30. Flashback

2.5K 486 24
                                    

Gak usah tanya gimana perasaan gue gimana waktu dia bilang dia juga bahagia ketemu gue. Muka gue udah otw kayak tomat. Untung lampu merah yang saat itu memberikan banyak kesempatan untuk Jaehyun melihat gue, langsung berubah menjadi hijau di detik itu juga saat dia bikin gue terbang naik ke angkasa. Untung aja Jaehyun gak ngeliat muka gue yang merah banget karena ucapannya.

"Saya nggak turun gak apa-apa ya, Syl? Willa sama Kean tidur nih haha." Ujar Jaaehyun ketika kita udah sampai di lobi apartemen gue.

"Gak apa-apa kok! Makasih ya Jaehyun udah anterin saya pulang." Lalu gue senyum ke Jaehyun dan senyuman itu bales lagi sama Jaehyun.

Sebelum turun dari mobil gue melihat dulu ke belakang dan melihat Willa dan Kean yang tertidur pulas. Jarang-jarang mereka kayak gini, apa mereka ketiduran karena kekenyangan? Bisa jadi.

"Titip salam sama Willa dan Kean kalau mereka udah bangun ya, Jaehyun."

"Nanti saya bilangin ke mereka." Terus dia senyum lagi ke gue. Senyum mulu ini orang.

"Oke, saya duluan. Kamu hati-hati dijalan." Lalu gue membuka pintu mobil perlahan, dan menutupnya juga perlahan biar nggak ngebangunin Willa dan Kean yang lagi tidur dengan nyenyaknya. Begitu gue turun dari mobil, Jaehyun menurunkan kaca mobil biar dia bisa liat gue. "Hati-hati, Jaehyun!" Kata gue sekali lagi sebelum membalikan badan untuk masuk ke dalam gedung apartemen.

Gue menoleh ke belakang sebentar dan melihat Jaehyun masih berada di sana, mungkin dia nunggu gue masuk dulu? Setelah gue masuk ke dalam gedung baru dia menjalankan mobilnya dan perlahan-lahan mobilnya mengecil lalu menghilang dari pandangan gue sekarang.

Jari telunjuk kanan memencet tombol lift ke atas. Gak perlu nunggu lama sampai akhirnya pintu liftnya terbuka. Gue langsung memencet angka 18 dimana letak apartemen gue berada.

Ting!

Itu suara lift yang menunjukan kalau udah sampai di lantai 18, angka di layar juga menunjukan kalau sekarang udah sampai di lantai 18. Gue langsung keluar dan berbelok ke kanan dimana nomor apartemen gue berada, yaitu 1806.

Sambil jalan ke unit apartemen gue, gue merogoh tas untuk mencari kunci apartemen yang gue taruh di dalam tas. Duh, banyak banget tau gak barang-barang di dalem tas gue. Udah kayak kantong doraemon aja ini karena serba ada. Setelah merogoh tas dan menemukan kunci apartemen yang gue satukan dengan gantungan kunci London Tower, gue langsung melihat arah gue jalan lagi.

Alangkah terkejutnya ketika gue mendongkakan kepala, ada sosok seseorang yang sama sekali gak gue harapkan kehadirannya akan ada disini. Gue gak mau lihat dia. Kenapa dia harus ada disini? Dan, dari mana dia tau kalau gue tinggal disini? Siapa yang ngasih tau?

Flashback On

"Ya udah, cerai aja! Apa susahnya sih?"

Pertengkaran antara mama papa selalu mengisi hari-hari gue dan Mark. Keluarga gue bukan keluarga yang harmonis kayak di film-film. Keluarga gue jauh dari kata harmonis dan bahkan sekarang hampir hancur, atau udah hancur?

"Kamu gak mikirin anak-anak? Gimana dengan Syllia dan Mark?! Kamu gak kasian sama mereka?" Tanya papa ke mama yang saat itu keduanya udah sama-sama gak bisa berpikir jernih dan gak bisa tenang untuk menyelesaikan masalahnya.

Gue dan Mark duduk di tangga yang berada di balik tembok ruang tengah. Mark udah menangis, tapi dia gak mengeluarkan suara sama sekali. Sementara gue berusaha untuk gak menangis, dan gue harus kuat untuk Mark. Mark duduk sambil melipat kedua kakinya dan dia memeluk lututnya. Gue disitu hanya bisa mengusap-usap punggungnya. Gue gak bisa bilang "semuanya bakal baik-baik aja" disaat kita berdua udah tau kalau semuanya gak baik-baik aja dan gak tau kapan sampai semuanya akan baik-baik aja. Gue udah nggak bisa berpikir positif lagi disitu.

"Cerain aku! Kamu lagian udah punya mainan baru kan?!" Suara mama barusan bikin gue kaget. Papa? Punya 'mainan' baru?

"Hahaha! Kamu ngomong gitu seakan-akan kamu yang paling suci! Saya juga tau kalau kamu udah ada yang lain!" Balas papa nggak ingin kalah.

"Ya udah! Kita sama-sama cerai aja! Kamu punya yang baru, aku juga punya yang baru!" Balas mama lagi dengan nada berapi-api.

Mark yang mendengar itu langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri mama dan papa di ruang tengah. Gue yang pikirannya lagi kacau gak bisa menahan dia untuk tetap duduk. Akhirnya gue mengikuti Mark dari belakang menuju ruang tengah.

"Aku gak mau mama sama papa cerai! Gimana nanti aku sama Kak Syl?! Mama papa kenapa harus egois banget jadi orang tua? Kalian gak sayang lagi sama aku dan Kak Syl?!" Walaupun bisa dibilang saat itu Mark masih kecil, tapi dia udah paham betul apa yang sebenernya terjadi di keluarga ini. Dia tau ada sesuatu yang salah.

"Kamu gak usah ikut-ikutan, Mark!" Balas papa. "Kamu cuma anak kecil! Gak usah ikut campur urusan orang dewasa!" Tambahnya. Ucapannya papa bukan ucapan yang gue harapkan seorang ayah akan katakan ke anaknya.

"Kamu jaga tuh Syl adik kamu! Semuanya hancur kenapa? Karena kamu Syllia!" Mama menambahkan.

Gue langsung terdiam. Mama dan papa sama-sama nggak peduli dengan eksistensi gue dan Mark, mereka juga sama-sama punya mainan baru, tapi mereka menyalahkan gue atas kehancuran ini. Kenapa gue? Salah gue dimana? Kenapa harus gue yang disalahin?

Gue nangis. Iya nangis soalnya nggak kuat nahan beban di pundak gue yang udah gue pikul selama ini.

Kehidupan gue dan Mark gak kayak anak-anak lain yang setiap harinya cerah, setiap pagi dibikinin sarapan, ditanya gimana hari gue dan Mark di sekolah, dan selalu diucapkan selamat malam sebelum tidur. Nggak, hidup gue dan Mark gak kayak gitu. Gue dan Mark banyak ditelantarkan semasa kita kecil seakan-akan mereka udah menyesal melahirkan kita berdua.

"Maaf karena aku udah lahir dan hidup sebagai anak kalian." Ucap gue ke mama dan papa sebelumnya membalikan badan dan naik ke lantai atas. Mark mengikuti gue dari belakang dan ikut masuk ke kamar gue. Dia menutup pintunya dan ikutan duduk di lantai sambil bersandar ke kasur.

Disitu gue menangis kencang. Gue gak tau harus kayak gimana lagi. Gue gak bisa nahan dan menyembunyikan rasa sakit yang gue alami selama bertahun-tahun lamanya.

Kalau mereke nggak mau gue hidup jadi anak mereka, kenapa gue harus dilahirkan? Atau kenapa gue harus diurus sama mereka? Kenapa gak kasihin aja gue ke panti asuhan?

Gue bingung sama pola pikir mereka gimana. Mereka punya anak, tapi bersikap seakan-akan gue dan Mark bukan anak mereka. Gak pernah mereka nanyain kabar kita di sekolah gimana, bercanda selayaknya orang tua dan anak, makan malem bareng, dan kegiatan-kegiatan yang biasanya suatu keluarga akan lakukan. Gak usah pikirin gue deh, seenggaknya Mark yang dipikirin sama mama dan papa. Tapi ternyata sama aja. Mereka gak peduli sama Mark.

"Kak Syl, jangan nangis." Kata Mark gitu. Dia mengucapkannya sambil menangis juga.

"Mark, maaf ya." Akhirnya melihat ke arah Mark, memeluknya erat, "aku bakal cepet keluar dari sini dan aku bawa kamu sama aku juga."

Tapi akhirnya setelah gue lulus SMA, Mark gak bisa gue bawa. Akhirnya Mark diserahkan ke nenek gue. Nenek gue orangnya baik banget, dan mengetahui apa yang terjadi malam itu bikin nenek gue shock. Bahkan nenek gak mau ngomong ke mama dan papa atas semua hal yang udah mereka perbuat ke gue dan Mark. Mark bahkan diserahkan begitu aja ke nenek oleh mama tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

Gue yang saat itu udah diterima oleh Universitas di New York dan mendapatkan beasiswa harus pindah ke New York. Gue tentu mengajukan student loan untuk biaya kehidupan gue sehari-hari di New York. Student loan itu bisa gue bayar setelah gue udah lulus kuliah dan setelah gue mendapatkan pekerjaan nantinya.

Gue pindah ke New York dan rasanya lega banget karena dengan kepindahan gue ke New York, itu artinya gue bisa memulai hidup baru. Tapi gue kasian sama Mark karena dia sendirian sama nenek sekarang. Gue akan bekerja keras untuk bisa bawa Mark ke New York atau menguliahkan dia di universitas manapun yang dia mau. Iya, gue akan lakukan itu.

Gue akan move on dari kehidupan gue sebelumnya, termasuk mencoba mengobati rasa sakit yang mama dan papa perbuat.

Flashback Off

"S-Syllia..."

🌸🌸🌸🌸🌸

To be continued...

Suit & Tie | Jung Jaehyunحيث تعيش القصص. اكتشف الآن