Delapan Belas

36.5K 2.5K 29
                                    

Sebelum baca yang belum follow wajib follow dulu yaa🙆🙆

Happy Reading✨

*****

Seperti biasa setiap weekend anggota  keluarga Petra lengkap berkumpul dirumah utama. Waktunya makan malam, ART sudah menghidangkan beberapa menu makanan di atas meja makan. Para istri melayani suami mereka untuk menyiapkan makanan. Begitupun dengan Oliv yang kini sudah meniru kebiasaan para perempuan di rumah ini.

"Banyak amat nasinya" protes Petra saat melihat Oliv menyiapkan nasi lebih banyak dari porsi makan Petra biasanya.

"Biar kenyang" balas Oliv singkat. Oliv menambahkan capcay dan cumi goreng tepung sebagai lauknya. Petra menerima piring berisi makanan yang sudah Oliv siapkan sambil menggumamkan terimakasih. Oliv harap-harap cemas menatap Petra yang mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Menunggu bagaimana reaksi Petra yang sedang mengunyah makanannya.

"Kak Bunga yang masak pasti ini, garem abis apa kak?" Ucap Petra merasakan makanan yang ia makan terasa hambar tapi tetap Petra makan dengan lahap karena dirinya benar-benar lapar sore tadi sudah bersepeda bersama Zaki, Erwin dan Haikal --suami Vio.

Oliv yang mendengar itu wajahnya mendadak murung. Melihat perubahan wajah Oliv, Baby menendang kaki Petra di bawah meja. Memberi kode lelaki itu. Tapi, Petra yang tak sadar hanya melayangkan protesan kepada Baby.

"Kenapa sih, kak. Ganggu aja lo" Petra menggerutu sebal merasa acara makannya diganggu padahal ia sedang malas berbuat onar, apalagi kini mata Baby melotot ke arahnya. Bukan Baby saja Lena pun menatap Petra tajam. Petra merasa aneh dengan dua tatapan wanita dirumahnya itu.

Tapi, meski mengatakan makanan itu hambar nyatanya satu piring ludes Petra makan.

"Kenapa sakit?" Tanya Petra pada Oliv yang terlihat tidak bersemangat. Padahal tadi saat Petra baru datang bersepeda Oliv masih ceria, bahkan menyambutnya di teras depan.

"Enggak" balas Oliv singkat. Memang benar apa yang Petra katakan masakan itu terasa hambar dan terlalu manis. Tadi Oliv diajari oleh Baby yang memang pandai memasak. Saking senangnya belajar memasak Oliv sampai tak sempat mencicipi makanannya. Oliv yang ingin Petra menjadi yang pertama mencicipi makannya pun melarang yang lain saat akan mencoba.

"Makannya enggak dihabisin?" Tanya Petra melihat Oliv menyudahi makannya padahal nasinya masih tersisa. Untung Oliv tadi hanya mengambil sedikit untuk dirinya.

"Hambar ya, jadi enggak nafsu" ucap Petra tanpa dosa membuat para perempuan yang tadi melihat bagaimana perjuangan Oliv belajar memasak merasa kasihan. Terutama Baby, ia mendelik menatap Petra tajam.

"Cuma kurang garem dikit aja, kok" ucap Lena.

"Tetep hambar"

"Kamu habis sepiring loh, Pet" ucap Lena kembali.

"Ya 'kan Mama sendiri yang ngajarin jangan buang-buang makanan"

Setelah makan para perempuan beralih ke ruang keluarga untuk bersantai sedangkan para lelaki pergi ke ruang gym yang ada di rumah itu. Tak lama Oliv memilih pamit ke kamar dengan alasan sudah mengantuk, padahal Lena, Baby, Bunga dan Vio tahu Oliv sedang merasa sedih.

"Si Petra memang kurang ajar" gumam Baby melihat kepergian Oliv.

Oliv yang merasa tubuhnya gerah dan berkeringat memilih mandi. Tadi, setelah masak Oliv belum sempat mandi saking exited pertama kali bisa masak makanan yang walaupun hasilnya kurang memuaskan. Setelah mandi Oliv memilih memakai daster rumahan. Daster adalah pakaian ternyaman semenjak hamil dan perutnya membesar. Saat sedang membalurkan lotion ke tubuhnya pintu kamar terbuka, Petra masuk ke dalam. Lelaki itu langsung saja duduk di kasur di samping Oliv yang sedang membalurkan liton ke kakinya. Setelah sebelumnya Petra letakan segelas susu ibu hamil di atas nakas.

"Liv..." Ucap Petra hanya dibalas Oliv dengan gumaman.

"Hm."

"Sorry, gue gak tau lo yang masak" ucap Petra merasa bersalah. Tadi Baby mendatanginya ke ruang gym, memarahinya habis-habisan karena telah mengatai hasil makanan buatan Oliv.

"Gak pa-pa. Lo jujur. Emang hambar kok" balas Oliv.

"Cuma kurang garam dikit" ucap Petra.

"Tetep hambar"

"Tapi enak, kok" Oliv hanya balas dengan gumaman tidak jelas. Petra mengambil botol lotion di tangan Oliv membantu membalurkan ke ujung kaki Oliv yang susah dijangkau karena terhalangi perut buncitnya. Petra membalurkan lotion disertai memijatnya pelan. Kaki Oliv terlihat membengkak pasti karena tadi terlalu lama berdiri saat memasak.

"Gak usah bilang gitu. Omongan lo tadi cuma bikin gue sedih sedikit selebihnya malah gue jadi semakin semangat belajar masak" ucap Oliv jujur. Ia semakin tertantang untuk bisa masak.

"Jangan terlalu capek tapi. Kalo lo ngerasa enggak kuat jangan dipaksa" ucap Petra yang dibalas anggukan Oliv. Ia sedang menikmati pijatan Petra di kakinya.

"Makanan kesukaan lo apa, Pet?" Tanya Oliv

"Gue pemakan segala" jawab Petra

"Yang spesifik dong, gue juga tau lo pemakan segala" ucap Oliv mendelik menatap Petra.

"Gue suka makanan olahan daging ayam. Dimasak apapun gue suka" balas Petra yang diangguki Oliv. Oliv tiba-tiba meringis saat merasakan tendangam di perutnya.

"Anak lo nendangnya kenceng banget, Pet" ucap Oliv meringis.

"Jagoan Papa mau ajak main, ya" ucap Petra mengelus perut buncit Oliv. Petra merasakan gerakan di permukaan perut Oliv cukup kencang yang lagi-lagi membuat Oliv meringis.

"Papa temenin main, tapi jangan nakal ya. Pelan-pelan aja nendangnya kasian Mama kesakitan" ucap Petra yang kini menundukan wajahnya di depan perut Oliv. Menciumi perut bulat sang istri.

"Yakin banget jagoan?" Tanya Oliv. Mereka memang belum mengetahui jenis kelamin anak mereka. Bukan sengaja, tapi setiap usg anaknya itu tak mau menunjukan pada orang tuanya.

"Dari tendangannya sih, yakin" ucap Petra kembali menegakan tubuhnya. Petra mengelus wajah Oliv yang berkeringat padahal AC sudah disetel sedingin mungkin. Petra saja sampai kedinginan.

"Ngantuk. Tapi, sambil tiduran mau dipijitin, ya" pinta Oliv, sudah kebiasaan Petra memijit tubuh Oliv sampai Oliv jatuh tertidur.

"Oke. Gue mandi dulu sebentar. Susunya jangan lupa diminum" ucap Petra yang diangguki Oliv. Sebelum berlalu ke kamar mandi Petra kecup singkat bibir Oliv membuat wanita itu memekik tak terima, Petra hanya tertawa saja melihat wajah kesal istrinya. Setelah tubuh Petra kembali segar dari sisa keringat tadi berolahraga, Petra berbaring miring dengan Oliv yang juga berbaring miring memunggunginya.

"Liv..."

"Hm"

"Nengok" Menuruti perintah Petra, Oliv memutar sedikit lehernya hingga kini ia bisa melihat Petra yang tepat dibelakangnya. Petra mendekatkan wajahnya lalu tanpa kata mencium bibir Oliv yang entah sejak kapan sudah menjadi candunya. Tanpa diperintah Oliv kini membalas setiap lumatan Petra. Sedikit banyak Oliv sudah belajar cara membalas setiap ciuman Petra. Tak lama Petra menjauhkan wajahnya, menatap wajah Oliv dari dekat.

"Sekarang udah jago hm..." Petra menggesekan hidung mancungnya dengan hidung Oliv. Oliv menyikut perut Petra menerima godaan dari lelaki itu.

"Hebat. Harusnya naik level sih, jangan cuma ciuman" ucap Petra modus yang lagi-lagi membuat Oliv memutar bola matanya jengah.

"Petra..."

"Canda, Liv. Tapi, kalo lo mau ya bisa gue ajarin" ucap Petra terkekeh. Oliv mendorong pelan, menjauhkan wajah Petra dan meminta Petra kembali memijat tubuhnya.

****

Vote & komennya jangan lupa🙆🙆

Truly Yours [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu