Bab 27.

1.8K 147 14
                                    

- Skandal Pertama Dalam Hidupku. Bagian Kesatu -

Shaoshang bersandar di jendela kereta kuda, satu tangan mengangkat tirai satu tangan menekan cadar wajahnya, tidak putus-putusnya memandang keluar — ini adalah sebuah kebiasaan baru yang dia pelihara. Tidak peduli kemana pun itu, asalkan itu adalah jalan yang belum pernah dia lalui sebelumnya dia harus terus melihatnya, baru di dalam hatinya tidak merasa hampa.

Untungnya di jaman ini masyarakat tidak membatasi wanita harus berkerudung tidak boleh menunjukkan wajahnya, tetapi yang paling menjengkelkan adalah jalanan yang jelek; jalanan dari tanah berpasir rata, tapi yang menyebalkan pasir yang menerpa wajah; jalanan batu cukup bersih, tapi sepanjang perjalanan berguncang-guncang. Aih, dia benar-benar rindu kepada jalan aspal dan dari semen.

Cheng Yang yang duduk di seberang memandangnya, sedikit melamun.

Dia pernah mendengar Muxu berkata, ketika pertama kali abang terbesar membawa Niao Niao keluar rumah, bukan pergi ke pusat kota yang ramai juga tidak pergi ke area istana yang megah, melainkan menyuruh kusir kereta berjalan mengelilingi sisi dalam dinding kota berputar sekali, itu saja menghabiskan waktu beberapa hari. Setiap hari keluar begitu hari baru mulai terang, sampai ketika lentera sudah dinyalakan baru pulang ke rumah, sampai terakhir bibi sedikit lagi sudah mau meledak emosinya, sedikit lagi sudah tidak bisa menahan diri.

"...... kakak sepupu, tahukah kamu." Tiba-tiba Shaoshang menjulurkan kembali kepalanya, berkata sambil tersenyum-senyum, "Dalam membangun sebuah ibukota, harus melihat satu gunung, dua air, tiga topografi. Yang artinya, harus membelakangi gunung, aliran sungai yang melimpah ruah, topografi tanah yang luas dan rata." Yang terbaik di depan luas di belakang sempit, itu memudahkan pasukan menyimpan ransum, dan memperluas populasi.

Cheng Yang melihat dia begitu bersemangat seperti anak kecil, jadi tertawa berkata: "Bukan hanya ibukota, suatu hari nanti kalau kamu jalan-jalan ke luar kota, maka kamu akan tahu kalau semua benteng yang dibangun oleh klan ternama semuanya juga demikian."

Wajah Shaoshang penuh dengan kekaguman: "Rumah kita tidak ada bentengnya, ayah hanya merenovasi rumah leluhur saja." Sampai sekarang ini, di keluarga Cheng praktis hanyalah seorang tuan tanah yang kaya raya dan menjadi seorang pejabat. Sebenarnya kalau dipikir-pikir dirinya yang sudah menganalisa dengan sederhana dan secara kasar menggunakan angka-angka terhadap para klan tersebut adalah langkah yang dangkal, masih banyak beberapa faktor dan elemen yang tidak pernah di pertimbangkan.

Shaoshang memperlihatkan wajah nakal yang cerdas, kemudian lanjut memandang keluar.

Kalau dilihat dari atas ibukota yang sangat besar ini, bentuknya adalah membujur segi empat, di keempat sisi timur barat selatan utara dikelilingi tembok kota yang tebal yang tinggi menjulang ke awan, menyebar belasan pintu kota yang terbagi tidak rata. Sampai sekarang, dia belum pernah keluar dari ibukota.

Kesuksesan keluarga Cheng agak terlambat, mirip seperti rumah kediamannya, tempat yang paling ramai dan berada di pusat kota sudah ditempati orang, gudang keluarga Cheng seakan-akan menempel di dinding kota, kalau naik kereta kuda perlu waktu lebih kurang satu jam baru tiba, ditambah lagi kebanyakan adalah jalanan rusak, dibanding mengitari dinding kota sebelumnya lebih butuh usaha.

Membangun gudang ini tentu saja adalah ide dari nyonya Xiao, orang di keluarga Cheng tidak banyak, tidak sedikit barang-barang hasil rampasan menumpuk di kediaman Cheng jadi praktis tidak ada gunanya, lebih baik dijadikan keuntungan di toko; lagipula harga pasar yang naik turun, lebih baik menyimpan beberapa stok kain, arang dan semacamnya. Kalau disederhanakan, itu keperluannya untuk membagi keuntungan, menumpuk barang, juga perputaran barang keperluan sehari-hari.

Love Like The GalaxyWhere stories live. Discover now