Dua Puluh Enam

38.6K 2.5K 54
                                    

Sebelum baca yang belum follow wajib follow dulu yaa🤍

Happy Reading✨

*****

Setelah Oliv tersadar dari rasa kagetnya atas apa yang Petra lakukan, ia mencoba melepaskan pelukan Petra. Oliv takut ada orang yang melihat mereka.

"Lepas Petra, nanti ada yang liat. Gue gak mau dituduh berbuat mesum sama lo" Oliv mencoba melepaskan belitan tangan Petra di perutnya.

"Kita cari hotel aja gimana supaya aku bisa puas-puasin peluk kamu" ucap Petra membuat Oliv memukul kencang tangan Petra yang masih melingkari perutnya.

"Sinting!"

Petra kini semakin menjadi dengan menciumi leher Oliv. Oliv yang sudah terlanjur kesal dengan tingkah seenaknya Petra menarik rambut pria itu kencang, membuat Petra meringis kesakitan memohon ampun untuk dilepaskan. Setelah puas menjambak ramput Petra, Oliv memilih keluar meninggalkan Petra. Masih dengan tangan menggenggam helaian rambut Petra yang tertinggal di sela jarinya.

Mengabaikan kulit kepalanya yang terasa perih, Petra menyusul Oliv keluar. Petra bisa menyamai langkah Oliv yang baru keluar dari gudang. Kebetulan sekali saat mereka baru keluar dari pintu gudang bertepatan dengan Reno yang baru saja tiba. baru keluar dari mobilnya. Reno menghampiri Oliv, sedikit kaget juga melihat keberadaan Petra.

"Baru sampe, mas?" Tanya Oliv basa basi.

"Iya, Liv" Reno menatap Petra yang berdiri di belakang Oliv. Rambut pria itu terlihat berantakan.

"Kamu tuh memang kalo lagi ciuman enggak bisa diem tangannya" ucap Petra sambil merapikan rambutnya. Tentu Oliv melotot tak terima mendengar ucapan Petra yang mengada-ngada itu. Apalagi disini ada Reno yang dengan jelas mendengar ucapan Petra.

"Lo..."

"Kita jadi cari hotel?" Tanya Petra semakin menjadi-jadi. Tak menghiraukan tatapan kesal Oliv.

"Gila!" Dengan kesal Oliv berjalan menjauh, memilih masuk ke dalam toko. Bisa gila dia menghadapi tingkah menyebalkan Petra. Petra masih terkekeh melihat kepergian Oliv hingga kemudian wajahnya berubah datar saat menatap Reno.

"Jangan macem-macem sama Oliv. Dia istri gue" ucap Petra menatap Reno tajam. Petra masih sebal jika mengingat foto selfie Reno dengan Oliv, lelaki itu berani sekali menyentuh istrinya. Setelah mengucapkan itu Petra memilih menyusul Oliv masuk.

*****

"Itu siapa? Lo kenal, Liv?" Bisik Salma. Dengan dagunya menunjuk Petra yang sedang duduk dengan tenang sambil memainkan ponselnya. Sesekali Petra mendongkak menatap ke arah kasir, lebih tepatnya pada Oliv yang masih memasang tampang sebal.

"Orang gila kali" balas Oliv seenaknya.

"Sembarangan, ganteng begitu" ucap Salma membuat Oliv mendelik. Jangan sampai Petra mendengar pujian Salma tadi. Bisa besar kepala lelaki itu.

Petra terus menatap Oliv dengan tampang memelas yang dibalas tatapan sinis oleh Oliv.

"Ekhem..." Petra mendekati meja kasir setelah tidak ada pembeli. Mengetuk-ngetukan jarinya di atas meja menatap Oliv lalu Salma bergantian.

"Sudah ada pilihan pak? Mau ambil yang mana?" Tanya Salma.

"Udah waktunya makan siang. Boleh saya ajak istri saya makan diluar?" Tanya Petra tak menghiraukan pertanyaan Salma. Mendengar kata istri yang keluar dari mulut Petra membuat Salma menutup mulutnya dramatis. Ternyata pria ini suami Oliv, lelaki yang telah menyakiti dan mempermainkan perasaan Oliv.

Salma mengambil sebuah panjangan akrilik yang ada di atas meja. Melemparkan pajangan itu ke arah Petra. Tepat sasaran ujungnya mengenai dahi Petra karena Petra tidak sempat menghindar. Bentuk ujungnya yang runcing berhasil membuat dahi Petra terluka hingga mengeluarkan darah. Orang-orang yang menyaksikan itu memekik kaget. Begitupun Oliv. Ia tidak menyangka Salma akan bereaksi seperti itu.

"Gue gak akan minta maaf ya, lo pantes dapetin itu" ucap Salma tajam. Puas melihat Petra yang kini meringis kesakitan.

*****

"Shh..." Petra meringis saat Oliv sedang mengobati lukanya. Luka robekannya lumayan dalam dan besar membuat darah yang dikeluarkan lumayan banyak.

"Pelan-pelan, Liv" bukan menuruti ucapan Petra, Oliv malah semakin kencang menekan luka pria itu. Lagi-lagi membuat Petra meringis. Sebenarnya lukanya tidak sesakit itu. Petra hanya cari perhatian Oliv.

Tadi Reno yang menyaksikan sikap bar-bar Salma meminta maaf kepada Petra. Reno juga sempat menawari untuk Petra diperiksa ke klinik. Barangkali lukanya butuh dijahit. Tapi, Petra menolak. Petra hanya minta Oliv untuk mengobati lukanya. Jadi disinilah sekarang mereka berada. Duduk berhadapan di ruang tamu dengan Oliv yang hampir selesai mengobati luka Petra.

"Semoga otak lo gak makin geser,ya, Pet" gumam Oliv yang bisa Petra dengar dengan jelas. Saking fokusnya Oliv tidak sadar jarak wajah mereka sangat dekat. Petra bisa merasakan hembusan nafas hangat Oliv menerpa wajahnya. Bibir Oliv yang sedikit terbuka terlihat menggoda di mata Petra.

Dengan jahil Petra kecup bibir merah Oliv yang sedari tadi membuat Petra hilang fokus.

"Petra" jerit Oliv kaget. Oliv menjauhkan tubuhnya dari Petra. Oliv melempar kapas yang tadi ia gunakan untuk memberihkan luka ke arah lelaki itu. Bisa ia lihat kini Petra tertawa dengan puasnya.

"Berhenti gak lo!" Oliv kesal melihat Petra semakin terbahak seperti orang gila.

"Petraaa..." Oliv yang sudah terlanjur kesal akan berniat pergi, tapi, Petra menahan tangannya. Membawa Oliv duduk di atas pangkuannya.

"Petra lo apa-apaan? Lepas?" Oliv memberontak. Mencoba melepaskan belitan tangan Petra ditubuhnya. Ia juga merasa risih duduk di atas pangkuan pria itu, takut ada yang melihat.

"Aku kangen banget loh Liv sama kamu" gumam Petra di telinga Oliv. Petra menyandarkan kepalanya di bahu Oliv yang kini sedang duduk miring di atas pahanya.

"Nanti ada yang liat, Petra" geram Oliv.

"Makanya ayo ke hotel" ucap Petra. Oliv memutar bola matanya jengah mendengar ucapan Petra.

"Mau lo tuh apa sebenernya?" Tanya Oliv lelah menghadapi Petra.

"Mau kamu" ucap Petra sungguh-sungguh. Tubuh Oliv merinding mendengar itu. Oliv baru sadar Petra merubah panggilan menjadi aku-kamu.

"Cowok itu yang dipegang ucapanya, Petra. Lo udah janji kasih gue waktu 3 bulan dan ini masih 1 bulan lebih sejak gue keluar dar rumah lo" ucap Oliv.

"Iya aku tepatin kasih kamu waktu 3 bulan untuk pergi. Tapi, aku gak janji buat gak nyusul kamu pergi" Petra menyampirkan rambut panjang Oliv ke sebelah kiri. Rambut Oliv terlihat lebih pendek dari terakhir ia lihat. Hingga kini, ia bisa leluasa menatap leher jenjang Oliv.

"Petra lukanya berdarah lagi" Luka di dahi Petra kembali mengeluarkan darah, mengalir ke alis. Petra menyeka darah itu dengan jari telunjuknya.

"Kamu masih inget caranya ciuman 'kan, Liv?" Tanya Petra menatap mata Oliv lalu turun ke bibirnya.

"Pertanyaanya gak ada yang lebih berbobot apa?" Dengan kesal Oliv mencoba kembali bangkit. Tapi, tentu Petra tidak akan mudah melepas Oliv begitu saja.

Petra memegang wajah Oliv agar berhadapan dengan wajahnya. Ia tempelkan bibirnya di atas bibir Oliv yang masih kaget dengan keberanian Petra menciumnya disini. Di ruang tamu rumah orang yang kapan saja orang bisa masuk dan melihat perbuatan mereka.

"Pet..." Oliv menjauhkan wajahnya tapi Petra menahan tengkuk Oliv agar bibir mereka tetap menyatu. Petra melumat bibir yang sudah sangat ia rindukan itu. Menggerakan bibirnya walau Oliv sama sekali tak membalas ciumannya.

"Balas, sayang" Petra kembali menyerang bibir Oliv. Menggoda agar Oliv membalas ciumannya.

"SEDANG APA KALIAN?"

Petra dan Oliv bangkit berdiri. Sama-sama menoleh ke sumber suara. Telihat Damar berdiri di ambang pintu sambil berkacang pinggang menahan marah. Wajah mereka berdua merah padam menahan malu. Oliv berdiri di belakang tubuh Petra. Takut melihat wajah Damar yang semakin berkilat marah menatap mereka.

******

Jangan lupa vote & komennya bestie🙆

Truly Yours [END]Where stories live. Discover now