BAB 39 - SELOW

177 53 0
                                    

"Marah hanya akan membuat keadaan semakin parah."

~ D I M A S ~

*****

   ANDREW mengembangkan senyuman ketika sang mentari pagi tersenyum kepadanya. Dia melangkahkan kaki memasuki kelas dengan raut wajah bahagia.

Andrew telah memutuskan bahwa dia tidak akan larut dalam kesedihan. Andrew hanya berharap agar hari-harinya akan berjalan dengan baik di masa mendatang.

Kehadiran Andrew disambut dengan senyuman manis dari wajah Dimas. "Pagi, Ndre!" sapanya. Dimas lega melihat Andrew baik-baik saja sekarang.

"Pagi juga," balas Andrew seraya tersenyum balik kepada Dimas.

Andrew mendudukkan tubuh di tempat duduknya paling belakang. Zyra selaku teman duduk Andrew telah terlebih dahulu tiba di kelas. Dia hanya diam membisu ketika Andrew telah berada di sebelahnya.

"Dim!" panggil Andrew kepada pemuda yang memiliki tempat duduk paling depan.

Dimas menengok ke sumber suara. "Kenapa?" balasnya. Dia menatap ke arah pemuda yang duduk di bangku paling belakang.

"Nanti main basket yuk," ajak Andrew.

Dimas sedikit terkejut mendengar perkataan dari Andrew. "Nggak ada mapel olahraga hari ini," beber Dimas.

"Yah main doang, emang salah?" tutur Andrew.

"Oke. Tapi saat jam istirahat," terang Dimas mengiyakan. Andrew hanya menganggukkan kepala pertanda setuju.

Andrew kini diam di tempat seraya memainkan ponsel. Rasa di hati masih sakit ketika memandang gadis yang berada di sebelah nya. Padahal sebelum berangkat ke sekolah Andrew telah memutuskan berdamai dengan keadaan tetapi seperti nya hal itu sangat sulit untuk dilakukan.

Beberapa kali Zyra melirik Andrew sekilas yang sibuk memainkan ponsel. Zyra sangat merasa bersalah. Dia juga tidak tahu harus melakukan apa jika nasi telah menjadi bubur.

"Maaf," gumam Zyra. Dia berharap Andrew mendengarnya tetapi jika Andrew dengar, dia belum tentu bisa dimaafkan.

Andrew dan Zyra hanya saling membisu satu sama lain. Mereka tidak mengobrol apapun bahkan satu kata tidak pernah terlontar dari bibir mereka berdua.

Luka di hati Andrew masih belum sembuh akibat kejadian kemarin. Sedangkan Zyra lebih memilih untuk diam agar luka di dalam hati Andrew tidak kembali terbuka.

Andrew dan Dimas melangkahkan kaki menghampiri lapangan basket ketika waktu istirahat telah tiba. Mereka berdua akan menghabiskan waktu istirahat mereka dengan bermain bola basket.

Wajah datar Andrew terpajang jelas saat dia berpapasan dengan Arsenio berserta ketiga teman Arsenio ketika dia dan Dimas ingin memasuki lapangan basket.

Arsenio tersenyum kemenangan memandang raut wajah Andrew. "Lo seharusnya minta maaf sama gue karena udah nuduh gue yang nggak-nggak," sosor Arsenio.

Andrew memutar bola mata seraya ingin menorobos masuk ke dalam lapangan tetapi dicegah oleh teman-teman Arsenio.

"Minta maaf dulu. Zyra bilang lo udah tahu semuanya, 'kan? Nggak mau minta maaf nih karena udah nuduh gue?" tambah Arsenio meledek.

Andrew menatap tajam Arsenio, dia mengepal tangan dengan geram. "Maaf," balasnya.

Sejujurnya Andrew tidak ingin meminta maaf kepada pria bajingan yang ada di hadapannya. Tetapi untuk menghindar dari masalah, mungkin lebih baik meminta maaf.

ANDREW [ END ]Onde histórias criam vida. Descubra agora