#26 Sorry

258 178 139
                                    

Aku hampir menyerah, sesulit itu untuk membuatmu percaya padaku.
_Rain.
.
.
.
.
.
.
.

Rain berjalan menyusuri koridor sekolah, tujuannya hanya Daniel. Ia sudah mencari Daniel ke kelasnya, namun orang yang ia cari tidak ada disana.
Tempat kedua yang sudah ia kunjungi adalah rooftop namun tidak ada siapapun disana. Jarak antara kelasnya dan kelas Daniel lumayan jauh, dan jarak antara kelas Daniel dengan rooftop tak kalah jauhnya, beruntung saja lift dalam keadaan tidak padat.

Rain ingin menjelaskan tetang semuanya pada Daniel, ya meskipun mungkin itu terlambat. Tapi Elang terus meyakinkannya untuk mengatakan semua itu. Untuk ke dua sahabatnya, ia tadi telah menjelaskan kepada mereka apa alasannya menutupi identitas aslinya, tentu saja hal itu tak lepas dari sakit hati. Namun ia berusaha untuk tidak menangis di depan sahabatnya. Awalnya Nanda memang sempat kecewa padanya namun setelah menceritakan semuanya cewek berambut sebahu itu busa mengerti. Ia sedikit lega untuk itu.

Rain berbelok menyusuri taman yang nampak sepi. Ia sudah lelah karena sedari tadi terus berjalan. Ia duduk disalah satu kursi taman dekat dengan kolam ikan, matanya terus bergerak ke sana kemari mencari Daniel namun sepertinya mustahil cowok itu ada disini. Rain memejamkan matanya untuk menjernihkan pikirannya. Jika dirasakan bukan hanya kakinya yang terasa pegal, matanya juga lelah terus bergerak-gerak mencari Daniel.

Rain kembali membuka matanya setelah dirasakannya cipratan air mengenai tangannya. Ia beralih menatap kolam ikan lalu berjongkok disamping kolam itu. Ia memperhatikan ikan yang tampak lemas tidak seperti yang lainnya. Rain merogoh saku roknya karena seingatnya tadi Diba memberikan biskuit untuknya. Rain membuka bungkus biskuit itu lalu meremas biskuit itu hingga remuk lalu ia taburkan sedikit diatas kolam dan membuat ikan yang disana memunculkan kepalanya kepermukaan air berebut remahan biskuit tersebut. Benar seperti dugaannya, ikan-ikan dikolam ini kelaparan. Rain kembali menaburkan remahan biskuit itu namun netranya tak sengaja menangkap pantulan bayangan seseorang dari permukaan air kolam tersebut.

Daniel? Ia berdiri lalu memutari bangku yang tadi ia tempati. Ia tak sadar bahwa orang yang ia cari ternyata duduk dibelakangnya.

"Daniel."

Daniel tak menyahut, ia terus membaca bukunya lalu membuka halaman selanjutnya. Sebenarnya ia sengaja duduk dibelakang Rain ketika melihat gadis itu duduk sendirian. Sebenarnya ia juga ingin mendengar penjelasan dari Rindu tapi entah mengapa hatinya sulit untuk menerima gadis itu lagi. Mungkin  ia terlalu dikendalikan oleh ego, ia rindu pada gadis itu namun enggan untuk menatap manik indak gadis itu.

Rain menggigit bibir bawahnya, ia binggung harus berbuat apa. Ia mencoba membuka mulutnya namun tak ada kata yang lolos dari bibirnya. Ia mengambil napas lalu membuangnya. "Niel gu-"

"To the point please."

Rain memilin ujung roknya, sikap Daniel yang dingin membuat kepercayaan dirinya menipis. Terlebih Daniel sepertinya tidak mau menatapnya. Ia terus berdiri dengan gelisah ia takut untuk mengatakannya.
Kedatangan Rain membuat fokusnya buyar seketika, ia tidak lagi membaca namun terus menangkap pergerakan kaki Rindu yang sepertinya gelisah. Tak tahan menunggu Rain mengucapkan apa yang gadis itu ingin katakan, Daniel bangkit.

"Lo ganggu banget tahu nggak?" Ujarnya dengan nada dingin lalu pergi meninggalkan Rain yang masih terpaku disana.

Rain menatap punggung Daniel yang semakin menjauh. Ternyata benar menaruh kepercayaan tidaklah mudah apalagi setelah merasakan kecewa. Dan ia juga pernah merasakan itu setelah merasakan sakitnya kehilangan.

***

Rain mengetuk-ngetukkan jarinya di meja tatapannya kosong, pikirannya terus terpaku pada Daniel. Nanda dan Diba menyadari ada yang hilang dari Rain. Gadis itu kembali seperti dulu tidak pernah tersenyum sama sekali. Padahal mereka sudah sangat senang saat Rain sudah mulai mau berbicara dengan teman-teman yang lainnya dan ikut bercanda dengan teman-teman yang lain meskipun Rain tidak pernah tertawa tapi hanya tersenyum. Rain memang cantik meskipun berekspresi datar namun mereka lebih senang jika gadis itu tersenyum. Tapi sepertinya itu akan mustahil untuk saat ini.

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang