Bab 89.

1.7K 183 15
                                    

- Perang Kedua Perihal Pertunangan. Bagian Kesatu -

Karena si bos besar sudah membereskan kejadian licik hari ini, sekelompok kasim yang ahli dan berbadan kekar langsung dibagi untuk 'mengkontrol' permaisuri raja Ruyang dan nyonya Chunyu, yang pertama dengan tangkas dibawa ke kereta istana, kemudian diantar ke biara Sancai diluar kota (pangeran tua Ruyang menyela kalau tidak perlu diantar ke rumah lagi dia bisa membantu istrinya membereskan perhiasan dan pakaian kemudian mengantarnya kesana), yang terakhir praktis hanya diusir dengan kasar keluar dari pintu istana, dihilangkan dari daftar registrasi istana.

Setelah menyelesaikan urusan besar ini, Shaoshang yang cerdas merasakan semua orang di dalam aula, dari baginda raja sampai adipati Yu seperti menghembuskan nafas lega. Adipati Yu bahkan berkata satu kalimat dengan lembut: "Kerabat yang tidak bijak tidak bisa diikuti, reputasi pemimpin berhubungan dengan reputasi negara."

Pangeran tua Ruyang membuka matanya tertawa sambil memukul punggungnya: "Bagus perkataanmu! Memang tidak percuma membaca begitu banyak buku dari kecil sampai besar. Beberapa waktu lalu gu baru saja mendapat beberapa poci anggur dari buah liar, manis dan sangat wangi, hari ini gu pasti harus minum denganmu sampai puas!"

Adipati Yu di umurnya sudah mencapai posisi tertinggi di jabatan pemerintahan, tetapi masih dipukul sampai terhuyung-huyung hampir saja terjatuh dari tangga, hanya bisa menggelengkan kepalanya tertawa pahit; kemudian ditarik oleh pangeran tua yang gembira sekali karena baru berpisah, keduanya mohon undur diri keluar.

Selir Yue menguap sedikit: "Saya sudah mengantuk, mau tidur siang dulu. Baginda raja, permaisuri raja, qie undur diri dahulu.." Sambil berkata langsung memberi hormat kepada baginda dan permaisuri, kemudian melenggak lenggok berjalan keluar dari aula.

"Aiya, kamu belum makan siang, tidur siang apa." Baginda raja mengejar bayangan punggungnya berseru.

Selir Yue berkata: "Qie kan tidak perlu naik gunung menghajar harimau atau turun ke sawah bercocok tanam, dari pagi sampai malam cuma duduk di ranjang tidak ada kerjaan, kapan ingin makan tinggal makan."

Baginda raja hanya bisa melihat dia dengan tidak berdaya, kemudian menoleh menarik permaisuri raja pergi makan siang: "Tidak perlu mempedulikan dia lagi, kita pergi makan siang, ayo ayo."

Permaisuri raja bersikap seolah tidak ada masalah, sama seperti biasa dengan anggun berkata siap dengan suara rendah.

Shaoshang melihat adegan ini, tidak bisa menahan diri untuk memberikan pandangan kalau 'permaisuri raja juga tidak bisa sama sekali bersikap tidak bermartabat dalam menghadapi para selir', tetapi yang ada Ling Buyi sudah menariknya pergi, terus berjalan keluar sampai di pekarangan depan yang sangat luas dan sepi, baru berkata: "Baginda raja benar-benar deh, kalau memang dari awal sudah hendak membereskan nenek yang terus mengancam itu, si wanita..." Dia ingin meniru Wei Xiangzhu* yang berteriak wanita pelacur tua, sayangnya nyalinya tidak cukup besar, "Wanita tua itu, mengapa tidak lebih cepat turun tangan, membuat permaisuri dirudung tanpa alasan!"

* 韦香主 Wei Xiaobao dari karakter the deer and
the cauldron, di indonesia dramanya
pangeran menjangan.

"Kamu pikir permaisuri tua Ruyang itu mudah disingkirkan." Ling Buyi berkata.

"Memangnya tidak?" Bapak tua yang memakai jubah naga itu adalah tuan Baginda raja, bukannya kemarahan bagaikan petir atau kebaikan bagaikan hujan adalah anugerah dari pemimpin.

Love Like The GalaxyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang