Delapan

44K 2.6K 24
                                    

Oliv diam saja mendengarkan orangtua Petra berbicara mengenai pernikahan. Maya yang duduk di sampingnya pun sama diamnya. Tangan keduanya bertaut saling menguatkan.

"Saya serahkan sepenuhnya pada kalian" ucap Maya setelah mendengar usul dari calon besannya tentang rencana pernikahan Oliv dan Petra yang akan dilaksanakan minggu depan.

"Kamu ingin pesta yang seperti apa, nak?" Tanya Lena pada Oliv yang masih diam.

"Enggak usah ada pernikahan, bisakan?" Tanya Oliv sambil memunduk.

"Tidak bisa. Dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya" ucap Dewa tegas.

"Sayang" Maya menyandarkan kepala Oliv yang kini menangis di bahunya. Mengelus punggung bergetar Oliv.

"Tidak perlu ada pesta, yang terpenting mereka sah sebagai suami istri di mata hukum dan agama. Lagipula Oliv sedang hamil muda kasihan nanti dia kelelahan" ucap Maya. Akhirnya keputusan sudah didapatkan.

Seminggu kemudian acara pernikahan dilaksanakan di rumah keluarga Petra. Hanya ada keluarga inti, tak mengundang siapapun sesuai permintaan Oliv. Keluarga Oliv yang lain pun tidak diberi tahu, hanya adik lelaki Ayah Oliv yang kebetulan tinggal di Jakarta yang Maya beritahu dan hari ini hadir. Maya tentunya dengan setia mendampingi putrinya.

"Kamu tinggal disini ya, kamarnya sudah Mama siapkan" ucap Lena pada menantu barunya. Acara sudah selesai kini Petra dan Oliv sudah sah menjadi sepasang suami istri. Meskipun awalnya tak menerima putra bungsunya harus menikah dengan cara seperti ini, tapi apa mau dikata? Itu konsekuensi atas perbuatan tidak baik yang Petra lakukan. Lena harus terima.

Oliv menurut saja, percuma menolak, ucapannya tidak akan didengar. Dengan kebaya putih yang menempel pas di tubuhnya Oliv dibantu Bunga dan Baby --kedua kakak iparnya, naik ke kamar Petra yang kini sudah menjadi suaminya. Maya sudah diantar pulang oleh supir keluarga ini sedangkan Petra tadi dipanggil Dewa ke ruang kerja pria tua itu.

Sebelum Maya pulang Oliv sempat menangis meraung seperti anak kecil ingin ikut pulang bersama Bundanya itu. Tapi, Maya memberikan Oliv pengertian. Menenangkan putrinya itu sambil memberikan sedikit nasihat. Oliv sekarang sudah menjadi seorang istri, istri yang baik harus mengikuti perintah suami. Petra menginginkan Oliv tinggal di rumah keluarganya karena di rumah ini akan banyak orang yang menjaga Oliv.

Kini Oliv hanya diam pasrah saat Bunga sedang membantunya melepaskan kebaya putih yang ia pakai sedangkan Baby menghapus make up di wajahnya.

"Mau mandi?" Tanya Bunga, Oliv hanya menggeleng. Bunga berjalan ke arah koper Oliv, mengambilkan baju ganti untuk Oliv. Tak banyak pakaian yang Oliv bawa. Bunga mengambil sebuah kaus dan sebuah celana legging. Lalu membantu memakaikannya pada Oliv.

"Kamu istritahat dulu, sebentar lagi juga Petra nyusul" ucap Baby. 

Setelah Bunga dan Baby pergi dari kamar Oliv hanya diam bersandar di kepala ranjang. Masih merenungi semua yang terjadi. Bagaimana akhirnya ia bisa sampai ada di sini? Di kamar lelaki yang tak pernah Oliv harapkan menjadi suaminya.

Clek!

Pintu terbuka dari luar, Oliv hanya melirik sekilas. Petra masuk dengan membawa nampan berisi makanan.

"Makan dulu terus minum susunya" ucap Petra, ia menaruh nampan itu di nakas samping tempat tidur. Oliv hanya diam, melihat wajah Petra pun ia enggan.

"Makan, Liv" ucap Petra lagi. Melihat Oliv yang masih tetap diam Petra berinisiatif untuk menyuapi istrinya itu. Mengambil sesendok nasi dengan kuah sop ayam lalu mendekatkan sendok berisi makanan itu ke arah mulut Oliv. Oliv malah memalingkan wajahnya.

"Gue enggak mau makan" Oliv benar-benar tidak berselera untuk makan.

"Sedikit aja, Liv. Udah itu lo minum susunya" ucap Petra mencoba sabar.

Truly Yours [END]Where stories live. Discover now