BAB 33 - MENGELAK

154 57 0
                                    

"Apa yang terlihat baik belum tentu baik."

~ A N D R E W ~

*****

   PARA murid berhamburan pulang ke rumah masing-masing ketika bel sekolah berbunyi pertanda waktu pulang telah tiba.

Zyra melangkahkan kaki melewati lorong sebuah gang kecil di sebelah sekolah nya. Lorong tersebut akan menuntun dia ke arah kost Andrew.

Pikiran Zyra dipenuhi oleh banyak tanda tanya. Salah satunya kenapa Andrew absen pada hari ini. Zyra sangat takut jika pemuda itu sampai kenapa-kenapa. Terlebih lagi beberapa orang sempat melihat Andrew dan Arsenio berkelahi di belakang sekolah kemarin.

"Semoga aja Andrew nggak kenapa-kenapa," tutur Zyra.

Zyra menghembuskan nafas pelan sebelum mengetuk pintu kost Andrew. Pintu terbuka lebar menampilkan seorang pemuda dengan wajah babak belur.

"Astaga. Muka kamu kenapa, Ndre?" sosor Zyra sangat terkejut ketika memandang wajah pemuda di hadapan nya.

Andrew tersenyum seraya berucap, "Nggak apa-apa, Zy."

"Udah diobatin nggak?" tanya Zyra cemas.

Andrew menganggukkan kepala membalas pertanyaan dari gadis di hadapan nya. "Udah kok," jawabnya.

"Ini pasti ulah kak Arsenio, 'kan? Kamu kok bisa jadi kayak gini? Astaga, Ndre. Muka kamu parah banget sumpah, banyak luka memarnya. Pasti sakit banget, 'kan?" cerocos Zyra.

Perlahan-lahan tangan Zyra bergerak menyentuh rahang Andrew yang terdapat luka lebam. "Ah," rintih Andrew.

Zyra menjauhkan tangannya seraya berkata," Maaf, Ndre."

"Aku minta maaf. Kamu nggak apa-apa, 'kan?" tutur Zyra merasa bersalah. "Ke rumah sakit aja yuk," ajak Zyra. Dia tidak ingin pemuda di hadapan nya sampai kenapa-kenapa.

"Nggak usah," tolak Andrew. "Gue nggak kenapa-kenapa kok," lanjutnya sembari memberikan senyuman hangat kepada gadis di hadapan nya.

"Duduk," titah Andrew. Zyra akhirnya mendudukkan bokong di kursi yang ada di teras kost Andrew. Begitu juga dengan Andrew yang duduk di sebelah Zyra.

"Mau minum apa?" tanya Andrew.

"Aku nggak haus," jawab Zyra. "Kok muka kamu bisa kayak gini? Bisa nggak sih kamu sama kak Arsenio tuh bicara baik-baik. Nggak usah pukul-pukul, imbasnya di wajah kamu, 'kan? Kalau kalian berdua kenapa-kenapa ... kalian berdua itu nggak pikirin resikonya apa? Kalau hidung kamu bengkok gimana? mata kamu keluar gimana? Mulut kamu robek gimana?" celoteh Zyra khawatir. Sedangkan pemuda yang dia cemaskan hanya terus menerus mengembangkan senyuman di bibir.

"Jangan pukul-pukul lagi yah," usul Zyra. "Berkelahi itu bahaya, Ndre. Jadi jangan berkelahi lagi ya?" pinta Zyra berharap.

Zyra mengerutkan kening ketika Andrew hanya memandang dirinya tanpa membalas perkataan nya. "Kamu dengar aku nggak sih?" tutur Zyra. Andrew membalas dengan menganggukkan kepala.

"Dengar apa coba?" sosor Zyra seraya menyilangkan tangan di depan dada.

"Hah?" Andrew mengerjapkan mata beberapa kali ketika ekspresi wajah Zyra berubah menjadi raut wajah kesal. "Kenapa?" ujar Andrew bertanya.

Zyra menghela nafas pasrah. "Kamu nyebelin juga ya. Aku khawatir tahu. Aku nggak mau kamu sampai kenapa-kenapa, Ndre. Bisa ngerti nggak sih?" tutur Zyra lelah.

"Iya. Gue ngerti kok, Zy. Jangan marah ya?" bujuk Andrew. Zyra membuang wajahnya ke sembarangan arah.

"Gue janji nggak bakalan berkelahi. Janji serius," ujar Andrew seraya mengangkat jari kelingking nya sedangkan jari yang lain ditutup.

Tidak mendapat respon dari Zyra. Andrew kembali menyahut, "Zy. Jangan marah ya? Nanti cantiknya luntur loh."

Zyra spontan menatap Andrew dengan tajam. "Jadi aku nggak bakalan cantik lagi kalau marah? Kamu ini mandang fisik banget sih," sembur Zyra.

Andrew melongo tidak percaya mendengar balasan dari Zyra. "Bukan gitu maksudnya. Cuman–"

"Cuman apa hm?" potong Zyra.

Andrew menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya dengan pelan. "Maaf, Zyra. Maaf ya?" pinta Andrew.

"Lain kali jangan ulangi. Terlebih lagi berkelahi sama kak Arsenio," titah Zyra. "Kalau kak Arsenio sampai kenapa-kenapain kamu. Kamu tinggal telepon aku aja, okey?" lanjutnya.

Andrew menganggukkan kepala dengan mantap. "Siap," balas Andrew.

"Kali ini apa alasan kamu berkelahi sama kak Arsenio?" tutur Zyra bertanya.

Andrew terdiam sesaat. "Kecelakaan orang tua gue karena Arsenio," ungkap Andrew.

"Arsenio ngelak terus. Dan lo tahu parahnya apa? Dia nuduh lo jadi pelaku kecelakaan maut orang tua gue. Padahal jelas-jelas buktinya udah ada, mobil pelaku itu punya Arsenio."

Andrew tidak habis pikir dengan jalan pikiran Arsenio. Padahal jika Arsenio jujur, dia tidak mungkin memenjarakan Arsenio karena kasus tersebut telah ditutup oleh kedua orang tua Arsenio. Lalu apa alasan Arsenio terus menerus mengelak dari fakta? Apa dia takut jika orang-orang tahu dia akan dicap sebagai pembunuh? Tidak ada yang tahu pikiran Arsenio.

Andrew kembali berujar ketika tidak mendapat respon dari Zyra, "Kenapa? Lo nggak percaya, 'kan kalau Arsenio nuduh lo? Gue udah bilang, Arsenio brengsek."

"Dipikir pakai logika pelaku itu nggak mungkin lo. Lo ke sekolah diantar oleh supir pribadi dan pelaku penabrak orang tua gue jelas-jelas tahu mengemudikan mobil," beber Andrew.

Andrew menghela nafas. "Gue hidup nggak pengen apapun. Gue cuman mau keadilan untuk kematian orang tua gue," terang Andrew sembari menundukkan pandangan nya menatap lantai

Andrew kembali menatap Zyra yang hanya terdiam mematung. "Lo pasti syok, 'kan? Arsenio orang yang lo kenal jadi pelaku penabrak lari. Terlebih lagi dia mengemudikan mobil saat dia di bawah umur," tambah Andrew.

Dengan mata berkaca-kaca Zyra membalas, "Kak Arsenio orang baik."

Andrew menatap Zyra tidak percaya. "Setelah semua fakta yang ada, lo kenapa selalu bilang dia orang baik hah? Jelas-jelas dia yang ngebunuh orang tua gue," ujar Andrew dengan emosi sedikit naik.

Zyra memandangi manik mata Andrew seraya berkata, "Kak Arsenio memang orang baik. Jika dia berbuat salah, itu karena dia tidak sengaja."

Andrew membalas, "Lo bela dia? Lo belum tahu dia kayak gimana. Apa yang terlihat baik belum tentu baik, Zyra."

"Aku kenal kak Arsenio dari kecil. Dan aku tahu bagaimana kak Arsenio, Ndre. Jadi aku mohon, jangan menuduhnya yang tidak-tidak," tegas Zyra, air di matanya ingin mengalir turun

"Menuduh? Itu fakta. Dia emang membunuh orang tue gue," beber Andrew.

"Aku pulang. Permisi," pamit Zyra sembari pergi dari kost Andrew.

Andrew melongo tidak percaya sembari memandang punggung Zyra yang perlahan-lahan mulai menghilang di pandangan mata. "Kenapa lo selalu bela dia, Zy? Apa karena dia teman masa kecilmu?"

"Atau karena ...."

"Lo udah suka sama Arsenio?" lanjut Andrew meninggalkan tanda tanya di pikirannya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ANDREW [ END ]Where stories live. Discover now