#9 Unknown number

461 361 258
                                    

.
.
.
.
.


Hari kebencian bagi Rindu dimana diadakanya upacara dan juga hari dimana mereka memakai seragam olahraga. Hari yang cukup menguras tenaga dan juga pikiran. Dan dimana hari itu ada pelajaran matematika. Senin adalah hari yang paling dibenci oleh seorang Rindu.

"Huh.. panas banget gila," ujar Nanda sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Seragam yang dikenakannya mulai basah oleh keringat yang keluar dari pori-pori kulitnya.

Hari ini memang sangat panas sepertinya matahari terlalu semangat menyambut hari hingga membuat pelipis siswa siswi SMA Nusantara bercucuran keringat karena kepanasan.

"Kayaknya setan di neraka udah turun ke bumi nih," ceteluk Diba sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Disampingnya sama dengan mereka, Rindu gadis itu melakukan hal yang sama.

Bruk!

Diba terhuyung lemas hingga jatuh kebelakang. Nanda langsung berjongkok disamping Diba sedangkan Rindu langsung pergi untuk memanggil petugas PMR.

"Diba bangun, jangan bercanda lo Diba!"ujar Nanda dengan cemas sembari menepuk-nepuk pipi Diba. Namun tidak berbuah hasil Diba masih tak sadarkan diri.

"Minggir semuanya!"Ujar salah satu petugas dengan suara lantang. Mendengar itu mereka langsung memberi jalan untuk para petugas.

"Gue ikut ya gue khawatir sama dia,"ujar Nanda pada salah satu petugas yang mengangkat Diba.

Petugas itu mengangguk dan langsung berjalan menuju uks.
Ruangan berbau obat itu sangat sepi semua petugas PMR telah kembali ke lapangan untuk bertugas menyisakan tiga gadis berseragam putih abu-abu dengan atribut lengkap.

"Syukurlah lo sadar juga."

"Gue dimana?"Ujar Diba sambil memegangi pelipisnya

"Pinter juga akting lo,"celetuk Rindu dengan tampang datar.

Diba yang tadinya pura-pura langsung nyengir lebar. Sedangkan Nanda, ia tak mengerti arah pembicaraan kedua sahabatnya itu.

"Maksudnya?"

"Dia akting."

Nanda langsung memandang Diba dengan tatapan mengintimidasi namun Diba kembali tersenyum dengan tampang tidak berdosanya. Hal itu langsung mengubah tatapan Nanda yang tadinya cemas langsung melotot lebar.

"Ye biasa aja dong mbak kayak mau nelen orang aja."

"Bangke lo! gue udah panik taunya lo cuma ngibul," ujar Nanda lalu menoyor kepala Diba dengan keras. "Rin, kok lo nggak kasih tau gue?"

"Ngapain gue kasih tau ntar juga lo tau," ujarnya masih dengan posisi menghadap ke kipas angin untuk menghilangkan gerahnya.

Jujur saja ia mengikuti drama Diba karena sedari tadi ia sudah tak kuasa menahan panas yang membuat hampir seluruh seragamnya basah karna banjir keringat.

"Ya tapi kan gue udah panik."

"Lo terlalu panik nyampe nggak liat dia senyum pas diangkat."

"Ih cie ..panik," goda Diba dan langsung dihadiahi toyoran oleh Nanda. "Eh sakit tau...btw gue seneng banget tadi gue digendong sama Tristan serasa di adegan drakor."

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang