#16 30 days

391 295 250
                                    


Tin! Tin!

Suara klakson motor terdengar nyaring, Rindu yang tengah menyisir rambutnya dibuat kaget oleh bunyi klakson tersebut. Buru-buru ia berjalan menuju jendela untuk melihat siapa yang membunyikan klakson sekeras itu di pagi hari seperti ini. Dan ya matanya membulat ketika mendapati Daniel yang tengah duduk diatas motornya dengan seragam yang melekat rapi ditubuhnya.

Rindu menghentakkan kakinya dengan kesal. Ia menyesal memenuhi ajakan cowok itu untuk mabar. Pasalnya ia belum pernah sama sekali bermain game itu. Alhasil ia pun memainkannya dengan asal untuk menghadapi serangan bertubi-tubi dari Daniel  dan dalam waktu singkat Daniel telah berhasil memenangkan permainannya.

Daniel merasa ada yang memperhatikannya mendongakkan kepala untuk memastikan bahwa ada yang sedang memperhatikannya. Ia melihat Rindu yang tengah menatapnya dari balkon kamarnya. Ia pun mengeluarkan smirknya lalu mengedipkan salah satu matanya untuk menggoda Rindu.

"Ngapain?"Teriak Rindu dari atas sana.

"Jemput lo biar nggak telat!" Ujarnya juga dengan berteriak.

Rindu memutar bola matanya, malas meladeni Daniel yang super menyebalkan sepagi ini. Jika ada yang bertanya menagapa Rindu sering kesal dan moodnya jelek, jawabannya adalah Daniel. Percaya atau tidak setiap kali ia bertemu dengan Daniel bisa dipastikan moodnya akan rusak.

"Buruan gue hitung sampe sepuluh kalo lo nggak keluar gue bakal klakson motor lagi biar tetangga lo pada keluar!"

Rindu membulatkan matanya sempurna. Yang benar saja ia harus keluar dalam hitungan sepuluh bahkan ia pun belum mengenakan sepatunya. Buru-buru ia mengambil sepatunya di rak lalu memakainya dalam waktu singkat bahkan ia belum sempat mengikat tali sepatunya. Sedangkan dalam hatinya terus menyumpah serapahi Daniel yang terus meneriakkan angka-angka dari luar sana.

"Lo telat harusnya dalam hitungan sepuluh lo udah keluar ini udah hitungan ke empat belas."

Rindu memutar matanya malas, lalu berjalan mendekati Daniel dengan langkah gontai. Sebenarnya ia tak minat menuruti perintah Daniel tapi jarum jam yang terus membunuh waktu memintanya agar bergerak cepat untuk menghindari kata terlambat.

"Apaan sih lo?"

"Jemput lo biar nggak telat"ujar Daniel sembari memperbaiki letak jam tanganya

"Gue nggak minta."

"Buruan berangkat," titah Daniel lalu memakai helm full facenya.

Namun Rindu sama sekali tak bergerak ia tidak suka diperintah seenaknya. Ia pun membalikkan tubuhnya berniat untuk berangkat dengan mobilnya. Namun baru beberapa hitungan ia melangkah, Daniel menggendongnya tanpa ijin. Rindu terus berontak memukuli punggung tegap Daniel dengan tangannya. Namun Daniel tetap bersikeras menggendongnya hingga akhirnya mendudukkan Rindu di motornya.

"Lo apa-apaan sih?"

Daniel tak menggubris perkataan Rindu ia segera naik ke motornya lalu memutar kunci, melesat dengan bebas menyusuri jalanan menuju sekolahnya.

Kedatangan Daniel dan Rindu mengundang tatapan-tatapan dari beberapa pasang mata yang berada di sekitar parkiran. Rindu langsung melompat turun begitu sampai di parkiran. Melepaskan helm yang tadi dipinjamkan Daniel lalu menyerahkan benda itu kepada pemiliknya. Ia langsung berbalik badan lalu berjalan menuju kelasnya dan semua itu tak luput dari tatapan mata Daniel.

Di sepanjang koridor menuju kelasnya beberapa pasang mata menatapnya sambil berbisik-bisik. Rindu menulikan pendengarannya tetapi membalas satu per satu sepasang mata yang memperhatikannya dengan tatapan tajam hingga membuat nyali mereka menciut.
Namun tiba-tiba saja tangan kekar melingkar di lehernya membuatnya memekik kaget. Sontak ia langsung menoleh menatap Daniel dengan tajam. Jujur saja Rindu ingin menelan Daniel sekarang juga kalau bisa.

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang