Sepuluh

42.4K 2.4K 8
                                    


Pagi hari saat bangun tidur Oliv sudah tak menemukan Petra di sisi tempat tidur. Ia memilih membereskan kasur yang sudah menjadi kebiasaannya saat bangun tidur lalu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Rasa mual itu kembali datang saat ia sedang menyikat gigi. Oliv kembali muntah untuk pertama kalinya di pagi hari ini. Setelah tidak ada lagi yang bisa ia keluarkan lewat mulutnya, Oliv bergegas menyelesaikan acara mandinya.

Saat kembali ke kamar, Petra sudah duduk di atas ranjang. Untung saja tadi Oliv sempat membawa baju ke dalam kamar mandi, jadi Petra melihatnya sudah berpakaian lengkap bukan hanya dengan handuk saja.

"Muntah lagi?" Tanya Petra yang mendengar suara muntahan Oliv di dalam kamar mandi.

"Hm" Oliv hanya balas dengan gumaman.

"Gue mandi dulu, nanti kita sama-sama turun buat sarapan" ucap Petra berjalan mengambil handuk miliknya.

"Lama, deh. Gue duluan turun aja"

"No. Tunggu gue selesai mandi. Nanti lo jatuh" ucap Petra sambil berlalu masuk ke kamar mandi.

"Emang gue anak kecil" balas Oliv tak terima. Tentunya bukan Oliv jika mendengar kata-kata Petra begitu saja. Ia memilih keluar, pergi menuju ruang makan tanpa menuruti ucapan Petra yang menyuruhnya untuk menunggu.

Oliv melihat meja makan hanya ada Glen, Thalita dan seorang wanita hamil yang Oliv ketahui sebagai kembaran Petra. Tapi, Oliv tidak tahu siapa nama wanita itu. Jangan heran kenapa Oliv bisa tahu itu kembaran Petra. Karena sewaktu Oliv masih bekerja di kantor Petra, wanita itu pernah datang mengunjungi Petra dan menurut informasi yang ia dapat dari teman-temannya itu adalah kembaran Petra. Ngomong-ngomong pekerjaan bagaimana sekarang statusnya di kantor Petra. Sudah lebih dari seminggu ia tidak masuk, apa ia sudah dipecat.

"Hai. Kita pernah ketemukan, kenalin Vio kakak kembar si Petra" Vio mengulurkan tangannya yang Oliv balas uluran tangan itu.

"Oliv, kak"

"Sudah berapa bulan, kak?" Tanya Oliv melihat perut besar Vio. Oliv memilih duduk di samping Vio.

"Enam bulan, kelihatan besar karena isinya dua" balas Vio sambil mengelus perut besarnya.

"Wah, selamat"

Tak lama anggota kelurga yang lainpun berdatangan. Sarapan sudah tersedia di atas meja makan. Hingga giliran Petra datang, wajah lelaki itu terlihat kesal.

"Enggak bisa ya lo sekali aja nurut sama gue?" tanya Petra kesal. Petra duduk di kursi samping Oliv.

"Kalo lo jatuh gimana?"

"Janga lebay, Petra. Gue bukan anak kecil" Mood Oliv yang tadi bagus karena mengobrol banyak dengan ketiga kakak ipar perempuannya tiba-tiba berubah drastis. Oliv menatap Petra kesal.

"Lo katain gue lebay. Gue peduli sama lo, Olivia" ucap Petra penuh penekanan.

"Stop, gue pusing denger lo nyerocos terus" ucap Oliv yang sedang malas untuk berdebat dengan Petra.

Petra mengambil sarapannya sendiri, tidak seperti saudaranya yang lain diambilkan oleh istri mereka. Petra harus sadar diri tak bisa mengharapkan Oliv menjadi istri sesungguhnya.

"Mau biskuit lagi atau makan nasi?" Tanya Petra, bahkan Petra yang harus melayani istrinya itu. Tidak apa Petra lakukan dengan tulus demi calon anaknya.

"Biskuit aja" balas Oliv singkat. Petra beranjak mengambil persediaan biskuit yang semalam ia beli. Tak lupa ia juga buatkan segelas susu ibu hamil. Kali ini rasa strawberry. Semalam sebelum tidur Petra ingat ketika Yuna -temannya dulu hamil juga sama seperti Oliv, sering mual saat minum susu tapi saat Dion suaminya memberikan susu rasa strawberry mualnya sedikit hilang. Maka akan Petra lakukan cara itu kepada Oliv agar Oliv mau meminum susunya. Untungnya tadi pagi-pagi sekali sudah ada toko yang buka, jadi Petra bisa mendapatkan susu strawberry itu untuk Oliv minum pagi ini.

Truly Yours [END]Where stories live. Discover now