34. Something Bad

884 98 27
                                    

Hujan lebat kini membasahi setiap sudut di kota New York. Cuaca yang lembab dan dingin membuat gue hanya ingin berdiam diri di dalam rumah, lengkap dengan baju dan celana tidur panjang yang hangat, diam di dalam selimut berbulu tebal ditemani secangkir teh hangat. Atau cokelat hangat juga nggak masalah.

Tapi sayangnya keinginan gue yang simpel itu belum bisa terwujudkan dikarenakan hari ini ada meeting dadakan. Bawaannya males banget meeting di pagi hari ditengah-tengah hujan deras dan cuaca yang dingin.

Tetapi walaupun sekarang lagi males banget untuk keluar rumah, ada satu hal yang membuat gue semangat menjalankan aktivitas hari ini. Yaitu menjemput Mark di Bandara Udara Internasional John F. Kennedy. Seenggaknya ada satu hal menyenangkan yang gue nantikan ketika kerjaan gue udah beres.

Udah sekitar seminggu gue nggak mendengar kabar dari Jaehyun. Mungkin dia lagi sibuk-sibuknya, karena gua nonton dan baca berita kalau Jaehyun lagi kunjungan berbagai negara untuk perjalanan bisnis dan juga bertemu dengan tokoh-tokoh penting. Rasanya kayak ada yang kurang, karena biasanya Jaehyun—Kean maksudnya, akan menelfon gue seenggaknya sehari kali apabila kita udah lama nggak ketemu. Tapi sekarang, mungkin mereka semua lagi sibuk.

Gue nggak berani untuk nelfon atau menanyai kabarnya duluan. Karena selain malu, gue juga takut. Takut dinilai terlalu kepo. Padahal mungkin dia biasa aja, tapi entah lah, gue selalu mengurungkan niat gue ketika ingin menghubungi Jaehyun.

Triiing

Suara dering telepon menyadarkan gue dari lamunan. Tangan gue langsung mencari letak keberadaan benda logam kecil itu yang ada di dalam tas. Setelah menemukannya, mata gue melihat ke layar siapa yang menelpon, ternyata Mark.

Tut

"Kak Syl? Lagi gimana?" Tanya Mark begitu gue angkat panggilan telfon dari dia.

"Aku lagi di taksi mau ke kantor. Kenapa?"

"Oooh." Mark hanya ber oh ria di balik sana.

"Kenapa emangnya?" Gue mengulang pertanyaan yang sama, karena dia belum menjawab pertanyaan gue.

"Kak, temenku dari Kanada boleh ikut ke New York nggak?"

"Kenapa tanya aku? Kan dia yang mau ke New York..."

"Tapi dia belum punya tempat tinggal..."

"Jadi dia mau ikut tinggal di apartemen sama kita?"

"Iya, kalau boleh?"

"Tapi kamar di apartemen kan hanya ada 2, Mark... temen kamu mau tidur dimana?"

"Hmm... sama aku aja gak apa-apa. Dia katanya nggak masalah kalau harus tidur di lantai juga... kita ada kasur lipet kan kak?"

Hening. Gue nggak langsung membalas perkataannya.

"Kak?" Panggil Mark. Memastikan kalau gue masih ada dalam sambungan telepon dengannya.

"Temen kamu lagi sama kamu nggak sekarang?"

"Nggak sih, dia di dormnya dia."

"Temen kamu namanya siapa?" Tanya gue.

"Kevin."

"Berapa lama dia bakal stay di New York?"

"Kalau di New York mungkin lumayan lama, tapi dia minta izin ke aku kalau ikut nginep seminggu boleh nggak?"

"Cuma seminggu aja?"

"Iya cuma seminggu aja."

"Terus setelah seminggu dia bakal stay dimana?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 07, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Suit & Tie | Jung JaehyunWhere stories live. Discover now