BAB 14 - TANGGUNG JAWAB

226 88 0
                                    

"Saat kita memikul tanggung jawab seharusnya dilakukan sebaik mungkin."

– D I M A S –

*****

   SUARA berbeda-beda telah menyatu di satu ruangan. Ruangan apalagi jika bukan kantin sekolah? Bahkan bisikan-bisikan saja menimbulkan suara.

Setelah mereka tiba di kantin, Andrew terlebih dahulu menyahut, "Lo mau apa? Gue traktir."

"Nggak usah, Ndre. Gue aja yang traktir," tawar Dimas.

"Lo kemarin traktir gue, masa lo lagi sih," protes Andrew.

"Yah nggak apa-apa, Ndre. Nggak usah sungkan," balas Dimas.

"Masalahnya gue nggak mau makan duit haram lo," seloroh Andrew membuat Dimas langsung mengumpatinya.

"Anak monyet emang," umpat Dimas. "Bokap gue kerja keras loh, bukan duit haram," lanjut Dimas keberatan.

Andrew menanggapi, "Dih, bokap? Gue dong, nggak punya bokap."

"Iya-iya. Lo pemenangnya," ucap Dimas mengiyakan jokes dark Andrew. "Jadi gue dengan berat hati traktir lo deh," tutur Dimas seolah pasrah.

"Nggak usah," tolak Andrew. "Bayar sendiri-sendiri aja," pungkas Andrew. Setelah itu mereka mencari tempat duduk sehabis memesan makanan.

Andrew dan Dimas duduk di pojok kantin sembari menyantap makanan yang telah mereka pesan. Pandangan mereka berdua beralih ke arah keributan di tengah-tengah kantin. Mereka hanya menonton dari sudut ruangan tanpa berniat menghampiri keributan itu.

"Kira-kira yang berantem siapa?" pikir Dimas penasaran.

"Nggak tahu. Palingan bertengkar perkara menerobos antrian. Itu biasa terjadi di kantin," beber Andrew santai seraya beralih kembali ke makanan di hadapan nya.

Sejenak Dimas menajamkan pendengaran hingga seruan dari arah keributan terdengar jelas di telinga nya. "Itu suara Vlora," beber Dimas seraya berjalan menerobos keramaian tersebut.

Dengan pasrah Andrew menyusul Dimas ke arah keramaian, beberapa orang yang penasaran kini berkerumun menyaksikan pertengkaran.

"Dasar bangke!" umpat Vlora kepada gadis di hadapan nya.

"Lo lagi ngatain diri sendiri? Lo tuh bangke, Vlo. Pantas di buang. Nyokap lo aja pelacur," ungkap gadis tersebut dibalas oleh Vlora dengan tarikan keras di rambutnya.

Gadis tersebut tidak tinggal diam ketika Vlora menjambak rambut nya, dia melakukan hal yang sama juga ke Vlora.

"Lo jangan ikut campur urusan gue, sialan!" seru Vlora. Mereka berdua menjadi pusat perhatian di kantin karena saling menjambak rambut.

"Nyokap lo ngerusak keluarga gue!" sembur gadis tersebut.

Sehabis menerobos kerumanan akhirnya Dimas menghampiri Vlora yang menjadi pusat perhatian. Dimas memisahkan mereka bedua dengan mencoba berada di antaranya.

"STOP!" Teriakan Dimas menghasilkan keheningan di kantin sekolah.

"Bubar nggak? Bukannya memisahkan teman berantem malah jadi penonton!" hardik Dimas kesal. Perkataan dari Dimas membuat beberapa dari mereka perlahan-lahan pergi.

"Bye anak jalang!" pungkas gadis tersebut meninggalkan kantin.

"Gue bakalan sobek tuh mulut," geram Vlora kesal.

"Jangan pikirin omongan dia," usul Dimas kepada Vlora - teman sekelasnya.

Vlora merespon ucapan Dimas, "Gue nggak bisa. Omongan dia terlalu nyakitin hati." Setelah berucap, Vlora meninggalkan kantin.

ANDREW [ END ]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin