16. Black Gold

4.6K 841 166
                                    

Jadi sebelum wawancara, kegiatan dimulai dengan pemotretan dulu. Wawancara baru diakhir.

Gue gak akan bohong, tapi Jaehyun cocok banget jadi model. Tubuhnya tinggi banget, proporsi badannya bagus, kakinya panjang, mukanya muka-muka mahal, hidungnya mancung, bibirnya tipis, kulitnya bersih terawat, matanya mampu menghipnotis semua kaum hawa di dunia ini — pokoknya ideal banget. Ideal jadi model, ideal jadi suami juga. Eh gue barusan ngomong apa? Halu mulu.

Semua orang di dalam studio sekarang lagi sibuk banget, oh iya, kalau ada pemotretan gini, ada juga anak magang yang ikut berpartisipasi. Tapi mereka diharuskan untuk memperhatikan setiap gerak gerik yang ada di ruangan biar nanti mereka udah tau apa yang harus mereka lakukan kalau seandainya diterima di Vogue.

"Syl, bisa tolong beliin kopi nggak?"

Karena gak ada orang yang nganggur, dan kerjaan gue bisa dibilang cukup ringan karena hanya memantau situasi. Kalau Jessica butuh sesuatu baru deh bantuin.

"Oh boleh." Lagian gue juga cuma memantau situasi. "Berapa?"

"Lo bisa bawanya gak kalau 5 karton?"

"Beli 20 biji?"

"Iya, buat semua orang disini."

"Oh bisa." Dengan yakin gue mengatakannya.

"Oke, kopinya terserah lo aja yang standar semua orang bisa minum." Kata Jennie.

"Oke. Gue cabut kalau gitu."

Sebelum gue pergi, nama gue dipanggil.

"Syllia!"

Waktu gue berbalik, ternyata itu Jaehyun dengan pakaiannya yang udah ganti lagi. Jaehyun kini tengah berjalan ke arah gue diikuti dengan Doyoung di belakangnya. Jujur, Jaehyun keliatan seneng dan ceria selama pemotretan berlangsung. Kalau dia emang sesuka itu, kenapa dia harus menolak tawaran pemotretan dan wawancara?

"Ya?"

"Perginya sama Doyoung." Ujar Jaehyun.

"Kenapa? Saya bisa sendiri."

"Nggak, pokoknya kamu nggak boleh pergi sendiri. Pergi sama Doyoung." Tentu ucapannya Jaehyun mengundang banyak mata ke arah kita. Ucapannya semakin memperkuat asumsi orang-orang kalau gue berada di dalam suatu hubungan khusus dengan pria beranak 2 ini.

"Oke. Ayo Doyoung." Karena gue gak ingin berlama-lama diliatin sama orang, akhirnya gue langsung mengiyakan dan keluar dari dalam studio. Doyoung mengikuti gue dari belakang.

Saat kita tiba di depan gedung, Doyoung malah mengeluarkan kunci mobilnya.

"Tunggu, saya bawa mobil dulu." Ujarnya.

"Gak usah, coffee shop-nya deket kok. Cuma jalan 300 meteran. Jalan aja."

"Oh oke kalau gitu."

Setiap gue mendapat perintah untuk beli kopi, atau misalnya gue yang berada dalam posisi meminta tolong orang untuk belikan gue kopi — ada satu syarat yang harus dipatuhi.

Jangan beli kopi St*rbucks.

Heran kan kenapa?

Mari gue jelaskan sedikit.

St*rbucks itu salah satu perusahaan yang udah goes international dan memiliki cabang dimana-mana. Banyak banget orang yang suka dengan kopi yang mereka tawarkan, dengan berbagai macam varian juga tentunya biar orang gak mudah bosan.

Itu salah satu prinsip bisnis yang harus diterapkan, harus selalu mempunyai inovasi baru untuk mempertahankan bisnis dan biar orang gak bosen. Bayangin kalau menu mereka cuma itu-itu aja, orang pasti bakal bosen kan? Collapsed lah itu nanti bisnisnya.

Suit & Tie | Jung JaehyunWhere stories live. Discover now