Tiga Puluh Satu

49.6K 2.3K 94
                                    

Happy Reading✨

*****

Petra dan Reno saling diam duduk berjauhan di sebuah kursi panjang. Tapi, tatapan tajam Petra tak pernah lepas dari Reno. Reno yang tak tahu apa-apa juga balas menatap Petra tajam. Di kantor Petra memang bosnya tapi jika sudah diluar seperti sekarang jangan harap Petra bisa bersikap seenaknya selayaknya bos.

Tadi, saat Reno sedang membantu Salma di toko, ponsel salma berdering. Karena saat itu Salma sedang makan dan tangannya kotor Salma meminta Reno untuk mengangkatnya. Reno mendengar suara Oliv meminta untuk dijemput selanjutnya sambungan terputus. Tapi, sebelum terputus Reno sempat mendengar jeritan Oliv. Tentu saja Reno khawatir begitupun Salma. Mereka berdua bergegas untuk menyusul ke tempat Oliv.

Saat sampai, karena pintu depan tak kunjung dibuka Salma akhirnya masuk tanpa dipersilakan. Salma sangat khawatir dengan keadaan Oliv, dan kekhawatirannya terbukti saat mendengar jeritan Oliv di dalam kamar. Entah bagaimana keadaan Oliv di dalam kamar sana.

Reno yang risih ditatap seperti itu oleh Petra akhirnya bertanya.

"Lo ada masalah sama gue?" Tanya Reno.

"Lo jangan berani goda istri gue" desis Petra tajam. Reno tentu menatap Petra aneh. Setelah sah menjadi istri pria itu, kapan Reno pernah menggoda Oliv.

Tatapan Petra teralihkan saat mendengar langkah kaki. Petra berdiri dari duduknya saat melihat Oliv menuruni tangga bersama Salma.

"Liv..."

"Pergi sana jauh-jauh. Brengsek!" Umpat Salma. Tak menghiraukan ucapan Salma, Petra fokus pada Oliv yang masih diam tak mau menatapnya.

"Kita bicara baik-baik, ya"

"Kita bicarakan masalah kita. Apa yang buat kamu tiba-tiba berubah pikiran secepat itu" bujuk Petra.

"Oke" balas Oliv singkat. Memang Oliv harus membicarakan ini dengan Petra agar semuanya jelas. Oliv meminta Reno dan Salma meninggalkan mereka berdua.

Setelah Reno dan Salma keluar, Oliv memilih duduk di ujung kursi, menjauh dari Petra.

"Hp lo!" Pinta Oliv. Petra mengambil ponselnya yang tadi sempat ia kantongi, memberikannya pada Oliv.

Oliv buka file bernama MAYA dengan emotikon hati berwarna merah itu, menunjukannya pada Petra. Terutama video tidak senonoh yang tadi sempat Oliv lihat.

"Gimana gue bisa percaya lo serius sama gue sedangkan itu semua masih tersimpan rapi di hp lo, Petra"

"Aku... Aku bisa jelasin, Liv" Petra tentu kaget Oliv bisa tahu file itu.

Petra berlari masuk ke dalam kamar sampai tak lama kembali dengan membawa sebuah tas kecil miliknya. Petra keluarkan dua ponsel lainnya dari dalam tas tersebut.

"Yang kamu pegang itu, hp lama aku, Liv. Hp itu sudah lumayan lama rusak. Karena aku suka aku service, sambil nunggu hp itu kembali aku pake hp yang lain. Ini aku beli baru dan satunya hp lama khusus untuk urusan pekerjaan" jelas Petra menunjukan dua ponsel ditangannya.

"Hp itu baru selesai di service beberapa hari yang lalu. Aku bahkan belum liat-liat lagi isinya" lanjut Petra

Oke alasan kenapa foto dan video itu masih tersimpan rapi cukup masuk akal, tapi, tak membuat Oliv luluh begitu saja. Ia tetap pada pendiriannya. Oliv masih tak bisa membayangkan bibir Petra yang selama ini menciumnya bahkan lelaki itu yang mengajari Oliv caranya berciuman ternyata bibir itu juga pernah saling beradu seliar itu dengan bibir Maya. Bundanya.

"Gue mau tau satu hal dari lo. Sebenarnya sudah sejauh apa hubungan lo dan bunda gue. Lo pernah tidur sama bunda gue?" Tanya Oliv membuat Petra menggeleng keras.

"Enggak, Liv, enggak pernah. Aku berani sumpah"

"Berapa kali kalian... Ciuman?" Tanya Oliv. Melihat Petra yang hanya diam sepertinya cukup sering.

"Aku mohon jangan nangis"

Oliv tak sadar air mata sudah kembali keluar mengaliri pipinya.

"Lepasin gue Petra. Enggak ada cinta di antara kita" ucap Oliv lirih.

"Aku sayang kamu. Benar-benar sayang kamu. Maaf soal foto-foto dan video itu. Aku akui itu kesalahanku. Liv, aku punya masa lalu. Hal yang aku lakukan dengan ibu kamu itu dimasa lalu. Aku memang enggak sesuci itu tapi aku juga enggak sebrengsek itu tidur dengan wanita lain. Kamu pertama buat aku Liv" jelas Petra.

"Kamu pikirkan lagi keputusanmu, ya. Jangan buru-buru ambil tindakan. Masih ada waktu satu setengah bulan" ucap Petra memohon

"Gue tau lo lelaki baik dan bertanggung jawab. Lo bisa cari perempuan lebih baik dari gue dan gue bisa cari lelaki yang memang benar-benar tulus sayang sama gue"

"Lepasin gue. Gue mohon, Petra"

Petra yang tidak tega melihat Oliv kembali menangis memalingkan wajahnya. Petra menghela nafas panjang. Mereka terdiam cukup lama.

"Setelah kita pisah kamu harus janji kamu akan selalu bahagia. Jangan nangis terus" ucap Petra lirih.

"Pasti"

"Tapi, aku tetap mau dengan kesepakatan awal kita, satu setengah bulan lagi" ucap Petra yang diangguki Oliv.

Setelah Oliv pergi, Petra menyandarkan tubuhnya yang terasa kaku di sandaran kursi. Menutup matanya, menghela nafas panjang. Jika bersamanya Oliv hanya akan terus merasakan sakit. Akan coba ia lepaskan wanita itu. Meski dengan sungguh-sungguh bisa Petra pastikan hanya Oliv satu-satunya yang kini ada dihatinya. Tidak ada Maya ataupun wanita lainnya.

*****

Sejak kejadian itu Oliv memblokir semua akses Petra untuk menghubunginya. Yang Oliv dengar dari Reno, Petra sudah kembali bekerja seperti biasa. Beberapa kali juga Petra datang menemuinya. Tapi, Oliv berhasil menghindar. Ada Salma juga yang membantu Oliv mengusir Petra.

Sore hari setelah toko tutup Oliv duduk termenung sendiri di atas balkon. Di genggamannya ada secarik kertas dengan logo pengadilan agama. Baby telah mengurus perceraiannya dengan Petra.

Seminggu yang lalu Baby datang berkunjung bersama Erwin. Baby sudah tahu kejadian di villa waktu itu. Baby menangis memohon ampun atas sikap Petra yang lagi-lagi menyakiti Oliv. Untuk kali ini Baby mendukung penuh keputusan Oliv untuk berpisah dengan Petra.

"Kalo pisah sama dia buat kamu lebih bahagia. Kakak yang akan urus semuanya" kurang lebih itulah yang Baby ucapkan. Dan ternyata Baby bergerak cepat. Surat dari pengadilan tadi datang diantarkan oleh kurir.

"Jangan kalo lo masih ragu" ucap Salma tiba-tiba duduk di sebelah Oliv. Oliv mendelik mendengar ucapan sahabatnya itu. Bukankah Salma yang selama ini mendukung Oliv untuk berpisah dengan Petra. Salma berikan segelas minuman dingin untuk Oliv. Meskipun sebenarnya minuman itu tidak cocok untuk cuaca malam yang cukup dingin, Oliv tetap menerimanya.

"Thanks"

"Enggak ada yang bisa diharapkan lagi dari hubungan ini, Sal. Sejak awal yang mengikat hubungan ini Adam. Setelah dia pergi gak ada alasan lagi untuk kita bertahan" ucap Oliv dengan pandangan menerawang menatap langit malam.

"Lo cinta sama dia?"

"Belum sejauh itu. Mungkin gue nyaman sama dia" jawab Oliv jujur. Oliv hanya wanita biasa yang mudah terbawa perasaan mendapat perhatian-perhatian kecil dari Petra. Tapi jelas rasa sakit yang ia dapatkan tidak bisa hilang begitu saja.

Oliv terdiam. Kembali menatap langit gelap dihadapannya.

"Apapun keputusannya lo akan selalu dukung gue 'kan, Sal?" Oliv bertanya dengan lirih.

"Pasti!"

Setelah terdiam cukup lama dengan yakin Oliv membubuhkan tanda tangannya di selembar kertas yang akan kembali mengubah hidupnya. Besok akan ia antarkan sendiri surat ini kepada Baby.

*****

Untuk chapter 32-46 tersedia di karyakarsa ©gendisaisa dengan judul yang sama TRULY YOURS

https://karyakarsa.com/Gendisaisa

Truly Yours [END]Where stories live. Discover now