33. Central Park

622 75 17
                                    

"Syillia!!!" Itu hal pertama yang gue dengar setelah mengangkat telfon dari Johnny.

Gue yang baru bangun dan masih mengumpulkan nyawa otomatis langsung membuka mata dengan lebar, degup jantung gue kenceng banget dan langsung bangun dari tidur.

"Kenapa?!"

"Selamat pagi~" balasnya begitu santai dari balik sana. Menyebalkan bukan?

"SERIUS KENAPA?" Tangan kanan gue memegang dada gue, merasakan degup jantung yang masih kencang akibat Johnny memanggil nama gue sambil teriak.

"Nggak kenapa-napa seriusan." Balasnya lagi dengan enteng. Dia nggak tau aja gue disini deg-degan setengah mati. "Minggu pagi nih. Jalan pagi yuk? Habis itu kita breakfast."

"John..."

"Hm?"

"JOHNNY! Gue baru bangun terus lo nelfon dan begitu gue angkat ko manggil nama gue sambil teriak! Tau gak lo kalau gue kaget setengah mati?!"

"Gue kira lo udah bangun!"

"Duh Jo, hari Minggu gini mana mau gue bangun pagi-pagi."

"Sorry sorry..." kedengeran ada penyesalan dari cara dia ngomong ke gue. "Masih mau tetep jalan pagi nggak? Kita ke Central Park..."

"Yaa gue siap-siap."

"Oke! Gue otw ke apartemen lo sekarang ya! See you Syl~" belum juga gue merespon, Johnny udah menutup telfonnya di seberang sana.

Tangan gue meletakan handphone di atas meja. Kemudian mengambil ikat rambut bermotif bunga-bunga kecil yang tergeletak di sebelah lampu tidur untuk mengikat rambut menjadi messy bun. Butuh beberapa saat sampai akhirnya gue turun dari tempat tidur.

Hal yang pertama gue lakukan ketika bangun adalah membereskan tempat tidur, melipat selimutnya, menepuk-menepuk bantal yang gue pakai dan ditata agar rapi kembali. Setelah itu gue beranjak ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi aja, karena gue sama Johnny kan pergi mau morning walk dan nanti habis itu pasti keringetan terus harus mandi lagi, jadi dari pada mandinya double mending gue mandinya nanti aja sekalian ahahaha. Anaknya emang nggak mau rugi.

Setelah itu gue mengganti baju, gue hanya memakai tank top berwarna putih, celana legging hitam, jaket parasut berwarna pink pastel dengan aksen bunga-bunga kecil, kaos kaki putih, dan running shoes berwarna putih juga. Gue nggak bawa tas karena ada saku di jaket yang gue pakai dan gue hanya memerlukan handphone dan kartu debit untuk beli makan atau minum.

Baru juga gue duduk di sofa, bel apartemen gue berbunyi. Gue asumsikan itu Johnny. Setelah gue melihat di layar monitor, ternyata emang bener itu Johnny. Gak lama gue langsung membuka pintu dan disambut oleh Johnny.

"Syllia! Good morning!"

"Good morning to you too."

"Pergi sekarang?"

"Tahun depan aja gimana?" Gue niatnya bercanda tapi gue sadar kok itu garing banget.

Krik.

"Ha ha so funny. Ayo Syl." Balas Johnny. Dia masih ketawa, walaupun kelihatannya maksa banget, tapi dia menghargai jokes gue yang garing.

Karena gue udah siap dan memakai sepatu segala macem, waktu Johnny ajak pergi gue langsung mengiyakan dan mengunci pintu apartemen. Kemudian double check dengan apa yang ingin gue bawa.

Handphone udah, kartu udah, hmm apalagi? Udah kan? Iya udah. Oke kita cus pergi.

"Gak ada yang ketinggalan?" Tanya Johnny begitu kita berdua jalan dan hendak menuruni anak tangga.

Suit & Tie | Jung JaehyunWhere stories live. Discover now