#13 Gundah

441 316 313
                                    

Sejak kau hadir disetiap malam  ditidurku, aku tahu sesuatu sedang terjadi padaku
_Roulete.
.
.
.
.
.

Daniel sedikit menjauh dari keributan yang dibuat oleh teman-temannya hingga kamarnya tidak berbentuk. Kaleng soda dimana-mana, makanan ringan berceceran di lantai dan juga karpet, bungkus snack yang juga tidak berada di tempat yang seharusnya.

Kini cowok itu sedang berada di balkon kamarnya. Manatap langit malam yang membentang luas dengan taburan bintang yang cukup membuatnya melengkungkan bibirnya membentuk sabit. Sedikit menenangkannya dari rasa cemas yang hadir karna gadis yang benar-benar membuatnya gelisah. Ia Rindu pada gadis itu.

Sejauh ini ia belum menemukan jawaban dari teka teki tersulit yang pernah ia temui.
Teka teki yang tak sengaja tercipta semenjak gadis itu hadir di kehidupannya. Gadis yang kehadirannya berhasil menyita perhatianya. Gadis yang senyumnya membuat ia merasa bahagia. Yang selalu sukses membuatnya cemas ketika ia tak melihat kehadirannya.

Ya Rindu-lah gadis itu, gadis yang juga membuatnya pusing. Bahkan sejauh ini ia mencoba menggali informasi apa saja dari gadis itu dan tentunya sahabat-sahabatnya juga membantunya. Sekalipun Bimo teman sekelas Rindu, cowok itu tidak tahu menahu perihal Rindu. Rindu itu sangat tertutup tapi dalam pengamatanya ia tahu bahwa Rindu sebenarnya sangat peduli dengan orang di sekitarnya.

Contoh saja, beberapa hari yang lalu saat hendak pulang sekolah mereka tak sengaja melihat Rachel teman sekelas Daniel yang sedang menangis di depan kamar mandi cewek entah karena apa sebabnya. Rindu menghampiri cewek itu dan langsung menanyakan keadaanya. Tanpa aba-aba Rachel pun langsung memeluk Rindu hingga menangis dipelukan Rindu.

Selang beberapa menit tangis Rachel akhirnya mereda dan finalnya Rindu menyuruhnya untuk mengantar Rachel pulang. Daniel sempat ingin menolak permintaan Rindu dan menanyakan bagaimana dengan dirinya, namun Rindu  menjawab dengan enteng.

"Gue punya kaki, gue juga masih ada duit nggak usah khawatir."

Alhasil Daniel pun mengantar Rachel untuk pulang dengan syarat Rindu harus menunggunya sampai ia kembali ke sekolah dan harus pulang dengannya. Menurut informasi yang ia dapat dari Bimo, Rindu itu tempat curhat ternyaman bagi teman-temannya sekaligus penasehat yang bijak.

"Niel!" Panggil Aksa menepuk bahu Daniel pelan. Seketika Daniel pun menoleh. "Are you okay, dude?"

Daniel hanya mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Udah pada selesai nontonnya?"

"Gue sih udah tapi mereka belom."

Daniel mengangguk lalu kembali mendongakkan kepalanya menatap langit malam bertabur bintang. Sudah sejak lama ia dan sahabat-sahabatnya itu menyukai Drama kolosal. Malam ini mereka memutuskan untuk nobar alias nonton bersama namun moodnya sedang tidak baik kali ini dan ia pun memutuskan untuk menenangkan diri.

"Lo masih mikirin itu?"

Daniel yang mulai mengerti arah pembicaraan Aksa menghembuskan napas kasar. Ia mencoba menetralkan ekspresinya agar terlihat baik-baik saja. Lalu tersenyum tipis.

"Gue ada ide."

Daniel menatap Aksa sambil mengerutkan dahinya meminta lanjutan dari ucapan sahabatnya itu.

"Nanti gue kasih tahu lewat chat, gue mau balik dulu."
Daniel mengangguk pelan lalu berujar. "Thanks tiati."

Lalu mereka pun melakukan high five ala laki-laki. Yang lain pun menyusul untuk pulang mengingat malam yang semakin larut tak lupa sebelumnya mereka telah membereskan kembali kamar Daniel yang dibuat acak-acakkan oleh mereka.

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang