#15 Ayo mabar!

413 300 296
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.

"Heh! Balikin handphone gue!"

Gilang mengangkat tangannya agar Diba tidak dapat menjangkau ponselnya. Jika dibandingkan dengan Gilang cewek itu tidak ada apa-apanya. Gilang yang tingginya badannya mencapai seratus delapan puluh sedangkan Diba, tingginya hanya sekitar dada Gilang. Diantara Rindu, Nanda dan Diba yang tubuhnya paling kecil dan paling pendek adalah Diba. Rindu geleng-geleng melihat Gilang yang selalu menjahili Diba.

"Bu Lusi datang!" Teriak Tian sambil berlari menuju bangkunya. Mereka pun kembali ke tempat duduk masing-masing dengan tertib.

Bu Lusi datang diikuti gadis berwajah imut dan polos dibelakangnya. Membuat Tian langsung menegakkan punggungnya. "Selamat pagi."

"Pagi Bu!" Ujar mereka serempak.

"Hari ini kita kedatangan siswi baru, silakan perkenalkan dirimu."

Siswi itu tampak malu-malu untuk memperkenalkan diri, terlihat jelas gerakan kakinya yang tampak gelisah. "Selamat pagi nama saya Alin," ujar gadis berambut sebahu itu menampilkan senyumnya.

"Facebookmu apa? Nomormu berapa?" Dengaan lantang Tian menyanyikan potongan lirik lagu.

"Huuuuuu!!!"

"Hentikan!" Peringat bu Lusi dengan lantang. "Ibu harap kalian dapat menerimanya dengan baik, mengerti?"

"Mengerti bu!"

"Kamu bisa duduk di sebelah Rindu, Rindu angkat tangan kamu."

Rindu mengangkat tangannya sejenak lalu menurunkannya kembali. Ia melirik gadis itu sekilas lalu kembali memandang ke jendela.

"Permisi, boleh saya duduk denganmu?" Ujar gadis tersebut dengan ramah.

"Hm."

Gadis itu terdiam, membuat mereka semua yang melihatnya juga ikut terdiam. Mungkin mereka sudah terbiasa dengan sikap Rindu yang cuek, namun tidak bagi siswi baru itu. Ia menjadi ragu untuk duduk disamping Rindu. Nanda dan Diba yang sedari tadi mengamati interaksi antara Rindu dan Alin pun angkat bicara.

"Rin, cuek banget sih kebiasaan deh," ujar Nanda lalu menarik pipi Rindu memaksa gadis itu untuk tersenyum.

"Jangan salah paham, Rindu emang seperti itu sejak embrio."

"Alin maukah kau menjadi gebetan saya? Saya jamin kamu bahagia." Ujar Tian yang langsung disahut siulan oleh Bimo.

Alin tersenyum kikuk lalu mendudukkan dirinya di sebelah Rindu. Gadis itu merasa cenggung karena sedari tadi Rindu sangat cuek dan dingin.
Rindu? Dia bukannya tidak suka dengan Alin melainkan karena ia sudah terbiasa duduk sendiri. Jadi ia hanya merasa risih. Juga ia tidak terbiasa dengan orang baru. Dan, apa-apaan teman-temannya ini mengapa mereka mengubah gaya bahasa mereka menjadi sangat formal. Padahal biasanya mereka teriak-teriak tidak jelas misuh-misuh lagi. Tian pelaku utama yang sering seperti itu.

***

"Oy, Bim tambah personil baru mereka?" Tanya Dodit sambil menunjuk bangku Rindu dan kawan-kawan.

"Iya."

"Imut juga lumayan, namanya siapa?"

"Alin."

Dodit membulatkan bibirnya lalu kembali melahap baksonya. Daniel mengamati Rindu yang tampak tidak nyaman berada di keramaian. Pemandangan yang jarang sekali melihat cewek itu duduk mengisi salah satu bangku kantin. Gadis baru itu, terus mengajak Rindu berbicara namun hanya dibalas dengan anggukan atau gelengan oleh Rindu. Daniel tersenyum tipis. Gadis itu tidak pernah meninggalkan sikap dinginnya pada siapapun hingga tanggapan mereka pada kesan pertama saat bertemu dengan Rindu selalu salah. Tidak sedikit yang mengatakan bahwa Rindu adalah gadis yang angkuh. Bahkan ia pun pernah berasumsi seperti itu saat pertama bertemu Rindu.

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang