31. Thank You

2.6K 514 32
                                    

"S-Syllia..."

Gue kaget. Iya kaget banget. Setelah bertahun-tahun lamanya nggak melihat sosok dia, terus sekarang dia ada di depan pintu apartemen gue? Mau ngapain dia kesini?

"N-ngapain kesini?" Tanya gue langsung to the point dan gak pake basa-basi.

"Kamu apa kabar? Mama kangen sama kamu." Ucapannya bikin gue bergidik. Mana ada dia kangen sama gue? Gue gak mau negative thinking tapi udah terlanjur negative thinking, pasti mama ada butuhnya dateng ke apartemen gue. Kalau gak ada butuhnya, ngapain ke sini?

"Kabarku lebih baik hidup hanya dengan Mark." Balas gue.

Mama nangis. Gue gak tau itu nangis dibuat-buat atau emang nangis beneran. "Ngapain ke apartemenku? Terus tau dari mana aku tinggal disini?" Tanya gue lagi.

"Syllia... mama mau pinjem uang." Tuhkan, pasti ada butuhnya.

"Aku gak ada uang."

"Mama mohon Syllia, mama pinjem $1000 aja." Gila kali? $1000 tuh jumlah yang banyak. Biaya untuk bayar sewa apartemen gue sebulan itu.

"Kemana pacar mama yang banyak uang itu?" Walaupun gue udah gak mau berhubungan lagi sama mama dan papa, tapi gue kadang suka kepo dengan kehidupannya mereka sekarang. Kalau gue lihat di salah satu platform sosial media mama dan papa, mereka hidupnya enak kok. Apalagi mama, pacarnya banyak uangnya. Jadi gue agak heran waktu mama dateng ke apartemen gue hanya untuk meminjam uang $1000 banyaknya. Padahal nih, berdasarkan informasi yang gue dapatkan di internet, untuk mama dan pacarnya, $1000 itu nominal yang sedikit banget kayak kacang goreng. Tapi kok sekarang malah mau minjem $1000 ke gue? Dimana buat gue $1000 bukan uang yang sedikit.

"Dia lagi ada masalah Syllia... tolong bantu mamamu ini." Sambil terus menangis. "Dia ngeinvestasiin semua uangnya terus ternyata uangnya dibawa kabur. Hutang mama masih banyak, mama juga udah ngejual restoran mama untuk bayar hutang-hutang. Mama udah cari pinjeman kesana kesini tapi masih kurang, Syllia."

Gue bener-bener nggak mood untuk melanjutkan pembicaraan ini.

"Aku gak punya $1000. $400 aja." Kemudian tangan gue merogoh tas mengambil dompet dan mengeluarkan semua uang kertas yang bernominalkan $100 lalu memberikannya ke mama.

Mama menangis melihat aksi gue tersebut. Kemudian setelah gue memberikan uangnya dan diterima oleh mama, mama menatap gue. Beliau tersenyum, tapi senyum yang mengandung rasa sakit.

"Mama boleh peluk kamu?"

Gue heran. Seumur-umur gak pernah tuh gue dipeluk sama mama atau papa, terus ini tiba-tiba pengen meluk gue? Bukannya gue berpikiran negatif, tapi kenapa tiba-tiba ingin meluk gue? Apa karena gue memberikan uang ke mama? Masa sih? Ah gak tau deh.

Karena gue diam dan gak kunjung memberikan jawaban, mama berasumsi kalau gue mau dipeluk olehnya. Tapi begitu mama mendekat dan merentangkan kedua lengannya, gue malah mundur dan berusaha menghindar dari pelukan yang akan diberikan oleh mama.

Gak, gue gak mau.

Senyum di wajah mama memudar setelah melihat respon tubuh gue barusan. Kemudian air mata yang berlinang di wajahnya beliau hapus, lalu tersenyum kembali. "Nanti mama ganti ya Syllia kalau mama udah ada uang..." gitu katanya, "mama pergi dulu. Jaga diri kamu baik-baik ya nak." Setelah itu udah. Mama pergi menghilang dari hadapan gue.

Gue kesel? Iya. Marah? Jangan ditanya, udah pasti. Tapi dalam waktu yang sama gue juga merasa sedih dan sakit hati karena sikap mama yang datang tiba-tiba ke kehidupan gue dengan tujuan untuk minjem uang. Uang. Bukan karena beliau ingin ketemu gue. Kejadian barusan membuat memori-memori buruk yang terjadi di masa lalu untuk terulang kembali. Kata-kata yang dilontarkan oleh mama dan papa kembali berputar di kepala gue dan ya, memori tersebut bikin gue sukses menangis sekarang.

Suit & Tie | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang