00 : Cancel

997 53 2
                                    

Ae menatap lama kotak persegi empat warna hitam yang berisi cincin, itu cincin tunangannya.

Pria yang bertunangan dengan dia membatalkan perjodohan tersebut dengan alasan dia di hatinya sudah yang lain. Jadi dia tidak mau meneruskan perjodohan ini karena dia mau menikah dengan orang yang dia cintai.

Padahal mereka belum pernah bicara secara langsung, bertemu pernah namun dia tidak tahu kalau Ae itu tunangan dia.

"Kakak nangis lagi?" Tanya si bocah kini sudah duduk di sisi Ae.

Ae menggeleng dengan senyum yang dia buat seindah mungkin, dia tidak ingin membuat si bungsu khawatir dan akhirnya ikutan nangis.

"Benarkah?"

Kali ini Ae mengangguk sambil mengusap-usap sayang kepala si bungsu.

"Kalau begitu kenapa kakak masih menyimpan ini? Buang saja! Adek tidak suka dengan benda ini. Benda ini jahat, gara-gara benda ini kakak sering menangis!" Ucapnya belum mengerti apa itu perjodohan. Dia masih 14 tahun.

"Iya, nanti kakak buang!" Sahut Ae sendu enggan membuang cincin tunangannya walaupun perjodohan ini sudah berakhir.

"Ya udah, kalau begitu ayo kebawah kak. Sebentar lagi daddy dan papa pulang!" Ajak dia selalu semangat menyambut kepulangan orang tuanya, dia menarik-narik tangan Ae, jadi mau tidak mau Ae terseret ikut dengan keinginan dia.

Lalu begitu mereka sampai di bawah, ruang tengah. Dia sudah melihat orang tuanya beserta abangnya. Dia lepas rangkulan tangannya dan segera dia berlari menghampiri orang tuanya. "Hati-hati dek, nanti jatuh!" Ucap Ae mengingatkan si bocah yang sudah kelewat bahagia melihat orang tuanya. Si bungsu hanya mengangguk kemudian, brughh! Dia menghempaskan begitu saja tubuhnya ke dalam pangkuan papanya, dia sesapi aroma tubuh papanya yang sudah lama dia rindukan.

"Adek kangen..." Manjanya dia kepada papanya yang baru pulang.

Cup!
Senangnya dia mendapat kecupan dari papanya. "Papa juga. Adek gak nakal kan selama papa tinggal?"

Si bocah menggeleng polos lalu dia benamkan lagi wajahnya di dada papanya.

Sementara itu Ae menyambut hangat daddynya yang sudah tersisihkan jika si bungsu sudah ada diantara mereka. Yah si bungsu suka memonopoli istrinya.

Sedangkan si Abang sudah duduk lelah di sofa, dia masih jetlag.

Dia baru saja datang dari German, sekolah di sana. Dan sekarang lagi libur, sekalian jemput Ae. Katanya Ae mau sekolah di sana. Dia mau move on.

Terus orang tuanya, mereka dari Kanada, urusan bisnis pastinya.

"Tapi akhir-akhir ini kakak sering menangis... Jadi adek juga ikutan nangis!" Cerita si bocah selalu menceritakan apapun kepada orang tuanya.

"Papa aja yang dipeluk dek? Memangnya adek gak kangen dengan daddy?"

Mendengar pertanyaan daddy, segera dia alihkan pelukannya kepada Daddy nya amat bucin dengan papanya, Perth.

Sementara itu Perth sudah membawa Ae duduk di sofa. Dia usap pipi putra cantiknya, kembaran si abang.

"Kenapa kakak gak cerita sama papa kalau perjodohan ini dibatalkan, hembn?" Dia langsung pulang begitu mengetahui perihal perjodohan putranya yang batal.

Hening...

"Nak, papa gak akan marah, jadi cerita ya sama papa!" Lembutnya ucapan dia kepada putranya yang terlihat kurus dari terakhir kali dia melihat putranya.

"Abang kalau capek, tidur di kamar aja!" Seru Mark kepada kembaran Ae.

"Iya Daddy..."

"Ingat, daddy sudah tidak kuat menggendong Abang!"

Only You! حيث تعيش القصص. اكتشف الآن