Dua Puluh Sembilan

40K 2.3K 26
                                    

Sebelum baca yang belum follow wajib follow dulu yaa!

Happy Reading✨

*****

Petra dan Oliv sedang makan siang bersama di dalam kamar. Tidak bisa disebut makan siang karena hari sudah terlalu sore. Tadi, dengan pakaian basah kuyup mereka pulang saat hari sudah siang beranjak sore. Oliv tak mau menyudahi bermain airnya. Oliv seperti anak kecil yang merengek saat Petra ajak pulang. Petra hanya tak tega melihat Oliv yang sudah menggigil kedinginan dengan kulit keriput, wajah pucat dan bibir yang membiru.

Karena mereka sudah terlalu malas untuk makan diluar, Petra memilih memesan makanan untuk dimakan di dalam kamar. Setelah bergantian membersihkan diri mereka makan bersama.

"Janji ya besok lo ajakin gue naik paralayang" ucap Oliv. Tadi, Petra membujuk Oliv kembali ke villa dengan iming-iming besok bermain paralayang. Tentu saja Oliv mau. Sedari dulu Oliv ingin bermain paralayang tapi teman-temannya tidak ada yang mau, mereka penakut.

"Iya, sayang" mata Oliv melotot mendengar panggilan Petra untuknya.

"Geli, Petra" Petra hanya tertawa saja.

Setelah makan Oliv mengajak Petra berkeliling kawasan villa ini. Ada taman yang dibuka untuk umum. Tempatnya luas pemandangannya bagus. Taman ini berupa padang berumput yang luas dan ditanami berbagai jenis tanaman bunga. Ada juga tebing dengan bebatuan alam yang tersusun secara alami.

Karena hari sudah sore taman tidak terlalu ramai. Seperti tadi Oliv meminta Petra mengambil gambar dirinya dan latar pemandangan yang ada. Di taman itu juga disediakan bangunan tower agar pengunjung bisa melihat pemandangan dari atas.

Oliv dan Petra berdiri bersisian di pembatas tower. Menatap pemandangan yang disuguhkan. Petra menatap wajah Oliv dari samping, rambut wanita itu berterbangan tertiup angin.

"Suka disini?" Tanya Petra. Oliv mengangguk antusias.

"Kalo kamu mau kembali sama aku, kita akan sering-sering kesini. Bukan cuma disini kita cari tempat-tempat lainnya juga. Bersama" Petra membalik tubuh Oliv agar berhadapan dengannya.

"Kalo nanti gue pilih pisah..."

"Aku akan usahakan itu gak akan terjadi" ucap Petra dengan cepat memotong ucapan Oliv.

"Lo sangat egois kalo gitu"

"Anggap aja begitu asal kamu kembali" Oliv hanya diam setelahnya. Jika dilanjutkan hanya akan merusak moodnya yang saat ini sedang bagus.

"Apapun keputusan kamu nanti akan coba aku terima. Tapi, aku mohon dengan sungguh-sungguh sama kamu, berikan aku kesempatan buat buktikan kalo aku memang serius sama kamu, Liv" Petra genggam tangan Oliv.

"Hubungan kita memang diawali dengan keterpaksaan tapi setelahnya aku jalani dengan ikhlas. Kita coba dari awal" Petra menatap wajah Oliv dalam.

"Gue belum bisa jawab sekarang" Oliv memilih mengalihkan pandangan pada pemandangan di hadapannya yang kini menampilkan matahari terbenam.

"Masih ada satu setengah bulan. Pikirkan baik-baik, ya" Petra mengacak puncak kepala Oliv yang tadi mengangguk singkat. Petra juga kecup pelan bibir Oliv membuat wanita itu memekik tak terima, ini tempat umum dan Petra mencium dirinya begitu saja. Oliv tidak ingin lagi dipergoki orang.

****

Suara lenguhan dan decap bibir terdengar nyaring di kamar yang Oliv dan Petra tempati. Tadi, saat masuk ke dalam kamar tanpa aba-aba Petra menarik tubuh Oliv, membawa tubuh Oliv agar terhimpit antara tembok dan tubuh besarnya. Awalnya Petra hanya ingin memberi kecupan singkat seperti biasa. Tapi, saat merasakan sambutan dari Oliv, Petra tak bisa hanya dengan kecupan. Kini bibirnya sedang melumat habis bibir sang istri yang sudah menjadi candunya.

Truly Yours [END]Where stories live. Discover now