Buku 1. Bab 1.

18.2K 393 51
                                    

[Rumput Hijau di Tepi Sungai, Pohon Willow Rimbun di Tengah Taman]

Penulis hendak menyampaikan beberapa perkataan: Penjelasan di awal, harus dilihat.

1. Point ini ditaruh di awal, hal yang penting disebutkan tiga kali. Kalau ke depan nanti para pembaca membaca ada latar belakang sejarah yang familiar, harap telusuri dengan hati-hati, karena tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi di belakang; mengapa sengaja ditulis di awal karena tidak ingin berselisih dengan penggemar sejarah, tetapi latar belakang hanyalah sebuah bingkai, tidak terlalu berhubungan dengan inti cerita.

2. Karena point sebelumnya sedikit kurang menyenangkan, jadi secara khusus dijelaskan terlebih dahulu, mirip seperti novel misteri yang pasti tidak akan memunculkan siapa pembunuhnya dahulu, cerita saya pasti tidak akan memunculkan siapa pemeran utama pria dahulu, kalau tidak bisa menerima alur ini atau takut berdiri di jalur yang salah, mohon jangan masuk membaca, tetapi itu berarti, pemeran utama adalah seorang wanita, semua orang lainnya hanyalah muncul di kehidupan komikal pemeran wanita tersebut.

3. Kesimpulan dari artikel ini adalah HE.

4. Cerita ini lambat panasnya, mari kita membacanya secara perlahan-lahan.

—————————

~ Perayaan Pembukaan Bisnis Baru - Perjalanan Melintasi Waktu dan Kisah Misteri Tanpa Pelayan Pribadi ~

Ini adalah sebuah bangunan satu lantai yang terbuat dari batu lumpur, seluruh badan bangunan tersebut sama modelnya, terbagi sama rata secara horizontal menjadi tiga bagian, di tengah-tengah adalah aula yang sekaligus merangkap menjadi ruang makan untuk menampung banyak orang, di kedua sisi bangunan adalah kamar, Yu Cailing tinggal di bagian sayap timur. Kamar tersebut sangat sederhana, dinding dari serbuk lumpur kuning yang dipoles dengan rapi dan mulus, di lantai dibangun sebuah kompor raksasa berbentuk persegi, mirip seperti yang digunakan pengrajin keramik, tampilan luarnya sederhana dan kuno, tetapi hasilnya cukup memberi kehangatan. Kemudian, walaupun biasanya selalu tenang, tetapi Yu Cailing hampir pingsan karena ketakutan —

Di dalam kamar tidak ada ranjang, bangku dan kursi, yang ada di dalam kamar hanyalah lantai papan kayu berpernis dan semacam anak tangga yang dilapisi papan kayu yang rata, menempati sepertiga dari keseluruhan ruangan. Diatasnya dibentangkan selapis perlengkapan tidur, itu dianggap sebagai ranjang, di samping ada matras bulat kecil dianggap sebagai bangku, selain itu ada meja persegi kecil yang dipakai untuk makan dan minum. Yu Cailing pernah menonton film lawas Akira Kurosawaki, merasa suasananya cukup mirip dengan interior rumah jepang bagi orang miskin pada zaman dulu.

Puluhan hari yang lalu ketika terbangun, selain kepalanya terasa begitu sakit sampai hendak pecah, tapi terutama karena shock dengan tebakan sendiri sehingga pingsan kembali, berharap kalau bisa mati sekali lagi. Faktanya kampung halamannya dahulu di jalur 1800 di kota kecil Jiangnan yang dikelilingi oleh celah gunung, mengalami pribahasa seratus mil aksen yang berbeda, seribu mil bahasa yang berbeda*, total pernah bertemu dengan dua orang Jepang yang datang melewati berbagai kesulitan dan datang dari tempat jauh. Belakangan baru tahu dari seorang pemuda yang bekerja di kota besar ketika pulang kampung, orang yang penampilannya seperti itu adalah penjajah Jepang busuk. Kepala desa tua berkomentar dengan geram, memerintah penduduk desa supaya lain kali kalau bertemu mereka lagi, wajib memasukkan racun tikus ke dalam ubi manis, ubi ungu, atau lobak sebagai hadiah. Sayangnya tidak ada penjajah Jepang busuk lagi yang datang, racun tikus juga tidak terpakai.

* 百里不同音,千里不同言 Bǎi lǐ bùtóng yīn,
qiānlǐ bùtóng yán: bahasa dan kebiasaan orang
akan berbeda di tempat yang berbeda.

Love Like The GalaxyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang