BAB 38 - PILU

175 52 0
                                    

"Tujuan hidupku hanya untuk masa depan cerah."

~ Z Y R A~

*****

"Aku bukan pembunuh!"

Zyra menepis tangan Andrew dari pundaknya, yang dia takutkan sekarang telah terjadi. Seseorang mengatai dirinya seorang pembunuh.

Melihat respon Zyra, Andrew tersenyum smirk. "Oh, sungguh?" ujarnya seolah tidak percaya.

"Terus orang tua gue mati karena apa? Bunuh diri?" sembur Andrew. "Lo yang nabrak orang tua gue hingga masuk ke dalam jurang, setelah itu? Lo lari begitu saja. Lupa ya? Tapi nggak masalah, gue akan terus ingatkan lo akan kejadiannya," terang Andrew menatap datar ke arah Zyra.

Zyra meneguk saliva-nya. Pandangan mata Andrew bahkan berbeda dengan mata Andrew yang dulu menatapnya penuh kelembutan.

"Aku bukan pembunuh, Ndre."

"Terus apa hm? Orang seperti lo emang pantas dinamakan seorang pembunuh," beber Andrew.

Air mata Zyra keluar membasahi pipi. Dia menundukkan pandangan menatap ke arah lantai. Zyra tidak sanggup menatap wajah pemuda di hadapan nya.

Andrew mengangkat dagu Zyra dengan jari telunjuk agar wajah gadis itu menghadap kepada dirinya.

"Gue bakalan maafkan lo," tutur Andrew. "Tapi dengan satu syarat," lanjutnya.

"Apa syaratnya?" tanya Zyra sedikit antusias. Dia akan melakukan apapun agar Andrew bisa memaafkannya.

"Habiskan masa remaja lo di balik jeruji besi. Apa bisa?" ujar Andrew membuat Zyra spontan memundurkan tubuhnya.

Zyra menggelengkan kepalanya. "Maaf, aku nggak mungkin melakukannya, Ndre. Itu berisiko," tolak Zyra.

Andrew membungkukkan sedikit badan agar wajah dia sejajar dengan wajah gadis di depannya. "Berisiko? Lo baru pikir risiko? Lalu gimana orang tua gue yang lo tabrak dengan mobil? Bukannya saat itu lo mengemudikan mobil di bawah umur? Apa itu nggak berisiko, Zy?" beber Andrew.

Zyra terdiam mendengarkan ucapan Andrew. Perkataan Andrew tidak salah, faktanya Zyra memang bersalah, perbuatannya sangat salah.

"Tapi ada satu syarat lagi kalau lo nggak bisa memenuhi syarat tadi," ungkap Andrew.

"Apa?"

"Minta maaf ke orang tua gue," beber Andrew.

Zyra sedikit tersenyum, mungkin syarat kedua dapat dia lakukan. "Di mana TPU orang tuamu?" tanyanya.

Andrew menggelengkan kepala. "Bukan di TPU. Tapi lo nyusul mereka ke alamnya," terang Andrew membuat jantung Zyra rasanya benar-benar berhenti.

"Ndre. Aku nggak bisa lakukan itu," tutur Zyra. Wajahnya sangat sedih mendengar syarat dari Andrew.

"Lo berani berbuat lalu nggak mau tanggung jawab?" ujar Andrew tersenyum remeh.

"Ndre. Gimana caranya aku menemui orang tuamu? Mereka saja telah berbeda alam dengan kita," ujar Zyra.

"Lo bisa bunuh diri. Simple, bukan?" balas Andrew sembari membuang wajahnya ke sembarang arah.

"Ada syarat ketiga? Aku nggak bisa memenuhi kedua syaratmu," ucap Zyra seraya menundukkan pandangan merasa bersalah.

"Nyatanya lo nggak bisa bertanggung jawab dengan apa yang lo perbuat," cibir Andrew.

"Maaf," balas Zyra. "Kamu bisa pukul aku, Ndre. Aku nggak akan masalah," lanjutnya.

ANDREW [ END ]Where stories live. Discover now