Chapter 53

126 15 0
                                    

Rasa Kecewa
Nagine’s first love.

Tidak semua orang memiliki pengalaman yang sama dan bertemu dengan orang-orang yang sama. Satu kalimat itu rupanya bisa menggambarkan bagaimana perasaan Nagine hari ini. Rusak dengan Arthar, bukan berarti akan kembali rusak dengan Husain. Laki-laki itu sudah cukup menenangkan kerisauannya. Bersama Husain, ia seperti mendapatkan hal tak terlihat yang selama ini ia cari.

Satu kali pun setelah kejadian ini Nagine tak pernah menyalakan Arthar. Ia berpikir tidak ada yang menyakitinya, ia hanya tersakiti oleh rasa percayanya sendiri. Semua hanya karena ekspektasi. Mulai hari ini Nagine sudah melepaskan Arthar untuk terbang bersama orang lain. Ia juga akan menyusul segera.

Dulu Nagine memang menyukai semua hal tentang Arthar, tapi tidak dengan kepergiannya. Sekarang kepergian Arthar juga menjadi hal yang ia suka, sebab tanpa patah hati itu, mungkin detik ini ia tidak akan mengenal Husain.

Sekarang, tidak ada lagi tipe idaman. Tidak ada lagi jawaban bahwa Arthar adalah tipenya. Semua sudah ia pasrahkan kepada Allah. Baik sesuai dengan tipenya atau tidak, Nagine percaya bahwa itu adalah orang yang paling baik versi Allah yang pantas disandingkan untuknya.

Dulu ia yang mengira akan bisa bersama saat banyak frekuensi yang sama, kini tidak lagi. Nagine sadar satu hal bahwa meskipun banyak yang sama, tapi bisa saja tidak bisa sama-sama. Don’t expect to much mungkin satu kalimat itu bisa menggambarkan segalanya.

Satu pesan dari Husain masuk.

Husain
Saya sudah sampai
di alamat yang kamu
kirim.

Membaca itu, Nagine memusatkan matanya ke arloji yang ada di pergelangannya. Mungkin lima sampai sepuluh menit lagi ia akan sampai. Nagine mengarahkan setir mobilnya ke kiri, kemudian membiarkan jari di salah satu tangannya menari di papan ketik.

Nagine
5-6 menit lg sy sampai
maaf jika bpk harus
menunggu terlalu lama

Tidak ada balasan lagi selain reaksi jempol yang disetting tanpa harus memberikan pesan.

Benar saja, ia sudah sampai setelah menempuh waktu sekitar tujuh menit. Nagine keluar dari mobilnya. Dia agak menunduk. Jujur jantungnya juga sedang bergerak tidak karuan sekarang. Takut ditolak dan mereka akan gagal menikah.

Husain yang melihat Nagine turun dari mobil itu ia hampiri. Dia kemudian mengucap salam. Nagine menunduk sambil menjawab salamnya pelan.

“Ini ... rumah ayah saya, tapi saya nggak tau beliau sudah pindah atau tidak. Semoga saja tidak,” kata Nagine.

Husain mengangguk. Ia kemudian mengarahkan kedua tangannya ke rumah Lukas seakan menyuruh Nagine untuk berjalan lebih dulu. Namun, gadis itu malah diam tidak bergerak sama sekali padahal ia sudah paham apa maksud Husain.

“Kenapa?” tanya Husain merasa aneh pada diri calon istrinya. Ah ralat, mungkin calon istri.

“Sa–saya nggak bisa.”

Husain mengerutkan dahi. “Kenapa?” tanyanya mengulangi kata yang sama.

“Takut.”

Hanya itu yang keluar di mulut Nagine dengan tangan yang mulai bergetar. Kini, Husain paham bahwa gadis itu sedang ketakutan sekarang. Terlihat dari kepalanya yang menunduk, kakinya yang tidak bisa tenang, bahkan tangan yang bergetar-getar tanpa diminta.

Ala inna nasrallahi qarib. Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat,” kata Husain. “Sudah jangan takut. Kalau kita berdua memang jodoh, in syaa Allah dipermudah. Bisa jadi ini salah satu ujian sebelum menikah.”

Only 9 Years | lo.gi.na [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن