Dua Puluh Delapan

39K 2.3K 17
                                    

Yang belum follow wajib follow dulu yaa🤍

Happy Reading✨

****

Malam hari Petra terbangun. Tapi, ia tak menemukan Oliv di atas tempat tidur. Hanya ada Nino yang masih tertidur dengan nyenyaknya.

Tirai didalam kamar itu berterbangan tertiup angin membuat udara didalam kamar ini semakin dingin. Sepertinya pintu balkon terbuka. Apa Oliv ada disana?

Petra berjalan menuju pintu balkon, sayup-sayup ia bisa mendengar suara tangis. Semakin ia dekati semakin terdengar jelas suaranya.

"Oliv?" Gumam Petra. Ia bisa melihat Oliv sedang duduk bersandar di pagar kayu pembatas dengan menenggelamkan wajah dilipatan kakinya. Petra juga bisa melihat tubuh wanita itu bergetar.

"Liv..."

Oliv tersentak kaget saat merasakan Petra duduk disamping tubuhnya. Oliv tak mengangkat wajahnya sama sekali, tak mau Petra melihat wajahnya yang kini dipenuhi oleh air mata.

"Hei, kenapa?" Tanya Petra lembut. Petra membawa tubuh Oliv dalam pelukannya. Tubuh Oliv terasa dingin. Sudah berapa lama Oliv duduk diluar hanya dengan menggunakan baju tidurnya di cuaca dingin seperti ini?

Petra hanya memeluk Oliv erat, memberi waktu untuk Oliv bisa menangis sepuasnya.

"Kenapa, sayang?" Tanya Petra lagi setelah membiarkan Oliv menangis cukup lama.

"Ka-kangen Adam hiks..." isak Oliv. Tadi ia bermimpi bertemu dengan seorang bayi lelaki. Bayi itu sangat lucu dan tampan tersenyum manis padanya. Dalam mimpi itu Oliv sangat ingin menggendongnya tapi bayi itu terus menjauh. Oliv berlari untuk menggapai bayi yang terus mengulurkan kedua tangan kecilnya pada Oliv, tapi, tidak bisa. Seperti ada sesuatu yang membuat bayi itu tertarik menjauh. Ketika bayi itu sudah menghilang dari pandangan karena Oliv tak mampu untuk mengejar, Oliv menangis dan tangis itu terbawa sampai ia bangun dari tidurnya.

Sebenarnya mimpi itu bukan hanya kali ini datang dalam tidurnya. Sudah cukup sering. Biasanya Oliv hanya akan menangis seorang diri. Menangis sambil memeluk sebuah baju bayi yang pernah Petra belikan untuk calon anak mereka kelak. Menangis sampai Oliv tertidur kembali.

"Mau ketemu Adam. Mau peluk Adam" ucap Oliv kembali terisak. Bahkan Oliv belum mengunjungi makan putranya itu. Oliv hanya merasa masih belum siap.

Petra mengencangkan dekapannya. Ia tahu apa yang Oliv rasakan. Terkadang, Petra juga merasakan rasa rindu tak tertahankan pada anaknya itu. Petra masih menyalahkan dirinya atas kepergian Adam. Meskipun semua sudah takdir andai saja Petra tak berbuat bodoh mungkin takdir buruk itu bisa dihindari.

"Kita kirim doa untuk Adam, ya. Adam pasti sedih liat Mamanya sedih" Petra mengelus rambut Oliv penuh kasih sayang. Oliv mendongkak menatap wajah Petra dengan wajahnya yang dipenuhi air mata. Menyerahkan sebuah baju bayi berwarna putih yang Petra ingat ia yang membelikannya.

"Ini karma karena dulu gue pernah mau gugurin Adam ya, Pet?" Tanya Oliv dengan mata berkaca-kaca. Petra yang juga merasa sesak melihat Oliv menangis, kembali membawa wanita itu dalam dekapannya.

"Adam pasti tau sesayang apa Mamanya sama dia" gumam Petra ditelinga Oliv.

*****

Semalam Oliv menangis sampai tertidur dalam dekapan hangat Petra. Setelah Oliv tidur Petra menggendong Oliv kembali masuk ke dalam kamar. Petra menggeser tubuh Nino ke samping lalu menidurkan Oliv ditengah kasur. Petra juga meletakan sebuah guling di sisi Nino agar bocah itu tidak terjatuh. Jadi, Petra bisa leluasa memeluk Oliv semalaman dalam tidurnya.

Tubuh Oliv menggeliat lalu dengan perlahan ia membuka kedua matanya. Oliv merasakan hembusan nafas hangat mengenai dadanya. Petra tertidur dengan memeluk tubuh Oliv, menenggelamkan wajahnya di dada Oliv yang nyaman.

Truly Yours [END]Where stories live. Discover now