#14 orang yang sama

415 309 222
                                    

Maaf aku belum siap tuk mengingat luka yang sama.
.
.
.
.
.
.
.
.

Rindu merebahkan tubuhnya di kasur, ia menatap langit-langit kamarnya . Menghilangkan rasa lelah yang sedari tadi dirasakanya. Namun entah dorongan dari mana, tiba-tiba saja ia ingin melihat bintang dilangit sana. Ia pun beranjak dari tempat tidurnya dan langsung melangkah ke balkon
kamarnya.

Langit cerah bertabur bintang benar-benar memanjakan mata siapa pun yang melihat. Senyum merekah terbit dari bibirnya. Ia bersyukur tuhan telah menciptakan bintang yang menghiasi langit malam yang pekat.

Dulu ia suka berlama-lama menatap langit malam yang bertabur bintang bersama seseorang itu. Namun itu dulu, yang kini telah menjadi kisah indah yang hanya untuk dikenang. Sebuah kisah indah yang mendatangkan kerinduan beserta air mata yang cukup kenal dalam luka. Rindu menghembuskan napas dengan kasar sebelum kisah itu kembali mampir di kepalanya. Memang indah tapi terlalu sakit bagi dirinya.

Banyak hal yang belakangan ini mengganggu pikirannya. Tentang Kenzo yang entah mengapa selalu membuatnya de javu. Kenzo sepertinya bukan orang asing, karena cowok itu bisa mengerti apa yang ia suka dan apa yang ia tidak sukai tanpa bertanya lebih dahulu. Cowok itu seperti sudah mengenalnya, tapi baginya Kenzo hanyalah orang baru yang masuk kedalam kehidupannya. Ia juga tak mengerti mengapa ia bisa menerima cowok itu dengan mudah bahkan dalam waktu yang singkat ia sudah merasa nyaman berada didekat Kenzo.

Bukan hanya itu, teror misterius yang ia terima lewat pesan dari nomor tak dikenal itu benar-benar menjadi beban dipikirannya. Ia sudah mencoba untuk mengabaikan semua pesan itu, tapi nyatanya seseorang itu tetap menerornya bahkan secara langsung. Voice recorder yang ia temukan beberapa hari yang lalu masih ia simpan, ia bisa menggunakannya untuk menjebak seseorang itu atau setidaknya untuk menjadi barang bukti jika sewaktu-waktu ia membutuhkan untuk melaporkan seseorang itu.

Daniel, seseorang itu memang sengaja ia hindari sejak awal masuk sekolah. Tapi ia berharap semoga Daniel bukan orang yang sama dengan seseorang yang ia kenal dulu. Ia merasa belum siap jika semuanya terbongkar.

Rindu mengusap wajahnya. Ia merasa semenjak kehadiran Kenzo dan Daniel, dunianya semakin rumit. Ditambah lagi Gebi yang selalu mencari masalah dengannya karena Daniel mendekatinya. Padahal ia pun tidak ada perasaan pada kakak kelasnya itu.
Hubungannya dengan Daniel juga belum pantas untuk disebut teman, karena mereka memang tak sedekat itu.

Sebuah notif menyadarkan lamunanya. Memunculkan sebuah pesan singkat dari nomor yang tidak bernama.

'Bintang memang kecil namun ia bisa menyinari malam yang gelap dan pekat semoga aku bisa menjadi bintang untuk menyinari malam mu'

Rindu menyatukan alisnya. Tanda tanya besar muncul dikepalanya. Siapa yang mengirimi pesan? dari mana orang itu tau bahwa ia sedang melihat bintang? Rindu menggerakan matanya mencari seseorang di sekitarnya. Dan ya bola matanya berhenti saat tak sengaja melihat seorang lelaki yang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi keluar dari depan pintu gerbang rumahnya. Rindu mengamati orang itu. Matanya mengikuti kemana perginya orang itu hinggga akhirnya bayangan itu lenyap ditelan tikungan jalan. 'Siapa?'

***


Rindu berjalan menuju gedung IPS untuk mengembalikan jaket yang dipinjamkan Kenzo saat mengantarnya pulang kemarin malam. Saat hendak pulang dari rumah sakit, ia mengira akan dengan mudah mendapatkan taksi online maupun ojek. Namun nyatanya tidak ada satu pun driver yang mangkal.

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang