#23 You broke my heart

315 200 344
                                    

"Dan pada akhirnya, kamu pergi karena luka yang aku berikan."
_Rain.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di ruangan yang gelap nan pengap itu seorang gadis berjalan dengan tangan yang terus meraba-raba oksigen hampa itu. Ia kesulitan untuk menatap objek dalam keadaan gelap seperti itu sedangkan tangannya terus meraba hingga tak sengaja menyenggol suatu benda. Namun seketika itu lampu ruangan mendadak nyala.
Ia mengernyit kala melihat seorang laki-laki tengah duduk dan menatapnya nyalang.

"Daniel?"

Daniel menatap gadis itu dengan seringaiannya lalu berjalan mendekati gadis itu.

"Ternyata bener di sekolah ini ada cewek yang sengaja pake topeng buat nutupin kemunafikannya?" Ujarnya sambil melangkah maju perlahan mendekati gadis itu namun gadis itu malah berjalan kebelakang menghindari tatapan Daniel yang penuh kemarahan.

"Lo tau siapa cewek itu Rindu," Daniel menjeda ucapannya lalu kembali menatap lawan bicaranya."Eh Rain?"

Mendengar itu Rindu tercekat, jantungnya berdegub semakin kencang. Ia tak percaya dengan semua ini, bagaimana Daniel bisa tahu semua ini. Ia tak sanggup lagi menatap mata Daniel yang terus menatapnya tajam membuatnya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tersebut. Ia semakin menegang ditempatnya pasalnya, tembok ruangan ini sangat menusuk pandangannya ia tak sanggup melihat semua ini. Semua ini terlalu menyakitkan baginya.

"Kenapa lo diem Rin eh Rindu atau Rain? Gue bingung ternyata selain otak lo yang pinter lo juga berbakat buat bohongin orang juga, lo tutupin semua keburukan lo dengan menjadi sosok yang pendiam seolah lo itu cewek lugu yang nggak punya dosa."

Rindu melangkah mundur sebisa mungkin ia menahan air matanya namun sekuat apapun ia menahan, butiran air matanya jatuh juga membuat pengelihatanya sedikit buram. Ia tahu bahwa suatu saat semuanya akan terbuka, tapi ia tidak tahu bahwa sekarang dan detik ini juga rahasia yang ia tutup-tutupi menghancurkannya. Semuanya terasa begitu cepat, ia belum siap untuk merasakan luka yang baru. Ucapan Daniel mampu mencabik-cabik hatinya. Sakit...

"Dan bodohnya gue bisa percaya sama cewek kayak lo," Daniel terus melangkahkan kakinya hingga Rindu semakin terpojok pada tembok semakin minim pula oksigen yang ia hirup di ruangan yang pengap ini.

"Jawab! Gue harus panggil lo apa?!"Suara Daniel meninggi membuat air mata gadis itu mengalir semakin deras.

Rindu meremas ujung roknya menyalurkan rasa sakit hatinya, sebisa mungkin ia berusaha tenang walaupun jiwa dan raganya remuk tanpa disadari. Ia ingin lari dari tempat ini tapi entah mengapa tubuhnya sangat lemas. Rindu menunduk dalam dengan isakan yang semakin menjadi. Tangan Daniel terulur untuk mengangkat dagu Rindu agar gadis itu mau menatapnya. Dan tatapan mereka pun bertemu dengan perasaan yang tak mampu mereka deskribsikan. Mereka sama-sama terluka, sama-sama tak siap atas jawaban yang diberikan oleh sang waktu.

"Gue sayang sama lo, tapi detik ini gue berhenti untuk mencintai lo meskipun gue nggak yakin gue mampu," Daniel melangkahkan kakinya meninggalkan Rindu.

Detik itu juga kaki Rain tidak mampu lagi menopang tubuhnya. Luruh bersamaan hatinya yang patah berkali-kali dalam sekejab. Pernyataan cinta dari Daniel, semakin membuatnya sakit. Bukan hanya ia yang terluka, Daniel juga. Ia salah, tak seharusnya ia mendekat jika tahu ada luka yang akan mendekap. Padahal sejak awal ia tak pernah ada hati untuk memberi luka pada seseorang itu. Namun takdir yang mendesak akan luka yang tercipta diantara mereka.

Dibalik lemari, seorang gadis menatap itu dengan perasaan bersalah. Ia ingin menolong gadis yang tengah menagis disana tapi ia harus pergi sebelum semuanya terlambat. Dalam waktu yang singkat, ia menyimpan kembali ponselnya dan pergi meninggalkan gadis rapuh itu sendiri. Dengan ragu, ia kembali menatap gadis itu. Namun sebelum rasa kasihan menguasainya, ia lebih memilih untuk pergi.

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang