Chapter 34

121 17 4
                                    

Only 9 Years
Melepas dengan ikhlas.
———————

“ARTHAR!!”

Suara Nagine sedikit meninggi begitu melihat Arthar berdiri dengan tubuh yang bersandar pada dinding sebelah kanan cafetaria sambil bersila dada. Netra laki-laki itu terlihat kosong. Lupakan itu karena mata Nagine sudah berbinar dengan apa yang ia lihat. Hampir 20 Mei 2018. Mereka kembali dipertemukan. Tepat 9 tahun perasaan itu ada, meskipun ada keraguan di dalamnya, tapi Nagine hari ini telah berhasil untuk memberi selamat kepada dirinya sendiri.

Dia agak berlari kecil mendekat ke arah Arthar. Saat laki-laki itu sudah ada di hadapannya, Nagine ingin sekali memeluknya untuk melepas rasa rindu itu, tapi tidak bisa. Tangan yang semula terulur itu kembali diurungkan.

Saking tak percayanya bahwa ini Arthar, air mata gadis itu seketika menetes tanpa bicara. Keinginannya sudah terwujud sekarang. Ia bahkan sudah memukuli Arthar karena kesal laki-laki itu menghilangkan diri sebulan lamanya.

“Udah jago lo? Kenapa ngilang?” tanyanya di sela isak tangis.

“Lo yang minta, ‘kan?”

Ya, memang benar, tapi tidak selama ini maksud Nagine.

“Sekarang apa yang mau lo jelasin ke gue? Inget, ‘kan? Lo boleh nemuin gue pas udah siap cerita,” kata Nagine harap-harap cemas, tapi ia siap mendengar apa pun dari Arthar. Kemungkinan terburuk yang akan laki-laki itu katakan, Nagine siap. Mereka bisa lewati sama-sama nanti.

Arthar membawa Nagine untuk duduk di salah satu bangku yang ada di cafetaria.

Nagine menatap Arthar serius. “Jadi, apa alasannya?”

Laki-laki itu mengeluarkan sesuatu di dalam tasnya. Terlihat sebuah kertas bermotif sekaligus bewarna yang dilapisi plastik.

“Ini.”

Tangan Nagine bergerak untuk mengambilnya. Sekarang, seperti tersambar sebuah petir. Tangannya gemetar memegangi benda mati itu. Air mata yang semula menetes haru, kini menetes penuh emosi. Lihatlah, kali ini Nagine benar-benar tidak bisa menghibur dirinya sendiri.

“Gue lo tinggal nikah, Ar?”

Satu pertanyaan yang menyakitkan, bukan? Dengan matanya sendiri Nagine melihat dua nama yang tercetak dalam kertas itu.

“Ar? Jelasin!” imbuh Nagine dengan nada yang sedikit tinggi. Napas gadis itu memburu. Salah satu tangannya sudah mengepal dan siap untuk menjotos laki-laki tidak tahu malu di hadapannya sekarang. Rasanya sangat sesak.

Shit! Lo mikirin apa sih?”

Nada bicara Nagine sudah lemas. Napasnya tercekat. Oksigen dengan karbondioksida seakan susah bertukar di alveolus.

“Gue nggak mau dinikah siri, bukan berarti nggak mau nikah sama lo, Ar.”

“Na, nggak gitu,” ucap Arthar. Ia merasa serba salah sekarang. Bukan ini maksudnya. Bukan ini kemauannya. Semua tidak seperti yang ternalar di pikiran Nagine.

“Gue terlambat ya, Ar?” Nagine mengacak kerudungnya frustasi. Gadis itu terlihat berantakan di keramaian. “Cuma karna gue nggak mau nikah siri, lo beralih sama cewe lain? Ke mana janji yang pernah kita bangun sama-sama dulu? Ke mana semua yang——”

Arthar menyela. Dia berkata dengan penuh ketegasan. “Gue terpaksa nikah. Gue dijodohin, gue nggak bisa nolak, dan alasan gue buat ngajak lo nikah siri karna gue nggak mau kehilangan lo dan membuat impian yang udah kita bangun sama-sama hancur.”

Tubuh Nagine seketika memaku. Tangannya yang semula mengepal, kini beralih seperti semula. Dia bukan terharu, tapi malah semakin emosi. Nagine berdiri, tangannya kemudian mengulur dan memberikan tamparan keras untuk laki-laki di hadapannya.

Only 9 Years | lo.gi.na [END]Where stories live. Discover now