Satu

71.5K 3K 50
                                    

Sudah lebih dari lima menit Petra mengetuk pintu sebuah rumah berharap seseorang di dalam sana berbaik hati untuk membukakan pintu tersebut untuknya, tapi pintu jati dihadapannya itu belum juga terbuka. Dipanggil pun tidak ada yang menyahut. Rumah ini juga tampak sepi, apa pemiliknya sedang tidak ada dirumah?

Karena kesal Petra menendang pintu dihadapannya hingga terdengar bunyi yang cukup kencang. Petra memilih duduk di teras rumah minimalis itu. Ia mengusap wajahnya frustasi, kemana perginya wanita itu. Tadi, Petra sudah mencari ke kampus, tapi teman-teman dosennya berkata Maya mengambil cuti beberapa hari.

"Kaya gembel banget lo, Om" Petra mendongkak menatap ke sumber suara. Dihadapannya berdiri seorang gadis mungil memakai hoodie oversize berwarna ungu membawa sebuah jinjingan plastik ditangannya. Olivia namanya atau lebih sering dipanggil Oliv.

"Gue bukan Om, lo" ucap Petra kesal.

"Terus apa? Lo mau gue panggil Ayah? Ewh gak sudi gue kalo Bunda sampe nikah sama cowok modelan elo" Oliv berucap sinis menatap Petra sebal.

"Mending lo pergi dari rumah gue, gak tau diri banget udah sering di usir masih aja datang" ucap Oliv, Menurutnya Petra itu tidak tahu malu, sudah sering ditolak kehadirannya tapi masih sering saja datang ke rumah. Bahkan hampir setiap hari.

Ia mendorong tubuh Petra yang menghalangi pintu lalu membuka pintu yang terkunci dengan kunci yang ia pegang.

"Lip" panggil Petra, mengikuti Oliv masuk ke dalam rumah.

"Lo pergi deh, Om. Bunda lagi enggak ada di rumah" ucap Oliv, ia kesal kepada Petra yang semakin tidak tahu diri malah mengikutinya masuk kedalam rumah. Sudah diusir dari tadi masih saja ngeyel tidak mau pergi.

"Kemana?" Tanya Petra.

"Ke Jogja" balas Oliv agar pria di hadapannya ini tak lagi banyak bertanya dan bisa secepatnya pergi.

"Ngapain?" Tanya Petra lagi membuat Oliv menggeram kesal.

"Lo banyak tanya kaya monyet dora" ucap Oliv kesal. Oliv pergi menuju ruang makan untuk menyantap bubur yang tadi ia beli. Mencoba tak memperdulikan Petra yang mengikutinya dari belakang. Oliv membuka sterofom yang berisi bubur kesukaanya. Mencampur kerupuk lalu mulai mengaduk bubur itu. Oliv itu tim bubur di aduk.

"Kaya muntahan kucing" ucap Petra yang tanpa dipersilakan kini duduk di hadapan Oliv. Kebalikan dari Oliv, Petra akan merasa mual melihat orang yang mengaduk buburnya sebelum dimakan.

"Lo anjing banget. Mending lo pergi" nafsu makan Oliv seketika hilang mendengar ucapan Petra. Ingin rasanya Olive melemparkan bubur miliknya ke wajah menyebalkan lelaki tak tahu diri itu.

"Maya berapa hari di Jogja? Lagi ngapain dia di sana?" Tanya Petra tak memperdulikan wajah kesal Oliv.

"Om lo itu udah di tolak. Lo harusnya sadar diri"

"Enggak, Maya bukan nolak gue. Dia cuma mau gue berjuang lebih untuk dia" ucap Petra. Ia yakin selama ini Maya juga tertarik padanya. Maya hanya sedang menguji keseriusan dirinya. Itu yang selalu Petra tanamkan dalam pikiriannya.

"Lo itu cuma penasaran sama Ibu gue, Om" ucap Oliv.

"Tau apa lo bocil"

"Enak aja bocil. Gue udah 22, ya" tenti Oliv tak terima dikatai bocah kecil.

"Tapi, masih kecil" dengan jahil Petra menatap dada Oliv.

Oliv menjerit kesal. Tentu saja Oliv teriak tidak terima.

"Mesum" Oliv melempar sendok ke arah Petra, tapi bisa Petra tangkap jadi tak sampai mengenai kepalanya. Mereka saling melemparkan pandangan sinis. Setelahnya keadaan hening, mereka sibuk dengan kegiatannya masih-masing.

Truly Yours [END]Where stories live. Discover now