

Hanya butuh waktu beberapa menit untuk Daniel mengganti pakaiannya. Kini cowok itu menghampiri Rindu dengan membawa minuman juga cemilan. Daniel tersenyum melihat Rindu yang masih berdiri menatap jajaran foto yang dipajang didinding.

"Nggak capek berdiri terus?"

Rindu tersenyum kecil lalu menghampiri Daniel. "Ini siapa yang susun?"

"Nyokap gue, nih minum dulu."

"Itu nyokap lo?" Tanya Rindu sambil menunjuk foto seorang perempuan cantik yang sedang menggendong seorang bayi.

Daniel pun mengambil foto tersebut lalu kembali duduk disamping Rindu. "Ini nyokap gue, nah yang digendong ini kakak gue namanya kak Sean."

"Lo dua bersaudara?"
Daniel mencomot donat yang ada dipiring kemudian menggigitnya. "Iya, kita beda empat tahun. Nah kalo yang itu oma gue dia adalah orang yang paling dekat dengan gue sejak kecil." Ujar Daniel sambil menunjuk foto perempuan yang hampir seluruh rambutnya telah memutih namun masih tampak cantik.

"Sekarang mereka kemana? Kok rumah lo sepi?"

"Oma gue tinggal di rumah yang diujung pertigaan tadi, lo liat nggak rumah warna putih yang modelnya sama kayak rumah ini?"

Rindu mengangguk meskipun sebenarnya ia tidak terlalu memperhatikannya tadi. Tapi ia iangat bahwa ia melihat rumah berwarna putih diujung pertigaan.

"Kalo nyokap gue nemenin kak Sean yang kuliah di Canada, kalo bokap dia lagi kerja tapi sering ke luar kota gitu."

Rindu kembali mengangguk-angguk. Ia meminum jus yang tadi dibawakan oleh Daniel. Rindu merasa nyaman di rumah ini. Rumah yang tidak terlalu besar dan sangat bersih, bahkan ia tak melihat debu sekecil pun disini. Pandangan Rindu beralih pada pajangan-pajangan antik yang terbuat dari kayu mungkin keluarga Daniel juga menyukai benda bernilai seni. Ia juga dapat melihat banyak tanaman yang tertata rapi bahkan sejak pertama kali masuk pekarangan rumah Daniel.

"Lo tau dari sekian banyak foto yang ada disini, mana foto yang paling gue sukai?"

Rindu menggedikkan bahunya. Daniel pun mengarahkannya untuk menatap foto dua anak kecil berbeda gender. Foto yang sama dengan yang tadi Rindu lihat.

"Itu foto yang diambil waktu gue kelas tiga sd sama sahabat gue."

"Lo mau denger cerita tentang dia?"

"Boleh."

"Dia adalah cinta pertama gue, gadis hujan yang selalu ngetuk jendela kamar gue," Daniel mulai menceritakan awal mula ia berteman dengan gadis itu.
Rindu mendengarkan cerita Daniel. Pikirannya malah terlempar pada beberapa tahun yang lalu. Ia menatap Daniel dengan lamat-lamat. Cerita itu, membuat perasaannya tak menentu.

***

Rindu merapikan rambutnya setelah turun dari motor Daniel.

"Makasih ya."

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang