BAB 15 - ANNOYING

225 81 0
                                    

"Nyatanya kehidupan seseorang tidak ada yang sempurna."

– A N D R E W –

*****

   AWAN terbawa oleh angin menjadikan langit biru terlihat polos. Andrew tersenyum lega memperhatikan seorang gadis termenung memandangi langit biru di rooftop sekolah. 

Gadis yang dia cari bersama Dimas akhirnya ditemukan di rooftop sekolah. Gadis tersebut adalah Vlora. Setelah hinaan yang dia dapatkan di kantin menyebabkan dia lebih memilih mengasingkan diri di atap sekolah.

"Gue juga nggak mau lahir dari rahim seorang wanita murahan," ujar Vlora tersenyum remeh seraya memandang ke arah langit.

Andrew yang mendengar perkataan Vlora segera merespon, "Kita nggak pernah memilih untuk lahir di rahim siapa, Vlo."

Vlora membalikkan badan, dia menatap Andrew yang tiba-tiba saja berada di belakang nya. "Sejak kapan lo di sini dan ngapain lo di sini?" sosor Vlora bertanya.

"Gue dan Dimas nyariin lo. Bel masuk udah berbunyi dan lo masih keluyuran di sini," beber Andrew menatap Vlora tajam. Seandainya bisa memilih, Andrew akan lebih memilih tidur di kelas dibandingkan membantu Dimas mencari Vlora.

Vlora Diam, dia mengalihkan pandangan ke sembarang arah lalu berucap, "Gue mau bolos hari ini."

"Lo nggak kasian sama Dimas? Dia itu udah ber-effort banget jadi ketua kelas. Dan lo mau bolos gitu aja?" tutur Andrew mencoba menjelaskan.

Andrew memegang kedua pundak Vlora agar gadis itu menghadapkan seluruh tubuhnya ke arah Andrew.

"Dengar, Vlo. Berapa kali gue harus bilang jangan pikirin omongan orang," usul Andrew mencoba menatap dalam manik mata Vlora.

Andrew kembali berucap, "Omongan orang itu anggap aja angin lalu, datang lalu pergi. Jangan sampai malah menetap di otak lo."

"Tapi Ndre, itu sulit. Omongan mereka selalu terbayang-bayang di benak gue," ungkap Vlora dengan mata berkaca-kaca.

Perlahan-lahan air mata di pipi Vlora turun seperti air terjun, "Lo nggak tahu rasanya di posisi gue, Ndre. Lo nggak tahu."

Andrew melongo ketika Vlora menangis. Otaknya berhenti bekerja, dia tidak tahu bagaimana agar gadis di hadapan nya berhenti untuk mengeluarkan air mata.

Vlora menyeka air mata sembari berujar, "Lo nggak tahu gimana rasanya dihina terus menerus. Lo nggak akan bisa ngertiin gue kalau lo belum ngerasain posisi gue, Ndre."

Tidak mendapat respon dari Andrew, Vlora membuang wajahnya ke sembarang arah lalu menarik nafas dalam-dalam sambil berkata, "Lo nggak akan ngerti karena lo nggak ngerasain gimana rasanya di posisi gue."

"Makasih untuk sarannya," pungkas Vlora berjalan pergi meninggalkan rooftop.

Andrew diam mematung di rooftop sekolah. Pikiran dia kembali melayang saat pertama kali memasuki sekolah ini. Awal pertama kali dia bertemu Vlora membuat Andrew mengira jika gadis itu sosok ceria, tetapi opini itu menghilang ketika mengetahui fakta di balik gadis ceria itu.

"Nyatanya kehidupan seseorang tidak ada yang sempurna," ungkap Andrew tersenyum simpul.

"Lo ngapain bengong di situ, monyet?!" Andrew membalikkan badan menghadap ke sumber suara.

Setelah mengetahui pemilik suara tersebut, Andrew berseloroh, "Lo nggak lihat gue lagi makan angin?"

Orang tersebut memutar kedua bola mata dengan pasrah, tidak lupa helaan nafas terdengar keluar dari mulutnya. "Makan angin nggak bikin lo kenyang," cibir orang tersebut yang tidak lain adalah Dimas.

ANDREW [ END ]Where stories live. Discover now