#27 : Menjauh

237 133 121
                                    

Maaf, aku hanya tak siap untuk kembali terluka.

.
.
.
.
.
.
.
.


"Haha mampus lo! " ujar Vino dengan tawanya yang menggelegar.

Virgo lagi-lagi harus memasukkan cabai kedalam mulutnya sebagai bentuk hukuman. Sedangkan yang lain menatap Virgo dengan wajah merahnya karena kepedasan. Padahal kali ini Virgo yang menguasai permainannya namun teman-temannya yang berhasil menebak dengan benar malah membawa malapetaka sendiri bagi Virgo. Entah sudah berapa cabai yang masuk kedalam perutnya. Berdoa saja setelah ini perutnya baik-baik saja, dan tidak perlu bolak-balik ke kamar mandi.

"Huahh pedes gila!"

Mereka tertawa lagi Dodit lah pelaku yang paling keras tertawa sampai Bimo harus merelakan pahanya menjadi sasaran empuk tabokan dari tangan Dodit. Begitulah Dodit jika tidak bisa menghentikkan tawanya. Mencubit, menjambak, dan menabok siapa saja yang berada di dekatnya. Cowok kelahiran Sebelas Maret itu tertawa dengan wajah memerah.

"Ganti kuy, denger ya!" Ujar Dodit dengan tangan yang diangkat ke atas. "Tryna get you of my mind again."

Mereka mengerutkan keningnya mencoba menebak dalam pikiran mereka masing-masing apa judul lagu yang dinyanyikan Dodit dengan nada yang sangat nyeleneh. Vino mengatupkan bibirnya rapat-rapat berusaha menyembunyikan gelak tawanya, seraya berusaha menggelengkan kepalanya.

"Paan sih Dit, yang jelas dong nyanyi kok nadanya diseret gitu."

"Kan emang kayak gitu peraturannya, masa gue harus nyanyi sesuai nadanya yang ada lo pada keenakan."

Virgo kembali berpikir, jangan sampai dipermainan Dodit ia kalah. Karena biasanya Dodit meminta hal yang tak wajar. Seperti saat ia kalah bermain ps dengan Dodit di rumah Daniel, ia terpaksa harus memangkas rambutnya dengan gaya yang menyerupai mangkok. Dan hal itu tidak mungkin tidak mengundang gelak tawa teman-temanya tak terkecuali. Selama beberapa bulan juga ia menjadi pusat perhatian warga sekolah.

Begitu pun guru pengajar di kelasnya yang menanyakan perihal gaya rambutnya. Bukannya ia mendapatkan pembelaan dari para guru, ia malah dijadikan bahan gurauan di kelas. Tentu saja Dodit pelaku yang paling keras menertawakannya.

"Dit, lo ngomong aja fals kuping gue merinding dengerin lo nyanyi," Ujar Virgo sembari mengusap-usap telinganya.

"Ho.oh bener kata Virgo! Lo nyanyi udah kayak suaranya Squidward."

"Disuruh nebak malah  nge-bacot pak!" Kesal Dodit namun teman-temannya malah tertawa.

"Gue nyerah deh."

"Bener?"Tanya Dodit dengan nada menggoda dan menaik-naikkan alisnya.

"Gercep ah!" ujar Bimo yang juga sudah buntu.

"Tunggu kalo kita kalah apa hukumannya?"

Dodit tersenyum licik membuat mereka merasa was-was. "Ra-ha-si-a"

Mereka mendengus dengan jawaban Dodit. Awas saja jika cowok jadi-jadian itu meminta yang tidak-tidak mereka akan menghabisi cowok itu detik itu juga. Daniel hanya menonton permainan mereka yang unfaedah itu tanpa minat untuk bergabung. Ia sudah bertekad untuk tidak memikirkan Rindu lagi namun otaknya menghiyanatinya. Pertanyaan mengenai Rindu terus berputar di kepalanya. Ia menjadi jengkel sendiri dan meminta otaknya untuk berhenti memikirkan itu.
Daniel memperbaiki letak jam tangannya. Pukul Lima lewat tiga puluh pantas saja sekolah sudah mulai sepi, beberapa teman sekelasnya juga sudah pulang. Daniel mengambil tasnya lalu melangkah keluar.

"Mau kemana lo?"

"Pulang."ujarnya tanpa menoleh.

"Masih ngambek?"

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang